"PORTAL GEOGRAFI, LINGKUNGAN DAN TATA KOTA" Gapai mimpimu untuk masa depan yang lebih baik

CORAK KEHIDUPAN LINTANG TROPIS


UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN GEOGRAFI
2009/2010
LINTANG TROPIS
Pengertian Lintang Tropis
Kata tropika berasal dari bahasa Yunani, tropos yang berarti "berputar", karena posisi matahari yang berubah antara dua garis balik dalam periode yang disebut tahun. Tropika adalah daerah di permukaan Bumi, yang secara geografis berada di sekitar ekuator, yaitu yang dibatasi oleh dua garis lintang 23.5 derajat LS dan 23.5 derajat LU: Garis Balik Utara (GBU, Tropic of Cancer) di utara dan Garis Balik Selatan (GBS, Tropic of Capricorn) di selatan. Tropis adalah bentuk ajektivanya.
Area ini terletak di antara 23.5° LU dan 23.5° LS, dan mencakup seluruh bagian Bumi yang dalam setahun mengalami dua kali saat matahari tepat berada di atas kepala (di utara GBU dan di selatan GBS matahari tidak pernah mencapai ketinggian 90° atau tepat di atas kepala). Daerah ini ditetapkan sebagai daerah tropis karena merupakan daerah dimana terjadi perjalanan matahari semu. Perjalanan ini adalah posisi dimana titik nadir matahari terhadap permukaan bumi mengalami osilasi dari lintasan equator selama 1 tahun. Penyimpangan tersebut dikarenakan karena adanya kemiringan sumbu tegak bumi terhadap sumbu tegak rotasinya sebanyak 23,5o pada saat berada di titik terjauhnya dari matahari pada saat berevolusi. Keadaan ini terjadi sebagai akibat lintasan bumi yang berbentuk elips, sehingga untuk bisa mempercepat gerakan di perihelium, maka posisi bumi akan mengalami kemiringan agar mengalami percepatan.
Ciri-ciri iklim tropis adalah sebagai berikut:
a.       Suhu udara rata-rata tinggi, karena matahari selalu vertikal. Umumnya suhu udara antara 20- 23°C. Bahkan di beberapa tempat rata-rata suhu tahunannya mencapai 30°C.
b.      Amplitudo suhu rata-rata tahunan kecil. Di kwatulistiwa antara 1 – 5°C, sedangkan ampitudo hariannya lebih besar.
c.       Tekanan udaranya rendah dan perubahannya secara perlahan dan beraturan.
d.      Hujan banyak dan lebih banyak dari daerah-daerah lain di dunia.
e.       Curah hujan rata-rata lebih dari 70 cm/tahun.
f.       Tumbuhan yang tumbuh beraneka ragam.

Corak Kehidupan Masyarakat Lintang Tropis
a.       Masyarakat Pantai
Sebagian besar masyarakat pantai bermata pencaharian sebagai nelayan. Di berbagai lingkungan nelayan, seperti juga pekerjaan di bidang lain, mereka membentuk masyarakat. Nelayan sering terisolasi karena mereka harus tinggal di sepanjang pinggiran danau, sungai, atau laut. Isolasi relatif ini meningkat antara nelayan dengan masyarakat daratan ketika mereka sedang menangkap ikan. Sebagai tambahan, kebanyakan nelayan bekerja di malam atau dini hari – waktu dimana sebagian besar orang sedang tidur – yang menyebabkan mereka sering diperlakukan sebagai “orang terbuang” dari masyarakat.
Isolasi tempat tinggal dan sosial ini mempengaruhi variabel sosial budaya yang lain, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pembangunan masyarakat nelayan. Kondisi ini juga menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan di banyak lingkungan nelayan berskala kecil di banyak negara berkembang. Bahkan di daerah yang tidak terlalu terisolasi, isolasi sosial menyebabkan nelayan dan keluarganya menanggapi pendidikan formal secara negatif, dibandingkan dengan masyarakat yang bukan nelayan. Sebagai contoh, ketidakmampuan anak-anak nelayan untuk berpakaian sekolah secara layak mendorong mereka untuk lebih cepat keluar dari sekolah.
Beberapa aspek sosial budaya yang memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap pembangunan dapat dijelaskan sebagai berikut:
  1. Variabilitas cuaca dan ketidakpastian alam di daerah pinggiran pantai, mengakibatkan suatu pola perpindahan tempat tinggal bagi nelayan. Dalam jangka pendek variabilitas yang tidak dapat diprediksi tersebut menyebabkan jam kerja menjadi tidak teratur dan variasi pendapatan, sehingga membutuhkan bantuan keuangan secara khusus.
  2. Penduduk di sekitar pinggiran laut atau danau memiliki karakteristik pekerjaan yang tidak biasa (jam kerja tidak teratur dan jauh dari masyarakat daratan) sering menyebabkan mereka mengalami isolasi sosial. Isolasi ini menghalangi akses mereka untuk memperoleh pendidikan formal dan juga mempengaruhi perilaku mereka terhadap kelompok-kelompok sosial yang lain.
  3. Risiko fisik yang harus dihadapi nelayan. Pentingnya melakukan kerjasama diantara awak kapal dan cepatnya depresiasi peralatan produksi, kesemuanya membutuhkan suatu tim yang egaliter, adanya saling ketergantungan, dan dapat bekerjasama. 
  4. Untuk menangani, memproses, dan memasarkan ikan membutuhkan spesialisasi kerja. Pada banyak kasus, pembagian kerja didasarkan pada gender. Ini dikarenakan keterbatasan dan frekuensi bahaya yang ada di kapal sehingga tidak memungkinkan bagi anak-anak. Kaum perempuan memiliki konsekuensi untuk mengambil alih proses dan memasarkan hasil tangkapan, serta diselingi dengan mengasuh anak-anak mereka.
b.      Masyarakat Dataran Rendah
Ø  Desa
Karakteristik umum masyarakat pedesaan yaitu masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarakat, yang biasa nampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat dicontohkan pada kehidupan masyarakat desa di jawa. Namun dengan adanya perubahan sosial dan kebudayaan serta teknologi dan informasi, sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku. Berikut ini ciri-ciri karakteristik masyarakat desa :
1.      Letaknya relatif jauh dari kota dan bersifat rural
2.      Lingkungan alam masih besar peranan dan pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat pedesaan
3.      Mata pencaharian bercorak agraris dan relatif homogen (bertani, beternak, nelayan, dll)
4.      Corak kehidupan sosialnya bersifat gemain schaft (paguyuban ddan memiliki community sentiment yang kuat)
5.      Keadaan penduduk (asal-usul), tingkat ekonomi, pendidikan dan kebudayaannya relatif homogen.
6.      Interaksi sosial antar warga desa lebih intim dan langgeng serta bersifat familistik
7.      Memiliki keterikatan yang kuat terhadap tanah kelahirannya dan tradisi-tradisi warisan leluhurnya
8.      Masyarakat desa sangat menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebersamaan / gotong royong kekeluargaan, solidaritas, musyawarah, kerukunan dan kterlibatan social.
9.      Jumlah warganya relatif kecil dengan penguasaan IPTEK relatif rendah, sehingga produksi barang dan jasa relatif juga rendah
10.  Pembagian kerja dan spesialisasi belum banyak dikenal, sehingga deferensiasi sosial masih sedikit
11.  Kehidupan sosial budayanya bersifat statis, dan monoton dengan tingkat perkembangan yang lamban.
12.  Masyarakatnya kurang terbuka, kurang kritis, pasrah terhadap nasib, dan sulit menerima unsur-unsur baru
13.  Memiliki sistem nilai budaya (aturan moral) yang mengikat dan dipedomi warganya dalam melakukan interaksi sosial. Aturan itu umumnya tidak tertulis
14.  Penduduk desa bersifat konservatif, tetapi sangat loyal kepada pemimpinnya dan menjunjung tinggi tata nilai dan norma-norma ang berlaku.
Menurut Landis, terdapat beberapa karateristik masyarakat desa :
1.      Umumnya mereka curiga terhadap orang luar yang masuk
2.      Para orang tua umumya otoriter terhadap anak-anaknya
3.      Cara berfkir dn sikapnya konservatif dan statis
4.      Mereka amat toleran terhadap ninlai-nlai budayanya sendiri, sehingga kurang toleran terhadap budaya lain
5.      Adanya sikap pasrah menerima nasib dan kurang kompetitif
6.      Memiliki sikap udik dan isolatif serta kurang komunikatif dengan kelompok sosial diatasnya.
Ø  Kota
Pada mulanya masyarakat kota sebelumnya adalah masyarakat pedesaan, dan pada akhirnya masyarakat pedesaan tersebut terbawa sifat-sifat masyarakat perkotaan, dan melupakan kebiasaan sebagai masyarakat pedesaannya.
Ciri-ciri masyarakat kota:
1.      Pengaruh alam terhadap masyarakat kota kecil
2.      Mata pencahariannya sangat beragam sesuai dengan keahlian dan ketrampilannya.
3.      Corak kehidupan sosialnya bersifat gessel schaft (patembayan), lebih individual dan kompetitif.
4.      Keadaan penduduk dari status sosialnya sangat heterogen
5.      Stratifikasi dan diferensiasi sosial sangat mencolok. Dasar stratifikasi adalah pendidikan, kekuasaan, kekayaan, prestasi, dll.
6.      Interaksi sosial kurang akrab dan kurang peduli terhadap lingkungannya. Dasar hubungannya adalah kepentingan.
7.      Keterikatan terhadap tradisi sangat kecil
8.      Masyarakat kota umumnya berpendidikan lebih tinggi, rasional, menghargai waktu, kerja keras, dan kebebasan
9.      Jumlah warga kota lebih banyak, padat, dan heterogen
10.  Pembagian dan spesialisasi kerja lebih banyak dan nyata
11.  Kehidupan sosial ekonomi, politik dan budaya amat dinamis, sehingga perkembangannya sangat cepat
12.  Masyarkatnya terbuka, demokratis, kritis, dan mudah menerima unsur-unsur pembaharuan.
13.  Pranata sosialnya bersifat formal sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku
14.  Memiliki sarana – prasarana dan fasilitas kehidupan yang sangat banyak.
Karateristik masyarakat kota:
1.      Anonimitas : kebanyakan warga kota menghabiskan waktunya di tengah-tengah kumpulan manusia yang anonim.Heterogenitas kehidupan kota dengan keaneka ragaman manusianya yang berlatar belakang kelompok ras, etnik, kepercayaan, pekerjaan, kelas sosial yang berbeda-beda mempertajam suasana anonim.
2.      Jarak Sosial : secara fisik orang-orang dalam keramaian, akan tetapi mereka hidup berjauhan.
3.      Keteraturan : keteraturan kehidupan kota lebih banyak diatur oleh aturan-aturan legal rasional. (contoh: rambu-rambu lalu lintas, jadwal kereta api, acara televisi, jam kerja, dll)
4.      Keramaian (Crowding) : keramaian berkaitan dengan kepadatan dan tingginya tingkat aktivitas penduduk kota. Sehingga mereka suatu saat berkerumun pada pusat keramaian tertentu yang bersifat sementara (tidak permanen).
5.      Kepribadian Kota : Sorokh, Zimmerman, dan Louis Wirth menyimpulkan bahwa kehidupan kota menciptakan kepribadian kota, materealistis, berorientasi, kepentingan, berdikari (self sufficient), impersonal, tergesa-gesa, interaksi social dangkal, manipualtif, insekuritas (perasaan tidak aman) dan disorganisasi pribadi.
c.       Masyarakat Dataran Tinggi
Pada umumnya masyarakat dataran tinggi atau pegunungan menggantungkan hidupnya pada sector pertanian dan perkebunan. Tanaman yang biasa mereka tanam adalah seperti kina, teh, cengkeh, kopi, sayur-sayuran dan buah-buahan serta tembakau. Hasil dari pertanian dan perkebunannya itu selain di konsumsi sendiri juga dijual ke daerah dataran rendah terutama di perkotaan guna untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Selain berkebun dan bertani ada juga masyarakat pegunungan yang menggantungkan hidupnya pada sector pertambangan, seperti buruh tambang emas liar yang ada di daerah Kalimantan Tengah.










DAFTAR PUSTAKA
http://www.litbang-lan-bdg.info/informasi/blog-litbang/213-karakteristik-masyarakat-pantaiperikanan.html
Share:

Wikipedia

Search results