"PORTAL GEOGRAFI, LINGKUNGAN DAN TATA KOTA" Gapai mimpimu untuk masa depan yang lebih baik

FERTILITAS DAN MORTALITAS SUMATERA


Fertilitas dan Mortalitas di Sumatera Selatan
Hasil Sensus Penduduk, SDKI dan Supas menunjukkan penurunan tingkat fertilitas dari wanita usia subur (TFR) dari waktu ke waktu. Usia 15-49 tahun merupakan usia subur bagi seorang wanita karena pada rentang usia tersebut kemungkinan wanita untuk melahirkan anak cukup besar.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 1980 TFR di Sumatera Selatan diperkirakan sebesar 5,56 per 1000 wanita usia subur. Angka ini terus mengalami penurunan, berturut-turut 4,78 menurut hasil Supas 1985, menjadi 4,22 berdasarkan hasil SP 1990, menurut SDKI 1991 sebesar 3,43, hasil SDKI 1994 sebesar 2,87, hasil SDKI 1997 sebesar 2,64 dan menurut hasil SDKI 2002-2003 turun menjadi 2,3.
Berdasarkan data yang dihitung dari Supas 2005, angka TFR di Sumatera Selatan kembali turun menjadi sebesar 2,26 per 1000 wanita usia subur. Sedangkan menurut hasil SDKI 2007, angka TFR di Sumatera Selatan cenderung meningkat yaitu sebesar 2,7.
Tabel 1. Beberapa Indikator Fertilitas Sumatera Selatan
http://faharuddin.files.wordpress.com/2011/12/penduduk8.jpg?w=630

Program Keluarga Berencana (KB) dan penundaan usia perkawinan pertama pada wanita merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan tingkat fertilitas di Sumatera Selatan karena berdampak memperpendek masa reproduksi mereka. Wanita yang kawin pada usia sangat muda mempunyai resiko cukup besar pada saat mengandung dan melahirkan yang berdampak terhadap keselamatan ibu maupun anak. Dengan memberi kesempatan kepada wanita untuk bersekolah lebih tinggi dapat membantu menunda usia perkawinan bagi seorang wanita, terutama di daerah pedesaan.
Dari Tabel 2 terlihat bahwa secara umum dalam jangka panjang ada kecenderungan wanita mulai menunda usia perkawinan pertamanya. Pada tahun 1995 persentase wanita yang melakukan perkawinan pertamanya berusia 16 tahun atau kurang masih cukup tinggi yaitu sebanyak 23,86. Lima tahun kemudian terjadi penurunan persentase wanita yang umur perkawinan pertamanya 16 tahun ke bawah yaitu 20,35% dan pada tahun 2005 angkanya menjadi dibawah 20% yaitu hanya 17,28%. Meskipun demikian, pada tahun 2008 terjadi sedikit peningkatan persentase wanita yang menikah umur 16 tahun ke bawah yang kemudian turun kembali menjadi 18,84%  pada tahun 2010.
Keadaan itu selain disebabkan oleh kesadaraan masyarakat akan pentingnya pendidikan anaknya juga di sebabkan oleh kecenderungan masyarakat terutama wanita untuk memilih bekerja, baik sebagai pembantu rumahtangga maupun buruh pabrik di perkotaan. Keadaan itu tidak terlepas dari pengaruh kemajuan teknologi yang berdampak pada perubahaan pola pikir yang akan membuka wawasan baru bagi wanita khususnya di perdesaan.
Tabel 2. Persentase Wanita Menurut Umur Perkawinan Pertama, Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1995, 2000, 2005, 2008 dan 2010
http://faharuddin.files.wordpress.com/2011/12/penduduk9.jpg?w=630
Persentase wanita yang umur perkawinan pertamanya 16 tahun ke bawah sangat bervariasi bila dilihat menurut kabupaten/kota. Pada tahun 2010 yang terendah adalah di Kota Palembang yaitu 13,60 persen. Selain itu ada beberapa kabupaten/kota lainnya yang persentase wanita yang melakukan perkawinan pertamanya 16 tahun ke bawah cukup rendah yaitu yaitu Kota Lubuklinggau (14,00 persen) dan Kabupaten Ogan Komering Ulu (15,47 persen). Sementara itu kabupaten yang masih terlihat cukup tinggi persentase wanita yang kawin pertamanya 16 tahun ke bawah yaitu Kabupaten Musi Rawas (25,30 persen).
Tabel 3. Persentase Wanita Menurut Kabupaten/Kota dan Umur Perkawinan Pertama 2010
http://faharuddin.files.wordpress.com/2011/12/penduduk10.jpg?w=630
Meningkatnya persentase wanita yang kawin pada usia muda jelas akan mempengaruhi jumlah anak yang dilahirkan jika program KB tidak berjalan dengan baik. Semakin muda usia perkawinan seorang wanita semakin panjang usia untuk dapat melahirkan anak, sehingga jika pengaturan kelahiran tidak dilakukan, jumlah anak yang dilahirkan menjadi lebih banyak.
Pada Tabel 4. di bawah ini terlihat bahwa rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup (ALH) per wanita sebesar 1,925 tahun 2007, turun menjadi 1,780 pada tahun 2008, naik menjadi 1,833 tahun 2009 dan kembali turun menjadi 1,815 pada tahun 2010. Artinya secara umum terjadi tren yang cenderung menurun pada periode 2007-2010. Angka rata-rata ALH pada kelompok umur 45-49 menunjukkan paritas artinya rata-rata jumlah anak yang dilahirkan sepanjang masa reproduksinya.
Terlihat bahwa paritas memperlihatkan tren yang menurun pada periode 2007-2008. Namun demikian, perlu diwaspadai meningkatnya angka kelahiran pada wanita usia muda periode 2008-2010, ditunjukkan oleh meningkatnya rata-rata anak ALH pada kelompok umur 15-19, 20-24 dan 25-29 tahun pada periode tersebut (Tabel 4.).
Tabel 4. Rata-rata Jumlah Anak Lahir Hidup Per Wanita Menurut Kelompok Umur Wanita, 2007 – 2010
http://faharuddin.files.wordpress.com/2011/12/penduduk11.jpg?w=630
Tabel 5. Rata-rata Anak Lahir Hidup Per Wanita Menurut Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur Tahun 2010
http://faharuddin.files.wordpress.com/2011/12/penduduk12.jpg?w=630
Tabel 5. menyajikan rata-rata ALH per wanita menurut kabupaten/kota di Sumatera Selatan tahun 2010. Dari tabel tersebut diketahui bahwa rata-rata ALH bervariasi antara 1,47 sampai 2,17 per wanita. Angka tertinggi dijumpai di Kabupaten OKU Selatan (2,17 per wanita), Ogan Ilir (2,09 per wanita), Empat Lawang (2,03 per wanita) dan Muara Enim (2,0 per wanita). Sedangkan rata-rata ALH terendah terdapat di Kota Lubuklinggau (1,47 per wanita) dan Kota Palembang (1,54 per wanita).
Kematian (mortalitas) merupakan komponen demografi yang juga mempengaruhi dinamika kependudukan disamping fertilitas dan migrasi. Bila fertilitas berhubungan dengan penambahan penduduk, maka mortalitas merupakan pengurangan dari penduduk. Tingkat kematian yang terjadi umumnya berbeda menurut kelompok umur, jenis kelamin maupun kondisi sosial ekonomi penduduk.
Tabel 6. Rata-rata Jumlah Anak Masih Hidup Per Wanita Menurut Kelompok Umur Wanita, 2007 – 2010
http://faharuddin.files.wordpress.com/2011/12/penduduk13.jpg?w=630
Jika kita lihat keadaan anak masih hidup tahun 2007 dan 2010, terlihat adanya peningkatan rata-rata anak masih hidup selama kurun waktu 4 tahun terakhir pada beberapa kelompok umur, antara lain pada kelompok umur 15-19 tahun, 20-24 tahun dan 25-29 tahun. Peningkatan tersebut sekaligus menunjukkan adanya penurunan angka kematian anak. Semakin besar rata-rata anak masih hidup, semakin kecil tingkat kematian anak. Dari tahun ke tahun kondisi kesehatan anak-anak semakin baik sehingga kelangsungan hidup mereka lebih terjamin.
Tabel 7. Rata-rata Anak Masih Hidup Per Wanita Menurut Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur Tahun 2010







DAFTAR PUSTAKA
http://faharuddin.wordpress.com/2011/12/31/fertilitas-dan-mortalitas-di-sumatera-selatan/penduduk14/
Share:

Wikipedia

Search results