"PORTAL GEOGRAFI, LINGKUNGAN DAN TATA KOTA" Gapai mimpimu untuk masa depan yang lebih baik

GEOGRAFI PERTANIAN


1.      SEJARAH PERKEMBANGAN PETERNAKAN SAPI PERAH.
Domestikasi sapi dan penggunaan susunya untuk konsumsi manusia di Asia dan Afrika Timur Laut sudah dimulai sejak 8.000 - 6.000 SM. Sebelum sapi dijinakkan mungkin dengan jalan diburu oleh orang-orang primitif. Telah bertahun- tahun sapi digunakan sebagai ternak beban dan sebagai sumber makanan, untuk upacara agama, upacara korban. Susu sapi dan produknya telah digunakan sebagai makanan, bahan upacara-upacara korban, kosmetik dan obat-obatan. Orang-orang India menternakkan sapi sekitar 2.000 SM, menteganya digunakan sebagai bahan makanan dan sebagai bahan persembahan pada Tuhannya. Mentega diubah menjadi Ghee (= butter oil). Di India sapi dianggap sebagai hewan suci.
Catatan dari Mesir pada tahun 300 SM menunjukkan bahwa susu, mentega dan keju telahdigunakan secara meluas. Sapi diperah dari samping, tidak dari belakang seperti orang-orang Somalia, namun demikian kedua bangsa tersebut memerah sapinya dengan menempatkan pedetnya di depan sapi yang sedang di perah. Perkembangan yang besar dalam peternakan sapi perah mulai tahun Masehi sampai pertengahan 1850-an terjadi di Eropa. Bangsa-bangsa sapi perah yang penting di Amerika Serikat, Eropa dan Australia aslinya berasal dari Eropa.
Di Indonesia dimulai sejak jaman penjajahan Belanda, berdasarkan atas kepentingan orang-orang Eropa terutama pegawai pemerintah Hindia Belanda yang membutuhkan susu segar. Pemerintah Belanda yang di negerinya mempunyai populasi sapi perah Fries Holland (FH), mendatangkan sapi FH ke Indonesia. Karena pada dasarnya hanya bertujuan untuk memenuhi permintaan susu segar bagi para karyawan Belanda, dan belum ada usaha pengelolaan susu, maka perkembangan peternakan sapi perah pada masa tersebut sangat lambat. Seperti telah diketahui bahwa susu adalah merupakan produk ternak yang cepat / mudah menjadi rusak apabila tanpa pengolahan.
Pengembangbiakan sapi perah di Indonesia telah dimulai sejak kontrolir van Andel yang bertugas di Kawedanan Tengger, Pasuruhan pada tahun 1891 - 1893, atas anjuran dokter hewan Bosma mengimport sapi pejantan Fries Holland dari negeri Belanda. Disamping itu telah diimport pula sapi perah Shorthorn, Ayrshire dan Jersey dari Australia. Sapi-sapi tersebut telah dikawin-silangkan dengan sapi lokal yaitu sapi Jawa dan Madura. Perkawinan sapi tersebut dengan sapi Jawa (lokal) merupakan landasan terbentuknya sapi Grati. Kontrolir Shipper yang didampingi dokter hewan Penning mengadakan grading-up sapi-sapi lokal dengan menggunakan sapi jantan FH yang didatangkan dari negeri Belanda sebanyak 7 ekor. Bersamaan dengan waktu itu dilakukan pengebirian sapi-sapi jantan lokal di daerah Salatiga, Boyolali dan sekitarnya. Sejak tahun 1990 di Lembang dan Cisarua (Bandung) telah terdapat perusahaan peternakan sapi perah yang memelihara sapi perah bangsa FH murni.
2.       JENIS –JENIS SAPI YANG DITERNAKAN.
Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu:
·         kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis
·         kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus.
Jenis- jenis sapi perah yang sering diternakan, yaitu:
§  Sapi Friesian Holstein (FH).
Sapi ini sering juga dikenal dengan sebutan sapi holland. Di Amerika sapi ini di sebut friesien, sedangkan di negara-negara lain ada pula yang menyebutnya friesien. Di Indonesia sendiri dikenal dengan sebutan FH. Sapi ini berasal dari Belanda. Ciri-cirinya, antara lain
a.       Warna belang hitam putih
b.      Pada dahinya terdapat warna putih berbentuk segitiga
c.       Dada, perut bawah, kaki dan ekor berwarna putih
d.      Tanduk kecil-pendek, menjurus ke depan
e.       Tenang, jinak sehingga mudah dikuasai
f.       Sapi tidak tahan panas, namun muda beradaptasi
g.      Lambat menjadi dewasa
h.      Produksi susu, yaitu 4.500-5.500 liter
i.        Berat badan sapi jantan 1.000 kg dan betina 650 kg.
§  Sapi Jersey
Sapi ini berasal dari channel Island, tepatnya pulai Jersey, Inggris. Ciri-ciri sapi jenis ini sebagai berikut
a.       Berwarna cokelat tua disertai belang putih
b.      Cepat dewasa
c.       Sapi betina dewasa mempunyai berat 306 kg – 580 kg, sedangkan sapi jantan mempunyai berat 680 kg.
d.      Rata-rata produksi susunya adalah 2.428 kg
§  Sapi Guernsey.
Sapi ini berasal dari Guerrnsey, Inggris. Ciri-ciri sapi ini adalah
a.       Berwarna kuning tua
b.      Belang putih pada kaki dan ekor
c.       Berat badan sapi betina 550 kg dan sapi jantan 850 kg
d.      Produksi susunya mencapai 4.000 liter
§  Sapi aryshire.
Sapi ini berasal dari Skotlandia. Dengan ciri-cirinya sebagai berikut
a.       Belang (merah putih atau cokelat putih)
b.      Ambingnya besar
c.       Tanduknya memanjang ke atas
d.      Berat badan sapi betina 550 kg dan sapi jantan 725 kg
e.       Produksi susunya dapat mencapai 4.852 liter.
Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.

3.       PUSAT PETERNAKAN SAPI PERAH DI INDONESIA DAN DUNIA.
Sentra peternakan sapi di dunia ada di negara Eropa (Skotlandia, Inggris, Denmark, Perancis, Switzerland, Belanda), Italia, Amerika, Australia, Afrika dan Asia (India dan Pakistan). Sapi Friesian Holstein misalnya, terkenal dengan produksi susunya yang tinggi (+ 6350 kg/th), dengan persentase lemak susu sekitar 3-7%. Namun demikian sapi-sapi perah tersebut ada yang mampu berproduksi hingga mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila digunakan bibit unggul, diberi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan yang mendukung dan menerapkan budidaya dengan manajemen yang baik. Saat ini produksi susu di dunia mencapai 385 juta m2/ton/th, khususnya pada zone yang beriklim sedang. Produksi susu sapi di PSPB masih kurang dari 10 liter/hari dan jauh dari standar normalnya 12 liter/hari (rata-ratanya hanya 5-8 liter/hari). Sedangkan di Indonesia sentra peternakan sapi perah adalah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
4.       MANFAAT
Manfaat dari peternakan sapi perah adalah
§  Peternakan sapi menghasilkan daging sebagai sumber protein, susu, kulit yang dimanfaatkan untuk industri.
§   Pupuk kandang sebagai salah satu sumber organik lahan pertanian.
5.      PERSYARATAN LOKASI
       Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.


6.      PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
v  Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya. Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan
kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
v  Pembibitan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:
  1. produksi susu tinggi,
  2. umur 3,5 - 4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
  3. berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
  4. bentuk tubuhnya seperti baji,
  5. matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat,
  6. ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-kelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek,
  7. tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
  8. tiap tahun beranak.
Sementara calon induk yang baik antara lain:
  1. berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi,
  2. kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar,
  3. jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar,
  4. pertumbuhan ambing dan puting baik,
  5. jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta
  6. sehat dan tidak cacat.
Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
  1. umur sekitar 4-5 tahun,
  2. memiliki kesuburan tinggi,
  3. daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya,
  4. berasal dari induk dan pejantan yang baik,
  5. besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik,
  6. kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,
  7. muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar,
  8. paha rata dan cukup terpisah,
  9. dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar,
  10. badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta
  11. sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.
Prosedur:
  1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
    Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan. Bibit yang baru datang harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya.
  2. Perawatan Bibit dan Calon Induk
    Seluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapi yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan temperamennya.
  3. Sistim Pemuliabiakan
    Seringkali sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi risiko kesulitan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit harus diberi kesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap hari.
v  Pemeliharaan
  1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
    Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan.
  2. Perawatan Ternak
    Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar). Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.
  3. Pemberian Pakan
    Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
    1. sistem penggembalaan (pasture fattening)
    2. kereman (dry lot fattening)
    3. kombinasi cara pertama dan kedua.
      Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa
      umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
      Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.
      Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.
       
  4. Pemeliharaan Kandang
    Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.

7.      PENYAKIT YANG MENYERANG SAPI PERAH DAN PENANGANAN SERANGAN.
a.       Penyakit.
v  Penyakit antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan. Gejalanya adalah demam tinggi, badan lemah dan gemetar; ) gangguan pernafasan; pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul;  kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina;  kotoran ternak cair dan sering bercampur darah;  limpa bengkak dan berwarna kehitaman. Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
v  Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE. Gejalanya adalah rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening;  demam atau panas, suhu badan menurun drastis;  nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; air liur keluar berlebihan. Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
v  Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri. Gejalanya adalah kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; leher, anus, dan vulva membengkak; paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam. Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
v  Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejalanya adalah mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; kulit kuku mengelupas;  tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit;  sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.

b.      Pencegahan Serangan

Upaya pencegahan dan pengobatannya dilakukan dengan memotong kuku dan
merendam bagian yang sakit dalam larutan refanol selama 30 menit yang
diulangi seminggu sekali serta menempatkan sapi dalam kandang yang bersih dan kering.


8.      PERAWATAN KESEHATAN SAPI PERAH.
Perawatan kesehatan pada sapi perah dilakukan agar sapi sehat dan dapat menghasilkan kuantitas dan kualitas produksi susu yang tinggi. Menurut AAK ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan kesehatan sapi,yaitu:
Ø  Karantina dan isolasi, yaitu pemisahan sapi-sapi yang sakit agar tidak menulari sapi-sapi yang lain.
Ø  Vaksinasi dan pengobatan cacing (derwoming), yaitu pemberian vaksinasi untuk mencegah kemungkinan terinfeksinya penyakit menular dan pemberian obat-obatan untuk menanggulangi terjadinya infeksi dan pembiakan cacing di dalam tubuh sapi.
Ø  Tindakan higienis, yaitu tindakan kebersihan yang meliputi peralatan makan, kebersihan kandang, kebersihan sapi, mengubur dan membakar bangkai, kebersihan bahan makanan, dan peternak harus bersih serta bebas dari penyakit.
Ø  Pemotongan kuku, dilakukan agar tubuh sapi tetap stabil dan untuk mencegah penyakit kuku dan mulut.
9.      TEKNIK PEMERAHAN SUSU SAPI  YANG BAIK.
      Teknik dalam pemerahan susu sapi ada beberapa macam yaitu memerah tangan, vacuum ember, langkah-saver transportasi susu, pemerahan pipa, salon pemerahan, salon tersembunyi, herringbone dan salon parallel, salon rotary, otomatis pemerah take-off, serta memerah dengan robot otomatis. Namun dari sekian banyak teknik pemerahan yang tertera diatas hanya ada satu yang mungkin lebih baik tekniknya. Teknik atau cara pemerahan susu sapi yang baik adalah menggunakan tangan(tradisional). Dalam pemerahan susu sapi dengan cara tradisional ini yang perlu diperhatikan terlebih dulu adalah penyediaan alat – alat yang dipakai peternak untuk memerah susu dan menyimpannya agar tetap terjaga kualitasnya.
      Cara pemerahannya sebagai berikut:
  • Letakkan jari di atas kalang ambing. Posisi Jari telunjuk serta jari tengah ada di bagian bawah sekitar 2,5 - 3,8 cm di belakang puting susu membentuk huruf C.  Untuk mudahnya, anggaplah ambing sebagai sebuah  jam, maka posisi/arah jari anda berada pada jam 12, dua jari lain berada di posisi jam 6. Jari anda dan jari telunjuk serta jari tengah saling berhadapan. Jari-jari diletakkan sedemikian rupa sehingga bagian “gudang” air susu berada di bawahnya.
  • Kemudian tekan secara  lembut ke arah dada,  tanpa memindahkan posisi jari-jari tadi. Ambing yang besar dianjurkan untuk diperah lebih dulu.
  • memerah air susu keluar dari gudang air susu yang terdapat di bawah kalang ambing di belakang puting susu. Jangan menggesekkan jari anda pada kulit sapi, karena akan menimbulkan rasa sakit atau nyeri pada sapi.
  • Ulangi gerakan-gerakan tersebut, hingga aliran air susu berkurang. Kemudian pindahkan jari-jari  ke arah jam 11 dan jam 5, lakukan kembali gerakan memerah seperti tadi.
  • Lakukan pada kedua ambing secara bergantian. Begitu tampak air susu memancar dari puting susu, itu berarti gerakan tersebut sudah benar.
  • Waktu yang diperlukan untuk persiapan dan pemerahan dengan tangan, sekitar 20-30 menit.
Agar dapat menghasilkan kualitas susu yang baik untuk di konsumsi maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu
·         Peralatan yang digunakan untuk menampung susu segar, baik berupa ember perah maupun milk can (kan susu), harus dalam keadaan bersih dan kering. Jika peralatan bersih maka umur susu segar bisa mencapai tiga jam, setelah itu susu akan rusak atau asam.
·         Sebelum dimasukan ke dalam milk can, susu di saring terlebih dahulu agar bulu sapi dan Vaseline yang tercampur dengan susu tidak terbawa ke dalam wadah.
·         Waktu pengiriman dihitung pada saat susu selesai diperah hingga sapi tiba pada konsumen.
·         Pendinginan susu dengan suhu 40 C agar lebih tahan lama. Jika suhu lebih dari 40 C maka bakteri akan dengan mudah berkembang biak

10.  TANTANGAN YANG DIHADAPI DALAM BETERNAK SAPI PERAH.
  1. Pemasaran
o   Produk susu dalam negeri umumnya bersaing dengan susu impor, sebab
susu impor yang harganya lebih rcndah dan mutunya pun lebih baik. Hal ini bisa terjadi karena ongkos produksinya dapat ditekan lebih murah; semua sarana peralatan, mutu sapi, dan lain-lain sudah lebih baik atau maju.
o   Daya beli masyarakat masih rendah, sebab sebagian besar masyarakat belum mengcnal ilmu gizi sehingga berpengaruh terhadap pemasaran produk air susu. Mereka mcrasa tidak berkepentingan, karena fungsi dan pengaruh air susu terhadap tubuh.
o   Hygiene air susu kurang dapat dipertanggungjawabkan seningga mempengaruhi mutu air susu. Mutu air susuyang rendah akan mengurangi kepercayaan para konsumen sehingga mereka tidak menyukai produk air susu yang dipasarkan. Sering terjadi fluktuasi harga bahan baku pakan yang melonjak sangat tinggi. Peristiwa semacam ini membawa pengaruh besar terhadap indek pakan dan produksi yang jelek, sehingga peternak sangat dirugikan. Apabila peristiwa semacam ini berlangsung berkepanjangan akan membawa kebangkrutan usaha, karena peternak tidak akan bergairah lagi meneruskan usahanya yang rugi terus-menerus.
  1. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan peternak .
Para peternak sapi perah umumnya kurang memiliki bekal ilmu pengetahuan atau skill di bidang peternakan sehingga berpengaruh besar terhadap usaha pengembangan ternak. Apalagi jika usaha ini tidak didukung oleh sumber daya alam yang memadai sebagai modal, maka keberhasilan dan kontinuitas usahanya pasti akan terganggu. Dalam hal ini sumber daya manusia dan alam harus di-upayakan agar tidak menjadi kendala yang dapat mempengaruhi perkembangan  usaha ternak sapi perah.
  1. Biaya transportasi
Sulitnya sarana transportasi seperti jarak antara produsen dan konsumen yang begitu jauh ditambah saruna jalan yang sulit ditempuh oleh sarana angkutan merupakan salah satu tantangan besar bagi peternak sapi perah. Biaya angkutan bahan-bahan pukan dan hasil produksi akan mahal sehingga memperkecil keuntungan. Tentu saja hal ini akan sangat mengganggu pengembangan usaha peternakan.





















KESIMPULAN
Peternakan sapi perah sudah dimulai sejak 8.000 – 6.000  SM. . Susu sapi dan produknya telah digunakan sebagai makanan, bahan upacara-upacara korban, kosmetik dan obat-obatan. Orang-orang India menternakkan sapi sekitar 2.000 SM, menteganya digunakan sebagai bahan makanan dan sebagai bahan persembahan pada Tuhannya.  Perkembangan yang besar dalam peternakan sapi perah mulai tahun Masehi sampai pertengahan 1850-an terjadi di Eropa. Di Indonesia dimulai sejak jaman penjajahan Belanda. Pemerintah Belanda yang di negerinya mempunyai populasi sapi perah Fries Holland (FH), mendatangkan sapi FH ke Indonesia.
Jenis sapi perah yang diternakkan adalah Sapi Friesian Holstein (FH), sapi Jersey, sapi Guernsey dan sapi Aryshire. Manfaat dari  Peternakan sapi sebagai penghasil daging sebagai sumber protein, susu, kulit yang dimanfaatkan untuk industri dan Pupuk kandang sebagai salah satu sumber organik lahan pertanian. Pemeliharaan sapi perah sangatlah mudah yang perlu diperhatikan adalah Sanitasi dan Tindakan Preventif, perawatan ternak, pemeliharaan kandang dan pemberian pakan. Penyakit yang menyerang sapi di peternakan sapi perah sangat beragam, seperti penyakit antraks, penyakit mulut dan kuku, ngorok, dan radang kuku. Dalam peternakan sapi perah juga banyak tantangan yang dihadapi dalam beternak ini,misalnya pemasaran, keterampilan menguasai ilmu pengetahuan ternak dan biaya transportasi.
Share:

Wikipedia

Search results