"PORTAL GEOGRAFI, LINGKUNGAN DAN TATA KOTA" Gapai mimpimu untuk masa depan yang lebih baik

SUDUT PANDANG GEOGRAFI EKONOMI DAN SEJARAH EKONOMI DI INDONESIA

TUGAS EKONOMI GEOGRAFI
Tentang
SUDUT PANDANG EKONOMI GEOGRAFI

Kelompok:
1.               Samudra Haris S.
2.               Angela L.T Atapukan
3.               Victoriana Bota
4.               Dedi Irawan









FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN GEOGRFAFI
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
2013
SUDUT PANDANG EKONOMI GEOGRAFI

Dalam bab ini, saya mencoba untuk mengevaluasi sejumlah klaim menonjol diajukan dalam beberapa tahun terakhir oleh kedua ahli geografi dan ekonomi tentang metode dan ruang lingkup geografi ekonomi.
Pertama, saya berusaha untuk melihat poin-poin kuat dan lemah geografi ekonomi seperti yang telah dirumuskan oleh Paul Krugman dan rekan kerjanya (Meskipun saya juga mengakui bahwa ekonomi geografis kini bergerak dengan baik melampaui titik awal keberangkatan).
Kedua, saya memberikan kritik dari versi geografi ekonomi yang saat ini sedang dikerjakan oleh sejumlah ahli geografi di bawah rubrik pergantian budaya, dan di sini saya menempatkan penekanan khusus pada apa yang saya ambil untuk menjadi obsesi dengan mengevakuasi isi ekonomi dari geografi ekonomi. Atas dasar argumen ini, saya kemudian berupaya untuk mengidentifikasi agenda yang layak untuk geografi ekonomi berdasarkan penilaian permasalahan pusat dan kesulitan-kesulitan kapitalisme kontemporer. Ini
penilaian membawa saya pada kesimpulan bahwa
yang terbaik untuk geografi ekonomi
hari ini adalah untuk bekerja di luar ekonomi politik baru pembangunan spasial yang didasarkan
pada pengakuan penuh dari dua set keadaan utama:  
pertama, bahwa inti dari ekonomi kapitalis tetap fokus pada dinamika akumulasi;
kedua, bahwa
inti ini tidak dapat ditarik terkait dengan kompleks kekuatan sosial budaya, tetapi juga bahwa itu tidak dapat direproduksi menjadi kekuatan-kekuatan yang sama. Agar tanah garis argumen yang sekarang terjadi kemudian, kita perlu di awal untuk membangun
prinsip-prinsip dasar sedikit tentang produksi dan evaluasi dasar
klaim pengetahuan.

A.    Geografi ekonomi di tempat kerja
Geografi dan pembagian disiplin kerja
Geografi secara keseluruhan saat ini berdiri sebagai suatu disiplin universitas khas banyak untuk sebagai akademik dan lembaga profesional seperti halnya untuk setiap keharusan epistemologis. Itu saham di perdagangan geografi saat ini, biasanya diklaim berputar di berbagai cara sekitar masalah-masalah ruang dan hubungan spasial. Klaim ini menyediakan meyakinkan jangkar profesional, tetapi dalam prakteknya terbuka untuk apropriasi oleh hampir semua ilmu sosial, mengingat bahwa ruang intrinsik konstitutif semua sosial hidup. Bahkan, ahli geografi dan ilmuwan sosial lainnya secara teratur mengalami satu peristiwa
lain pada titik-titik yang terletak jauh di dalam bidang memproklamirkan masing-masing penyelidikan, dan keadaan ini mengungkapkan keanehan lain geografi modern, yaitu yang
hibriditas intelektual yang ekstrim. Hal ini mungkin karena hibriditas ini bahwa geografi
sangat rentan terhadap bergeser arus intelektual dan perdebatan polemik
yang cepat, tetapi ini juga pasti salah satu dari sebuah respon yang tidak biasa untuk membakar isu-isu praktis.

 
Geografi ekonomi pada setengah abad terakhir
Geografi ekonomi mereproduksi fitur geografi secara keseluruhan dalam mikrokosmos. Di satu sisi, hal ini sangat dipengaruhi oleh isu-isu sosial dan teori politik. Di sisi lain, mengingat penekanan substantif, ia meiliki daerah yang kuat tumpang tindih dengan ekonomi dan studi bisnis. Pada setiap diberikan momen dalam waktu, itu tetap berfungsi sebagai lebih atau kurang khas intelektual dan masyarakat profesional yang membawa perspektif yang unik untuk sintetis medan yang penuh ketegangan dengan investigasi yang berusaha untuk menaklukkan. Pada saat yang sama, geografi ekonomi telah sangat rentan terhadap pergeseran periodik, Tentu saja selama beberapa dekade terakhir, sering dengan cara yang mengejutkan, dan sama-sama sering dengan pesona dramatis yang sama, karena itu kembali muncul dalam berbagai kostum dalam berbagai tindakan dalam bermain.
Periode 1950-an dan 1960-an adalah sangat penting sebagai suatu informasi saat munculnya geografi ekonomi sebagai vak menonjolkan diri dalam geografi secara keseluruhan. Ini adalah periode intelektual besar dan perjuangan profesional dalam geografi antara tradisional dan reformasi, dengan yang terakhir berusaha untuk mendorong geografi dari mati suri idiografri yang dirasakan dan pada dasar metodologi kuantitatif dan pemodelan resmi menjadi lebih gamblang keterlibatan dengan ide-ide teoritis (Gould 1979). Geografi ekonomi berada di garda depan gerakan ini, dan mereka mampu mendorong agenda mereka
penuh semangat, sebagian karena afiliasi strategis mereka dengan lalu-kuat
ilmu regional, sebagian karena pertanyaan mereka berpose tentang tata ruang organisasi ekonomi yang menjadi perhatian sentral untuk membuat banyak kebijakan dalam era kapitalisme, dengan industri yang berada di pusat produksi massal dan yang bentuk aktivis peraturan sosial sebagai terwujud dalam kebijakan ekonomi Keynesian dan aparatur negara kesejahteraan (Benko 1998; Scott 2000).
Ekonomi Geografis: prestasi dan defisit
Model inti
Geografi Krugman dan Perdagangan, yang diterbitkan pada tahun 1991, berdering tanda bahaya di telinga geografi, dengan proklamasi gandanya bahwa proyek geografi ekonomi
sekarang di awal terakhir, dan bahwa geografi ekonomi (
unggul ditemukan di departemen geografi).
Ekonomi geografis baru tidak seperti yang kita harapkan mencapai kembali ke ilmu regional, tetapi muncul secara tak terduga dari kuartal lain, baru pertumbuhan dan teori perdagangan yang telah mengambil bentuk di bidang ekonomi selama sebelum dekade atau lebih (Meardon 2000; Thisse 1997)
Penerimaan geografi 'ekonomi geografis
Sebaliknya diduga reaksi pertama para geografer 'untuk ekonomi geografis baru adalah salah satu penolakan hampir tidak memenuhi syarat. Dalam evaluasi singkat buku Krugman, Johnston (1992: 1066) menolak itu dengan komentar tidak dianjurkan. Martin (1999: 67) menulis bahwa ekonomi geografis, 'tidak yang baru dan itu pasti tidak geografi '. Dalam nada yang sama, Lee (2002: 353) yang menampik seluruh perusahaan dengan komentar bahwa 'ada beberapa alasan yang berharga untuk beberapa percakapan yang saling menguntungkan di sini. Sesuatu reaksi ini tidak bisa diragukan lagi akan dianggap berasal dari geografi
kecemasan profesional endemik mencerminkan berdiri relatif rendah pada
akademik, tentu dibandingkan dengan ekonomi
.
Krugman hambar promosi diri sebagai cerdas kreatif keadaan geografi ekonomi,
dan juara pemikiran empat persegi pada umumnya, tidak melakukan apa pun untuk meredakan
mereka kecemasan. Keluhan utama geografi 'tentang pekerjaan ini cenderung
berkisar keprihatinan mereka bahwa itu terlalu terputus dari luas sosial dan
kerangka kerja politik di mana isu-isu ekonomi yang benar-benar dimainkan. Banyak
Persepsi geografi ekonomi 'kerja sendiri, juga, menunjuk ke praktek penelitian yang didasarkan, terbuka, polisentris, berfokus pada kaya empiris deskripsi, dan sangat sadar akan kontingensi dan kompleksitas hal (Boddy 1999; Thrift dan Olds 1996).


Evaluasi model Krugman
Salah satu kegagalan yang jelas teori neoklasik sebelumnya dalam geografi ekonomi
dan ilmu regional adalah komitmen mereka untuk persaingan sempurna dan
62 Allen J. Scott
hasil yang konstan mendorong mereka untuk bergantung pada ekonomi kegiatan, yang mengarah pada gilirannya untuk meremehkan radikal aglomerasi sebagai kekuatan dalam membentuk lanskap ekonomi. Fujita dan Thisse (2002) menjelaskan keadaan ekonomi yang seperti yang terlihat melalui kacamata neoklasik sebagai merawat untuk sistem 'halaman belakang kapitalisme.
Keaslian dan nilai dari model Krugman sebagai pendekatan untuk spasial analisis perumusan dari masalah dalam hal persaingan monopolistik dan meningkatkan kembali dalam perusahaan. Gagasan bahwa aglomerasi memiliki perusahaan akar setidaknya sebagian dalam persaingan monopolistik sangat menarik, dan sesuai juga dengan karakter banyak industri saat ini. Sektor-sektor modern seperti jasa manufaktur, bisnis dan keuangan teknologi tinggi, produk budaya, dan sebagainya, sangat rentan untuk membentuk kelompok yang khas, dan itu tepatnya di sektor-sektor seperti yang kita menemukan tingkat tinggi berbagai produk, intra-sektor perdagangan, dan dorongan untuk perluasan pasar yang menjadi ciri persaingan monopolistik.
Pada saat yang sama, model inti meniupkan kehidupan baru ke dalam gagasan berupa uang eksternalitas awalnya dirumuskan oleh Scitovsky (1954). Penekanan pada aglomerasi sebagai hasil dari efek berupa uang kompleks Chamberlinian persaingan dan ekonomi skala  internal tidak diragukan lagi.  Kepala sekolah itu tidak meragulan teori, dan itu semua lebih menarik karena set ini dalam kerangka saling ketergantungan multi-regional. Setelah semua ini telah dikatakan, banyak pemesanan tetap. Pada awalnya saya menyatakan bahwa saya tidak berbagi kecenderungan beberapa geografer untuk membuang ekonomi geografis baru hanya berdasarkan komitmennya untuk bentuk apriori dari teori deduktif. Dalam prakteknya, tentu saja, teori semacam itu kadang-kadang berubah di atas dirinya sendiri dengan cara yang sangat disfungsional, dan ekonom terkenal karena  budaya mereka budaya profesional tumbuh difokuskan pada pajangan gagah tetapi analisis hampa (lih. McClosky 2002).
Model Krugman dan turunannya ekspresi tentu menderita sindrom ini, terutama dalam pandangan kelemahan yang yang dan kesewenang-wenangan dari banyak asumsi, di mana kompromi besar dengan kenyataan yang dibuat untuk memastikan bahwa solusi numerik dapat dihasilkan,  dan tergoda untuk menolak model tersebut atas dasar asumsi yang tidak realistis. Namun, saya pikir lebih baik untuk mengeluarkan tantangan utama dari dasar sudut pandang terkait tetapi sedikit berbeda. Dengan kata lain, apa ini model? Ini mungkin menjadi gambaran kehidupan di suatu planet di suatu tempat di alam semesta ini, tapi apa sebenarnya relebansinya dengan pemahaman realitas ekonomi di planet bumi setiap saat di masa lalu atau masa mendatang.


0
A.     SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA
B.       
Perekonomian Indonesia di Zaman Raja-Raja
Ciri yang menunjukan kejayaan perekonomian Indonesia adalah munculnya imperium kerajaan. Letak Indonesia yang strategis juga menjadi faktor utama terlaksananya perekonomian Indonesia. Letak Indonesia yang dihimpit oleh dua benua,  Asia dan Eropa, dan dua samudra, Pasifik dan Hindia menjadi keberuntungan karena posisi tersebut menjadi tempat pelayaran niaga antarbenua. Perdagangan dari peradaban-peradaban besar seperti Cina, Romawi, dan Mesir membangkirkan semangat para penduduk pribumi untuk berdagang.  Pada saat itu, mulai diperkenalkannya uang berupa koin dan emas untuk menunjang perekonomian. Perekonomian Indonesia semakin melesat setekah ditemukannya komoditi yang memiliki nilai besar seperti rempah-rempah.
Perekonomian Indonesia di Zaman Kolonial
Sebelum Indonesia merdeka ada 4 negara yang menjajah, diantaranya yaiutu Portugis, Inggris, Belanda dan Jepang. Dari negara-negara yang pernah menjajah Indonesia, Belanda yang sangat banyak menanamkan sistem perekonomian di Indonesia. Belanda yang saat itu menganut paham Merkantilis. Belanda melimpahkan wewenang untuk mengatur Hindia Belanda kepada VOC. Untuk mempermudah aksinya di Hindia Belanda, VOC diberi hak Octrooi. Walaupun diberi hak itu, bukan berarti VOC mempunyai hak seutuhnya terhadap perekonomian Hindia Belanda. Untuk menjamin hak atas monopoli yang telah ditetapkan, VOC telah menguasai kota dagang dan jalur pelayaran. VOC juga menetapkan peraturan-peraturan seperti Verplichte leverentie (kewajiban menyerahkan hasil bumi pada VOC) dan Contigenten (pajak hasil bumi) untuk mendukung monopoli tersebut. Namun ,  pada tahun VOC bubar karena dianggap gagal dalam mengeksplorasi kekayaan Hindia Belanda. Kegagalan itu nampak pada definisit kas VOC. Karena kegagalan tersebut VOC akhirnya diambil alih oleh Bataafsche Republiek. Tetapi, Bataafsche tidak dapat bertahan lama karena dihadapkan oleh kekaucaun dalam keuangannya. Pada akhirnya, Inggris mengambil alih pemerintahan Hindia-Belanda.
Inggris berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang telah 2abad diterapkan oleh Belanda, dengan menetapkan Landrent(pajak tanah). Dengan sistem tersebut maka masyarakat pribumi akan memiliki uang untuk membeli barang produk inggris atau yang diimpor dari India. Inilah imperialisme modern yang menjadikan tanah jajahan tidak sekedar untuk dieksplorasi kekayaan alamnya, tapi juga menjadi daerah pemasaran produk dari negara penjajah.
Pada tahu 1836 atas inisiatif Van Den Bosch sistem tanam paksa diberlakukan. Tujuannya adalah untuk memproduksi berbagai komoditi yang ada permintaannya di pasaran dunia. Padahal sistem tersebut sangat merugikan bagi masyarakat Indonesia karena sangat menguras tenaga dan keringat mereka. Sistem ini diwajibkan bagi masyarakat menanam tanaman dan menjual hasilnya ke pemerintah dan dibayar sesuai harga yang ditetapkan pemerintah itu. Namun, dari sisi negatif tersebut terdapat pula sisi positifnya yaitu masyarakat Indonesia bisa mengenal tata cara menanam tanaman.
Pada tahun 1942 sampai dengan 1945 Jepang yang menduduki Indonesia. Terjadi perombakan secara besar-besaran dalam struktur ekonomi pada masa pemerintahan Jepang. Pada masa kedudukan Jepang  terjadilah bencana kekurangan pangan dan merosot tajamnya kesejahteraan masyarakat. Selain itu ekspor dan impor macet, sehingga selain kelangkaan panjang juga terjadi kelangkaan tekstil. Karena tekstil yang didapat adalah dari impor negara lain ke indonesia. Padahal awalnya Jepang merupakan harapan baru buat perekonomian Indonesai, namun nyatanya kemiskinan dan kebodohan tetap merajalela.
Perekonomian Indonesia di Zaman Sebelum Kemerdekaan
A.    MASA PASCA KEMERDEKAAN NDONESIA (1945-1950)
            Kondisi perekonomian Indonesia pada masa ini sangatlah buruk, hal itu disebabkan karena :
1.     Inflasi
            Inflasi ini dikarenakan adanya mata uang lebih dari satu yang beredar di masyarakat yang tidak terkendali. Pada saat itu, pemerintah menyatakan bahwa di Indonesia berlaku 3 mata uang, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belada, dan mata uang pendudukan Jepang. Oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan yang kertas baru, yaitu ORI ( Oeng Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. padahal berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar dapat mempengaruhi kenikan tingkat harga.
2.     Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu perdagangan luar negeri RI.
3.     Kas Negara kosong
4.     Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan
B.    MASA DEMOKRASI LIBERAL (1950-1957)
            Pada masa ini sistem ekonomi menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer. Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina. hal itu mengakibatkan memburuknya sistem perekonomian Indonesia karena pengusaha dari pribumi kalah saing dengan pengusaha dari nonpribumi. Padahal pada saat itu Indonesia masih baru merdeka.
      Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi. Antara lain:
a)      Gunting Syariffudin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950.
b)      Program Benteng (kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswasrawan pribumi dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan asing
c)      Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU no.24 tahun 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
d)      Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I)  yaitu penggalangan kerjasama antara penusaha cina dan pengusaha pribumi.
e)      Pembatalan sepihak atas hasil-asil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
C.     MASA DEMOKRASI TERPIMPIN (1959-1967)
            Pada masa ini Indonesia menjalan sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme dimana yang mengendalikan sistem ekonomi adalah peran pemerintah sepenuhnya secara dominan. Pada sistem ekonomi tersebut pemerintah yang bertanggung jawab sepenuhnya kepada keadaan ekonomi. Pemerintah juga mengambil beberapa keputusan namun keputusan tersebut belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia. Keputusan-keputusan yang diambil pemerintah, antara lain :
1.     Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai berikut :Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp 100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.
2.     Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.
3.     Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000 menjadi Rp 1.
Keputusan-keputusan yang diambil pemerintah juga belum dapat memperbaiki keadaan ekonomi di Indonesia. Seperti Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965, keputusan yang dilakukan pemerintah untuk menekan angka inflasi malah berujung pada meningkatnya angka inflasi. Kegagalan-kegagalan dalam tindakan moneter tersebut diperparah karena pemerintah tidak menghemat pengeluaran-pengeluarannya. Pemilihan sistem demokrasi terpimpin ini bisa diartikan bahwa Indonsia berkiblat ke Timur (sosialis) baik dalam poltik, ekonomi, maupun bidang-bidang lainnya.
D.    MASA ORDE BARU
Masa orde baru merupakan sebutan masa pemerintahan presidan Soeharto. Pada awal orde baru, stabilitsi ekonomi dan stabilitasi politik menjadi prioritas utama. Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan negara dn pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pengendalian inflasi mutlak dibutuhkan, karena pada tahun 1966 tingkat inflasi kurang lebih 650% per tahun. Pemerintah pada masa orde baru berusaha menurunkan inflasi dan menstabilkan harga.
            Pada masa orde baru ini, pemerintah memilih sistem ekonomi campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi pancasila. Sistem ekonomi campuran merupakan  paktek dari salah satu teori Keynes tentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian secara terbatas. Sistem campuran ini pemerintah dan swasta saling bekerja dan berinteraksi dalam menyelesaikan masalah. Pemerintah turut serta dalam kegiatan transaksi ekonomi. Kebijakan-kebijakan pemerintah mulai berkiblat pada teori-teori keynesian. Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan. Kesempatan kerja, kesemptan berusaha, pertisipasi wanita dan generasi muda, penyebaran pembangunan, dan peradilan.
            Seiring dengan berkembangnya perekonomian Indonesia terjadi juga praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Selain itu, pembangunan di Indonesia hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik dan sosial yang adil. Selain itu, Indonesia juga mengalami krisis yang merupakan akibat dari ekonomi global. Harga-harga naik, nilai rupiah melemah sangat serta timbulnya kekacuan disegala bidang.
E.     ORDE REFORMASI
Pemerintahan presiden B.J. Habibie yang mengawali masa reformasi belum memberikan perubahan yang cukup baik dalam bidang ekonomi. Kebjakan-kebijakannya diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik. Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid belum ada tindakan yang cukup berarti untuk menyelamatkam negara dari keterpurukan sedangkan banyak persoalan yang harus dihadapi dari masa orde baru yaitu masalah KKN, pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs rupiah. Dikarenakan presiden terlibat skandal yang menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat akhirnya kedudukannya digantikan oleh presiden Megawati.
Masa Kepemimpinan Megawati Soekarno Putri
Masalah-masalah yang mendesak untuk dipecah adalah pemulihan ekonomi dan penegakkan hokum. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi antara lain :
1.     Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemun Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.
2.     Kebjakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan Negara di dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perushaaan Negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban Negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4.1%. Namun, kenijakan ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.
Pada masa ini juga didirikannya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Dalam pelaksanaannya KPK belum dalam memberikan bukti yang konkrit dalam pemberantasan korupsi. Padahal korupsi sangat menganggu jalannya pembangunan nasional dan banyak para investor yang ragu untuk berinvestasi di Indonesia karena permasalahan ini.
 Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono Hingga Saat Ini
            Pada masa kepemimpinan SBY, beliau telah membuat kebijakan yang kontroversi yaitu dengan naiknya harga BBM, hal ini dikarenakan naiknya harga minyak dunia. Kenaikan BBM tersebut dilakukan untuk meningkatkan pendapatan Negara. Kebiajakan untuk menaikan harga BBM dilakukan untuk menyelamatkan pendapat nasional Indonesia. Kebijakan tersebut diikut sertakan dengan keluarnya kebijakan pemerintah dengan memberikan BLT (Bantuan Langsung Tunai) kepada masyarakat miskin dan masyarakat berpenghasilan rendah. Namun, BLT tersebut tidak berjalan dengan lancer karena tidak sampai ke tangan yang berhak dan menimbulkan permasalahan social. 
Dikit demi sedikit presiden juga mulai memberantas korupsi, karena korupsi itu merugikan Negara dan juga mengambil hak rakyat. Hal tersebut sangat mendapat respon positif dari masyarakat. Dalam penanganan masalah korupsi ini presiden tidak memancang bulu siapa pun yang berbuat korupsi dan apapun jabatannya yang melakukan tindak korupsi akan diadili sesuai undang-undang yang berlaku.
Perekonomian Indonesia saat ini bisa dibilang menganut sistem liberalis/kapitalis. Hal ini dapat dilihat karena pemerintah membebaskan rakyatnya untuk beraktivitas, termasuk dalam kegiatan ekonomi. Namun, pada akhirnya kaum pemodallah yang memegang kekuasaan penting dalam kegiatan ekonomi ini, sehingga yang kaya semakin kaya sedangkan yang miskin menjadi lebih miskin. Sistem perekonomian ini dirasakan belum mampu membuat masyarakat sejahtera.
Dengan adanya masalah-masalah dalam perekonomian Indonesia diharapkan pemerintah dapat lebih peka untuk mengatasi masalah ini agar masyarakat semuany dapat hidup sejahtera. Selain itu, masalah KKN yang semakin maraknya terjadi yang dapat menghancurkan negara ini bisa dapat diatasi dengan baik. Seperti halnya mereka yang memakai uang negara, seharusnya uang tersebut bisa saja digunakan untuk memberikan bantuan kepada rakyat yang  tidak mampu, karena dengan seperti itu pemerataan kesejahteraan rakyat bisa saja terjadi.
B.    Paradigma Perekonomian Indonesia
Pembangunan perekonomian Indonesia sesuai dengan Pancasila, berpijar pada nilai moral yang ada di dalam pancasila. Secara khusus, sistem ekonomi harus didasari pada moralitas ketuhanan (sila I Pancasila ) dan kemanusiaan (sila II Pancasila). Sistem ekonomi yang mendasar pada moralitas dan humanistis akan menghasilkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan. Sistem ekonomi yang berparadigma pada pancasila akan menghasilkan perekonomian yang maju karena menghargai hakikat manusia, baik selaku makhluk individu, sosial, makhluk pribadi maupun makhluk Tuhan.
Sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem dan pengembanga ekonomi yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Pembangunan ekonomi yang berdasarkan pada pancasila merupakan sistem ekonomi yang berasaskan kekeluargaan. Pembangunan ekonomi diharapkan mampu menghindari dari bentuk-bentuk persaingan bebas, monopoli dan bentuk-bentuk lainnya yang berakibatkan orang lain menderita. Pengembangan sistem ekonomi tidak dapat lepas dari nilai-nilai moral manusia.
C.     Pembangunan Ekonomi Menurut Rostow
Menurut Rostow pembangunan ekonomi atau proses transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern merupakan proses yang multidimensional. Pembangunan bukan berarti hanya perubahan struktur ekonomi suatu Negara tetapi juga ditujukan oleh peranan sektor pertanian dan sektor industri.
Proses pembangunan ekonomi menurut W.W. Rostow dibedakan menjadi 5 yaitu :
1.     Masyarakat Tradisional
Sistem ekonomi yang didominasi masyarakat tradisional adalah pertanian. Produktivitas. kerja manusia lebih rendah bila dibandingkan tahapan pertumbuhan berikutnya. Masyarakat ini dicirikan struktur hirarkis sehingga mobilitas sosial dan vertikal rendah. Masyarakat tradisional belum menguasai ilmu pengetahuna secara mendalam harena mereka pada saai itu masih mempercayai kekuatan diluar manusia atau makhluk gaib. Masyarakat tradisional cenderung bersifat statis karena susah untuk menerima hal-hal yang baru, selain itu produksi yang dihasilkan cenderung dikonsumsi untuk mereka sendiri. Biasanya orang tua dan anaknya memiliki pekerjaan yang sama dan sederajat, tidak ada kemajuan.
Ciri-ciri masyarakat tradisional :
1.     Fungsi produksi terbatas, cara produksi masih primitif dan tingkat produktivitas msyarakat rendah
2.     Struktur sosial bersifat hirarkis, yaitu kedudukan masyarakat tidak berbeda dengan nenek moyang mereka.
3.     Kegiatan politik dan pemerintahan di daerah-daerah berada di tanga tuan tanah.
2.     Pra-Kondisi Tinggal Landas
Tahapan ini didefinisikan sebagai suatu masa transisi dimana masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan atas kekuatan sendiri. Menurut Rostow, pada tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara otomatis. Selama tahap ini investasi menjadi lebih tinggi dan hal itu memulai sebuah pembangunan yang dinamis. Sebuah prasyarat untuk pra-kondisi tinggal landas adalah revolusi industri yangf berlangsung dalam satu abad terakhir.
            Pembangunan ekonomi menurut Rostow adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan karakterisktik pentign suatu masyarakat, misalknya perubahan keadaan sistem politik, struktur sosial, sistem nilai dalam masyarakat dan struktur ekonominya. Suatu masyarakat yang sudah mencapai proses pertumbuhan yang demikian sifatnya, dimana pertumbuhan ekonomi sudah sering terjadi, boleh dianggap sudah berada pada tahap pra kondisi tinggal landas.
Kemajuan di sektor pertanian, pertambangan, dan prasarana harus terjadi bersama-sama dengan proses peningkatan investasi. Pembangunan ekonomi hanya dimungkinkan oleh adanya kenaikan produktivitas di sektor pertanian dan perkembangan di sektor pertambangan. Kemajuan di sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam masa peralihan sebelum mencapai tahap tinggal landas. Peranan sektor pertaian antara lian, kemajuan pertanian menjamin penyediaan bahan makanan bagi penduduk di pedesaan maupun diperkotaan. Hal ini menjamin penduduk agar tidak kelaparan dan menghemat pengeluaran devisa agar tidak mengimpor beras. Kenaikan produktivitas di sektor pertanian akan memperluas pasar industri barang-barang konsumsi, serta meningkatkan pendapatan agar para pekerja dapat memiliki tabungan.
3.     Tinggal Landas
Tahapan ini dicirikan dengan pertumbuhan ekonomi yang dinamis. Karakterisktik utama dari pertumbuhan ekonomi ini adalah pertumbuhan dari dalam yang berkelanjutan yang tidak membutuhkan dorongan dari luar. Pada tahap ini telah tersingkirkan hambatan-hambatan yang menghalangi pertumbuhan ekonomi, serta tabungan dan investasi yang efektif meningkat 5% menjadi 10% dari pendapatan nasional. Industri-industri mulai berkembang dengan sangat pesat keuntungannya sebagai besar ditanamkan di industri baru.
Pada awal tahap ini terjadi perubahan yang drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, atau berupa terbukanya pasar baru. Sebagai akibat dari perubahan-perubahan tersebut secara teratur akan tercipta inovasi-inovasi dan peningkatan investasi. Investasi yang semakin tinggi akan mempercepat laju pertumbuhan pendapatan nasional dan melebihi tingkat pertumbuhan peonduduk, sehinggal tingkat p0endapatan perkapita semakin besar.
Rostow mengemukakan 3 ciri negara yang sudah mencapai tahap tinggal landas untuk mengetahui apakah negara tersebut sudah mencapai masa tinggal landas atau belum :
1.     Berlakunya kenaikan dalam penanaman modal yang produktif dari 5% atau kurang menjadi 10% dari Produk Nasional Netto atau NNP.
2.     Berlakunya perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat laju perkembangan yang tinggi.
3.     Adanya atau segera terciptanya suatu ramgka dasar politik, sosial, dan kelembagaan yang bisa menciptakan perkembangan sektor modern dan eksternalitas ekonomi yang bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi terus terjadi.
4.     Menuju kedewasaan
Tahap menuju kedewasaan ini terjadi setelah negara tersebut lepas dari masa tinggal landas. Pada tahap ini mulai bermunculan teknologi-teknologi baru di sektor industri. Hal ini menunjukan bahwa keadaan ekonomi semakin maju dan perkembangan ekonomi berjalan dengan baik. Biasanya tahapan ini terjadi sekitar 60 tahun setelah meninggalkan masa tinggal landas.
5.     Era Konsumsi Tinggi
Tahapan ini merupaka tahap terakhir dari Lima tahap model perkembangan ekonomi menurut Rostow. Pada tahap ini sebagian masyarakat hidup secara makmur. Perhatian masyarakat tertuju pada konsumsi dan kesejahteraannya bukan  masalah produksi. Selain itu, investasi untuk meningkatkan produksi sudah tidak lagi menjadi tujuan utama.
D.    REPELITA
Repelita I (1969-1974)
Repelita I bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan infrastruktur dengan penekanan pada bidang pertanian. Pemerintah telah menyusun program-program untuk merealisasikan repelita I tersebut, yaitu :
1.     Memberikan bibit unggul kepada petani dan melakukan percobaan untuk menghasilkan bibit unggul yang tahan hama.
2.     Memperbaiki infrastruktur yang digunakan oleh sektor pertanian.
3.     Melakukan transmigrasi agar lahan yang berada di Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua dapat diolah agar menjadi lahan yang menghasilkan bagi perekonomian.
Repelita I ini menekankan pada bidang pertanian karena sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan yang bermata pencarian dibidang pertanian, selain itu Indonesia juga termasuk negara Agraris. Hal ini berarti sumber pendapatan terbesar yaitu berasal dari sektor pertanian. Dengan penekanan pada sektor pertanian juga memajukan pendapatan masyarkat pedesaan.
Repelita II (1974-1979)
Target pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 7,5% per tahun. Prioritas utamanya adalah sector pertanian yang merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan merupakan dasar tumbuhnya industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku. 
Repelita III (1979-1984)
Pertumbuhan ekonomi yang dialami pada saat repelita II sangat tinggi namun itu lebih rendah dari yang ditargertkan sebesar 7,5%t. Namun, sangat dirasakan kurang adanya keseimbangan pengembangan perekonomian antara kota dan desa serta ke. Pada masa repelita ini diharapkan pembangunan perekonomian dapat merata. Dalam merealisasiakan tujuan tersebut dibuat kebijakan delapan jalur pemerataan yang intinya adalah :
1.     Pemerataan kebutuhan pokok rakyat, terutama pangan, sandang dan papan.
2.     Pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, pelayanan kesehatan.
3.     Pemerataan pembagian pendapatan.
4.     Pemerataan perluasan kesempatan kerja
5.     Pemerataan usaha
6.     Pemerataan kesempatan berpartisispasi
7.     Pemerataan pembangunan antar daerah
8.     Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
Pertumbuhan perekonomian pada tahun ini dihambat oleh resesi dunia yang belum juga berakhir. Pada tahun tahun akhir repelita III neraca pembayaran Indonesia semakin buruk hal itu dikarenakan harga minya yang semakin menurun. Pada akhir tahun repelita III nilai dolar menguat, nilai suku bunga riil AS menguat yang mengakibatkan semakin besar beban hutan negara-negara berkembang.
Repelita IV (1984-1989)
Pada repelita IV ini lebih untuk peningkatan usaha-usaha untuk mensejahterakan kerja , memperluas lapangan kerja, mertioratakan pendapatan.Prioritas pada repelita ini bertujuan untuk memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri. Pada tahun 1984 Indonesia tidak lagi mengimpor beras, sehingga devisa yang sebelumnya digunakan untuk mengimpor beras dapat digunakan untuk pembangunan.
Repelita V (1989-1994)
Repelita ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahterakan taraf hidup rakyat, kecerdasan dan kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat yang makin merata dan adil. Selain itu, meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pemangunan berikutnya. Prioritas repelita ini yaitu menitikberatkan pada bidang ekonomi pada sektor pertanian dan industri.
Sumber :
Share:

Wikipedia

Search results