"PORTAL GEOGRAFI, LINGKUNGAN DAN TATA KOTA" Gapai mimpimu untuk masa depan yang lebih baik

PENGHITUNGAN DEBIT AIR DALAM TANAH

Bagian dari hidrologi yang membahas tentang pengukuran air dan pengumpulan data
untuk analisis hidrologi disebut hidrometri Pada umumnya penguran debit tidak dapat dilakukan
secara kontinyu sehingga sering didapat kesulitan  dalam menentukan besarnya debit dalam
keadaan tertentu misalnya pada saat banjir.
Bila dimungkinkan dalam pengukuran debit aliran diusahakan dilakukan pada daerah :
1.     Aliranya stabil tidak ada turbulensi ( little flow turbulence)
2.     Alirannya lurus (straight channel)
3.     Alirannya mengecil ke arah lebar( channel constriction not expansion)
4.     Saluran tunggal ( single channel)
5.     Tidak ada aliran air yang tertahan karena pasang bendung(no  backwater influence)
Pada dasarnya dalam penguran debit dibutuhkan data
1. Luas penampang aliran (A)
2. Kecepatan aliran air rata-rata  (V)
Apabila kedua data tersebut  sudah didapat maka untuk menghitung debit sangatlah mudah
Dengan rumus:     
Q= A x V
Kecepatan aliran air (sungai bawah tanah)  merupakan komponen  yang sangat penting .
hal ini disebabkan oleh  pengukuran debit secara langsung di suatu penampang sungai  tidak
dapat dilakukan( paling tidak dengan cara konvensional). Kecepatan aliran ini diukur dalam
satuan panjang setiap satuan waktu, umumnya dinyatakan dalam  m/detik. Tergantung dari
tingkat ketelitian yang dikehendaki,maka pengukuran kecepatan aliran sungai bawah tanah dapat  dilakukan dengan berbagai cara . Dibawah ini  beberapa cara yang biasa dilakukan dalam ekspedisi caving diantaranya :
1. Pengukuran dengan pelampung( float)
2. Pengukuran dengan velocity head rod
3.Pengukuran dengan pipa pitot
4. Pengukuran dengan trupp’s ripple meter
 
A. Pelampung ( Float)
Pelampung digunakan sebagai alat ukur kecepatan aliran air , apabila diperlukan
adalah besaran kecepatan aliran dengan tingkat ketelitian yang relative kecil .Walaupun
demikian ,cara ini masih dapat digunakan dalam praktek dalam keadaan :
Aliran sungai bawah tanah sangat sulit diukur, misalnya dalam keadaan debit yang
sangat besar, banjir, sehingga membahayakan para caver
Untuk memperoleh gambaran kasar tentang kecepatan aliran
Pengukurannya dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Sebuah titik ditetapkan di salah satu sisi aliran air dan satu titik diseberang , sehingga
kalu ditarik garis(semu) antara titik tersebut, maka akan tegak lurus arah aliran  sungai bawah tanah

b. Ditetapkan jarak (L) tertentu missal 10 meter, 20 meter (tergantung kebutuhan dan
keadaan) dari  garis yang ditarik  pada no.1 .Makin tinggi kecepatan aliran sebaiknya
makin besar jarak tersebut
c. Dari titik yang ditetapkan  garis kedua yang juga tegak lurus dengan arah
aliran  seperti no.1
d. Dapat dengan memanfaatkan sembarang benda yang dapat terapung ( apabila
pelampung khusus tidak tersedia)
e. Pelampung tersebut dilempar  beberapa meter disebelah hulu garis pertama dan
gerakannya diikuti.Apabila pelampung tersebut melewati garis yg pertama maka
tombol stopwatch ditekan dan pelampung tersebut diikuti terus . Bila pelampung tsb
melewati garis kedua maka stopwatch ditekan kembali, maka waktu yang diperoleh
sebesar (T)
f. Dalam penukuran dgn cara ini tidak boleh dilakukan satu kali saja karena distribusi
kecepatan aliran permukaan tidak merata.Paling tidak dilakukan 3 kali yaitu
sepertiga bagian kiri, di bagian tengah, dan spertiga bagian kanan. Lalu di rata-rata
g. Perlu diketahui kecepatan yang di peroleh adalah kecepatan permukaan sungai bukan
kecepatan rata-rata penampang aliran air sehingga  harus dikalikan faktor koreksi C.
Besarnya faktor koreksi C berkisar 0.85-0.95 tergantung keadaan
h. Maka kecepatan aliran dapat dihitung ( jangan lupa dikalikan faktor koreksi)
V= c . L / T     (m/det),
 
B. Velocity Head Rod
Alat sedehana ini seperti dalam gambar digunakan untuk mengukur kecepatan
aliran ( kita bisa menggunakan penggaris yang agak lebar dan kuat). Kecepatan yang
diperoleh adalah kecepatan  permukaan . Cara ini dilakukan apabila :
-        Untuk kecepatan aliran yang lebih besar dari 1 m/detik
-        Pengukuran secara cepat
-        Tidak dikehendaki ketelitian yang tinggi
 background image
Cara yang dilakukan cukup sederhana :
a. Alat ditempatkan sejajar dengan  arah arus aliran.Apabila telah tenang ,ketinggian
muka air pada skala yang tersedia di baca (H1)
b. Kemudian alat tsb diputar 90 derajat , sehingga tegak lurus aliran air.
c. Lalu dgn hati-hati tinggi muka air yang ditunjukkan oleh skala (H2)
d. Beda tinggi antara kedua kecepatan tsb ialah tinggi kecepatan aliran air .
a.     H2-H1 =  H0
b.     H0 = V2/2g     besar percepatan gravitasi  g= 9.81 m/s2
c.     V =  (2gH0)^1/2
e. Pembacaan dilakukan secara hati-hati karena permukaan aliran bisanya bergoncang
sehingga perlu dibaca ketinggian rata-rata setelah diamati beberapa saat
f. Memperhatikan alat sederhana tsb maka dalam prakteknya hanya dapat digunakan
dengan baik apabila kecepatan alirannya di atas 1 m/detik
C. Pipa pitot
Pipa pitot merupakan pipa yang di masukkan ke dalam air dengan lobang
menghadap kearah aliran ,pada dasarnya hampir analog dengan prinsip dari velocity head
rod. seperti pada gambar . Apabila air tidak mengalir. Maka tinggi muka iar di luar dan
didalam pipa juga sama . Sedangkan dalam aliran dengan kecepatan tertentu maka muka
air dalam pipa akan lebih tinggi sebesar kecepatan aliran. Perbedaan tinggi tersebut
sebesar (H0)
V=(2gH0)^1/2
D. rupp’s Ripple meter
Demikian juga alat sederhana ini yang mempunyai ketelitian lebih tinggi daripa
alat-alat yang lain.Prinsip yang digunakan oleh alat ini sangat sederhana . Apabila sebuah
batang atau bilah di masukkan ke dalam air yang mengalir maka di sebelah bawah (hilir)
akan Nampak riak (gelombang kecil)  yang membentuk sudut tertentu  dengan titik sudut
batang tersebut. Sudut tersebut digunakan sebagai ukuran kecepatan permukaan air .
Makin tinggi kecepatan aliran air maka maka sudut tersebut makin  kecil. Sebaliknya bila
kecepatan aliran kecil maka sudut yang terbentuk menjadi lebih besar.
Pengukurannya dilakukan dengan cara sbb:
a. Alat ukur yang sudah anda buat seperti dalam gambar, batang yang di gunakan
jangan terlalu besar maupun terlalu kecil.
b. Alat tersebut di masukkan kedalam air dan dua buah riak yang terbentuk dimasing
masing batang tersebut diamati. Apabila titik potong keduanya berada di luar skala
memenjang yang ada maka jarak antara dua batang tersebut dapat di perpendek.
c. Jarak antara titik pengukuran sampai dengan titik potong kedua riak tersebut diukur
.Jarak ini merupakan indicator kecepatan air(permukaan)yang dapat disajikan dalam
persamaan sbb:
background image
a.     V = C + XL
background imageDengan V = kecepatan permukaan , dalam m/detik
C = tetapan = 0.40
X = variable yang tergantung dari nilai W sebagai berikut
Mencari Luas Penampang Aliran Air  Setelah kita dapat data akan kecepatan aliran maka kita harus mencari data luas  penampang aliran air dengan cara  dari sisi tepi kita ukur jarak horizontal dan kedalaman air  sampai ke sisi tepi selanjutnya . dari data tersebut dapat kita gambar di millimeter blok( dengan  perbandingan skala) ujung dasar dari sungai  bawah tanah tersebut kita hubungkan garis  lalu kita  bisa menghitung luas dari penampang aliran air tersebut.
 Setelah itu masukkan dalam persamaan
Q = A x V
maka telah kita dapat data Debit dari suatu aliran sungai  bawah tanah…!!!!
Sebetulnya masih ada banyak cara untuk pengukuran debit misalnya dengan current  meter, Hidro-Acoustic methods, Dilution methods dan lain sebagainya tetapi penulis hanya mencoba menerangkan beberapa cara konvensional tetapi praktis sehingga dapat dilakukan dalam kegiatan penelusuran goa ( caving). Dalam pengukuran tersebut tidak lepas dari kondisi
Share:

Wikipedia

Search results