"PORTAL GEOGRAFI, LINGKUNGAN DAN TATA KOTA" Gapai mimpimu untuk masa depan yang lebih baik

Kentut sapi terhadap Global Warming

13540865361218004885
Alarm tanda bahaya pada bumi telah berdering kencang. Dewasa ini banyak sekali permasalahan-permasalahan yang menimpa bumi ini, terutama masalah lingkungan. Tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan yang namanya Pemanasan Global (Global Warming). Banyak faktor penyebab global warming, salah satunya adalah pada sektor peternakan, khususnya peternakan sapi.

Sapi termasuk hewan mamalia dari familia Bovidae dan subfamilia Bovinae. Sapi dipelihara untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai bahan pangan. Kotoran sapi pun kini telah dimanfaatkan sebagai pupuk organik, sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil yang sudah mulai langka, bahkan sebagai media pembenihan cacing tanah, yang nantinya digunakan sebagai bahan obat.
Tapi tahukah Anda, bahwa selama ini sapi ternyata menjadi salah satu penyebab global warming?
Sejak dulu kita hanya menyalahkan CO2, CO, atau CFC sebagai biang kerok penyebab global warming, padahal ada beberapa biang keladi lain penyebab global warming, salah satunya adalah gas metana.
 
Gas Metana Sangat Berbahaya
Mungkin belum banyak orang yang tahu tentang gas metana. Metana adalah gas anaerobik yang dihasilkan dari aktivitas mikroorganisme saat menguraikan bahan-bahan organik. Perlu diketahui bahwasanya gas metana mengandung emisi efek rumah kaca 23 kali lebih ganas ketimbang dengan gas CO2. Gas metana dihasilkan melalui proses yang berlangsung secara alamiah. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan jumlah gas metana selain yang tersimpan di dasar laut pada kutub bumi adalah meningkatnya populasi ternak.
Selama ini ternyata sapi merupakan salah satu hewan ternak penyumbang terbesar gas metana. Sistem pencernaan sapi yang sangat lambat menjadi alasan mengapa binatang itu menghasilkan banyak gas metana, khususnya pada kentut sapi. Gas metana memiliki potensi menghasilkan efek rumah kaca seperti halnya gas CO2, bahkan lebih ganas 23 kalinya.

Pernah dilakukan suatu penelitian yang dilakukan oleh seorang yang berasal dari Argentina, bahwasanya didapatkan fakta kalau gas metana dari sapi menyumbang lebih dari 30% total emisi penyebab efek rumah kaca negara Argentina. Sebagai salah satu negara penghasil daging sapi terbesar di dunia, Argentina mempunyai lebih dari 55 juta ekor sapi yang merumput di daerah Pampas.

Dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang mengkonsumsi banyak daging sapi, maka orang tersebut secara tidak langsung telah ikut menciptakan global warming. Hal ini mengindikasikan bahwa pola hidup seseorang akan mempunyai pengaruh besar terhadap keselamatan, atau bahkan kehancuran bumi sekalipun.
 
Mari Memanfaatkannya
Sudah saatnya kita membiasakan diri untuk hidup sehat dan ramah lingkungan. Kalau tidak dimulai sekarang, mau kapan lagi, apakah kita mau menunggu sampai bumi kita benar-benar hancur?

Kita sebagai mahasiswa harusnya peka terhadap situasi yang semakin parah seperti ini. Apalagi kita sebagai mahasiswa ITS yang notabene merupakan kampus yang berbasis sains dan teknologi. Sebagai engineerlayaknya kita bisa menciptakan suatu ide-ide kreatif atau suatu alat yang bisa memanfaatkan kotoran sapi tersebut yang mengandung gas metana sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil yang sudah langka. Memang dalam waktu dekat ini, bahan bakar alternatif dari kotoran sapi menjadi booming.Selain hal tersebut, seperti yang sudah dijelaskan tadi kotoran sapi juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik, dan sebagai media untuk pembenihan cacing tanah yang nantinya digunakan untuk obat.

Dibalik bahaya yang dihasilkan oleh sapi (kotorannya), ternyata ada juga manfaat yang besar dari itu semua. Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapi hal tersebut, kalau kita benar-benar mau berusaha menjaga bumi ini, tidaklah ada sesuatu hal yang tidak mungkin.
Share:

TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

RENCANA SISTEM PERKOTAAN
Wilayah Kabupaten Pacitan terdiri dari 12 kecamatan. Jenis kegiatan yang akan dikembangkan disesuaikan  dengan  kebutuhan,  seperti  fasilitas  perbelanjaan,  fasilitas  pendidikan,  fasilitas  kesehatan, fasilitas peribadatan, serta fasilitas rekreasi dan olahraga, untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.

|Adapun hirarki kawasan perkotaan dan Ibukota Kecamatan di Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut:

1)    Kawasan perkotaan Pacitan dengan hirarki K-1 berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW II/C/2)

2)    Ibukota  Kecamatan yang  berfungsi  sebagai  pusat  Kegiatan  Lokal  (PKL)  dengan  hirarki  K-2 meliputi: Ibukota Kecamatan Punung, Ibukota Kecamatan Ngadirojo, dan Ibukota Kecamatan Bandar; Ibukota Kecamatan yang berfungsi sebagai pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dengan hirarki

3)    K-3 meliputi:  Ibukota  Kecamatan  Donorojo,  Ibukota  Kecamatan  Pringkuku,  Ibukota  Kecamatan Kebonagung, Ibukota Kecamatan Arjosari, Ibukota Kecamatan Tegalombo, Ibukota Kecamatan Nawangan, Ibukota Kecamatan Tulakan, Ibukota Kecamatan Sudimoro.

Disamping itu terdapat Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yaitu pusat pelayanan yang melayani kegiatan skala desa/kelurahan atau beberapa kampung.

Rencana Sistem Pusat Perkotaan3)   Ibukota Kecamatan yang berfungsi sebagai pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dengan hirarki K-3 meliputi:  Ibukota  Kecamatan  Donorojo,  Ibukota  Kecamatan  Pringkuku,  Ibukota  Kecamatan Kebonagung, Ibukota Kecamatan Arjosari, Ibukota Kecamatan Tegalombo, Ibukota Kecamatan Nawangan, Ibukota Kecamatan Tulakan, Ibukota Kecamatan Sudimoro.

Disamping itu terdapat Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yaitu pusat pelayanan yang melayani kegiatan skala desa/kelurahan atau beberapa kampung.

Rencana Sistem Pusat Perkotaan

Adapun  rencana  hirarki pusat  pelayanan  wilayah, rencana  pengembangan jumlah penduduk dan rencana sistem kegiatan produksi ekonomi basis tiap kecamatan di Kabupaten Pacitan hingga tahun 2028 adalah sebagai berikut:
1)   Kecamatan Pacitan
a.    Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-1, dengan fungsi sebagai PKW II/C/2 dan sentra   kegiatan sektor   pariwisata,   Sektor   industri   makanan minuman   ringan   dan peristirahatan,  Industri  pengalengan  ikan  dan  sektor  pertambangan,  serta  sektor  industri produksi batik tulis.
b.    Adanya percepatan pertumbuhan, dengan asumsi sudah berfungsinya Jalan Lintas Selatan Selatan.
c.    Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Pacitan sebagai PKW II/C/2 adalah 100.000-150.000 jiwa.


2)   Kecamatan Punung
a.    Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-2, dengan fungsi sebagai PKL dan kegiatan sebagai sentra kegiatan kelautan.
b.    Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Punung sebagai PKL adalah 50.000-100.000 jiwa.
c.    Wilayah sentra sektor industri produksi mainan anak yang terbuat dari kayu jati dan sentra produksi keramik/ gerabah seni.
3)   Kecamatan Bandar
a.    Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-2, dengan fungsi sebagai PKL dan kegiatan sebagai  sentra produksi  dan kegiatan  industri  pertanian, pertambangan,  dan merupakan
b.    Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Bandar sebagai PKL adalah 50.000-100.000 jiwa.
4)   Kecamatan Ngadirojo

a.    Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-2, dengan fungsi PKL dan kegiatan sebagai sentra  kegiatan sektor  perikanan  dan  kelautan  (budidaya  keramba),  pertambangan  dan sektor industri produksi batik tulis dan sale pisang.
b.    Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Ngadirojo sebagai PKL adalah 50.000-100.000 jiwa
5)   Kecamatan Donorojo
a. Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-3, dengan fungsi sebagai PPK, Pusat Ibu Kota Kecamatan dan kegiatan utama sebagai sentra kegiatan tanaman perkebunan (kapas), rumput laut dan kacang-kacangan sebagai pengepul, industri perkayuan, biofuel dan gula merah.
b. Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Donorojo sebagai PPK adalah 25.000-50.000 jiwa.
6)   Kecamatan Pringkuku
a.  Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-3, dengan fungsi sebagai PPK, Pusat Ibu Kota Kecamatan dan kegiatan utama sebagai pusat pengumpul.
b.  Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Pringkuku sebagai PPK adalah 25.000-50.000 jiwa.
c.  Sebagai sentra produksi kelapa.
7)   Kecamatan Kebonagung
a.  Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-3, dengan fungsi sebagai PPK, Pusat Ibu
Kota Kecamatan dan kegiatan utama sebagai pusat pengumpul dan sentra produksi kelapa serta gula merah.
b.  Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Kebonagung sebagai PPK adalah 25.000-50.000 jiwa.
8)   Kecamatan Arjosari
a.  Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-3, dengan fungsi sebagai PPK, Pusat Ibu
Kota Kecamatan dan kegiatan utama sebagai pusat pengumpul.
b.  Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Arjosari sebagai PPK adalah 25.000-50.000 jiwa.
9)   Kecamatan Nawangan
a.  Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-3, dengan fungsi sebagai PPK, Pusat Ibu Kota Kecamatan dan kegiatan utama sebagai pusat pengumpul dan merupakan kawasan strategis agropolitan.
b.  Sebagai sentra produksi sektor pertambangan.
c.  Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Nawangan sebagai PPK adalah 25.000-50.000 jiwa.
10) Kecamatan Tegalombo

a.  Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-3, dengan fungsi sebagai PPK, Pusat Ibu Kota Kecamatan dan kegiatan utama sebagai pusat pengumpul serta sebagai sentra produksi jahe gajah.
b.  Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Tegalombo sebagai PPK adalah 25.000-50.000 jiwa
11) Kecamatan Tulakan
a.  Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-3, dengan fungsi sebagai PPK, Pusat Ibu
Kota Kecamatan dan kegiatan utama sebagai pusat pengumpul.
b.  Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Tulakan sebagai PPK adalah 25.000-50.000 jiwa
         c.  Sebagai  sentra pertambangan.
12) Kecamatan Sudimoro
produksi  sektor  pertanian  (kelapa,  jeruk  manis,  kolong),  dan  sektor
a.  Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-3, dengan fungsi sebagai PPK, Pusat Ibu
Kota Kecamatan dan kegiatan utama sebagai pusat pengumpul. b.  Diarahkan sebagai kawasan strategis pengembangan PLTU.
c.  Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Sudimoro sebagai PPK adalah 25.000-50.000 jiwa.
d.  Sebagai sentra produksi kelapa, pertambangan.

RENCANA SISTEM PERDESAAN
Pembangunan kawasan pedesaan dititikberatkan pada pembangunan pertanian. Pusat pelayanan lingkungan permukiman pedesaan, dengan jangkauan pelayanan lokal dialokasikan tersebar merata di pusat pusat  kelurahan,  yang  mempunyai  jumlah  penduduk  memadai  dan  di  seluruh pusat-pusat  lingkungan permukiman. Adapun kegiatan yang diperlukan di dalam kehidupan pertanian di kawasan perdesaan antara lain:
1)    Pertanian (bercocok tanam), perikanan, peternakan, dan kehutanan;
2)     Industri pengolahan hasil pertanian;
3)    Penyaluran hasil-hasil pertanian untuk menunjang kegiatan pariwisata pantai dan agrowisata. Kegiatan  pertanian  (bercocok  tanam),  perikanan,  peternakan,  dan  kehutanan  berada  di  daerah pedesaan  sedangkan  kegiatan lainnya  berlokasi  di  pusat  pertumbuhan  atau  pusat  pelayanan  yang merupakan konsentrasi permukiman dicerminkan dalam satu titik lokasi dan daerah belakangnya.


Sistem  perdesaan  dilakukan  dengan  membentuk  pusat  pelayanan  kawasan  perdesaan  secara berhirarki, meliputi:
1)   Pusat pelayanan setiap desa (Pusat Pelayanan Lingkungan /PPL);
2)   Pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman.

RENCANA SISTEM PRASARANA WILAYAH
Rencana sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Pacitan meliputi prasarana yang memiliki skala pelayanan lokal, kota dan regional. Rencana sistem jaringan prasarana terdiri atas rencana sistem jaringan prasarana transportasi, listrik dan sumber daya energi lainnya, telekomunikasi, sumber daya air, dan jaringan prasarana lainnya.
Semua tingkatan sistem jaringan dan pelayanan infrastruktur lainnya dengan tingkatan yang lebih tinggi terletak di wilayah-wilayah dengan orde tinggi, sedangkan sistem jaringan dan prasarana wilayah dengan tingkatan yang lebih rendah terletak di wilayah dengan orde kota yang lebih rendah. Bentuk struktur sarana wilayah Kabupaten Pacitan   berdasarkan struktur ruang perkotaannya dapat dilihat pada gambar berikut.
 

A.   RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LINDUNG
Dengan mengacu pada Keppres No. 32 tahun 1990 tentang Pengolahan Kawasan Lindung dan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka rencana kawasan lindung di wilayah Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut :
1)   Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya, terdiri atas:
a.  Kawasan Hutan Lindung b.  Kawasan Karst
2)   Kawasan perlindungan setempat, terdiri atas:
a.  Kawasan sempadan pantai b.  Kawasan sempadan sungai c.  Kawasan sekitar mata air
d.  Kawasan sekitar SUTT
3)   Kawasan suaka alam dan cagar budaya, terdiri atas:
a.  Kawasan cagar alam
b.  Kawasan cagar budaya
4)   Kawasan Rawan Bencana Alam, terdiri atas:
a.  Kawasan rawan gempa bumi
b.  Kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah c.  Kawasan gelombang pasang tsunami
d.  Kawasan rawan banjir
5)   Kawasan Lindung lainnya, terdiri atas:
a.  Kawasan ruang terbuka hijau b.  Kawasan terumbu karang

B.       RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA
Kawasan budidaya keberadaannya sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat setempat  dan  ekonomi  wilayah  Kabupaten  Pacitan.  Berdasarkan  Undang-Undang  No.  26  Tahun  2007 tentang Penataan Ruang, Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya yang mencakup perwilayahan Kabupaten Pacitan terdiri atas :
1)   Kawasan peruntukan hutan produksi
2)   Kawasan peruntukan hutan rakyat
3)   Kawasan peruntukan pertanian
4)   Kawasan peruntukan perikanan
5)   Kawasan peruntukan pertambangan
6)   Kawasan peruntukan industri
7)   Kawasan peruntukan pariwisata
8)   Kawasan peruntukan permukiman, terdiri atas:
a.  Permukiman Perkotaan b.  Permukiman Pedesaan
9)   Kawasan peruntukan lainnya, terdiri atas:
a.  Kawasan andalan
b.  Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Pangkalan Udara TNI AU Iswahyudi





WILAYAH PEKA BENCANA ALAM DAN WILAYAH KRITIS
Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menjadikan kawasan Indonesia ini memliki kondisi geologi yang sangat kompleks. Selain menjadikan wilayah Indonesia ini kaya akan sumberdaya alam, kandungan logam, mineral, minyak bumi, gas dan bahan tambang lainnya merupakan salah satu konsekuensi logis kekompleksitasan kondisi geologi di Indonesia yang menjadikan daerah-daerah memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana alam. Daerah rawan bencana alam gempa bumi dan tsunami Indonesia hampir semuanya berada pada daerah yang tingkat populasinya tinggi.

Selain itu keberadaan sirkum mediteran yang merupakan salah satu baris pegunungan di bumi dimana diantaranya mempunyai karakteristik sebagai gunung aktif. Hal ini merupakan potensial terjadinya bencana alam vulkanis. Bahaya gempa tektonik dan vulkanik ini mempunyai dampak pada pantai selatan Jawa yang dapat mengakibatkan terjadinya bencana gelombang tsunami. Jalur gempa tektonik yang pada akhirnya akan menimbulkan tsunami memanjang dari pegunungan Himalaya, India Selatan, Sri Langka, Maladewa berlanjut ke selatan Pulau Sumatera membelok ke timur di sepanjang pantai selatan Jawa hingga Laut Banda, lalu membelok ke utara melalui Sulawesi, Filipina, dan Jepang.

Daerah Jawa Selatan khususnya Cilacap, Kebumen, Wonogiri hingga Pacitan yang berada di atas
lempeng India-Auastralia kondisinya saat ini sangat rapat karena mendapat tekanan dari lempeng Eropa

Asia.  Kondisi  lempeng  Jawa menimbulkan gempa.
1)  Gempa Bumi
Selatan  yang  rapat  dan  tertekan  itu  sewaktu-waktu bisa  patah  sehingga Daerah Kabupaten Pacitan yang berada di atas lempeng India-Australia kondisinya saat ini sangat rapat karena mendapat tekanan dari lempeng Eropa-Asia. Berdasarkan hal tersebut maka seluruh wilayah Kabupaten Pacitan termasuk kedalam kawasan rawan gempa bumi.
2)  Kawasan Rawan Tanah Longsor/Gerakan Tanah
Adapun kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah di Kabupaten Pacitan merupakan daerah yang memiliki kemiringan lahan lebih dari 40% dan kawasan yang memiliki jenis tanah Redzina dan litosol. Pada kawasan yang memiliki kriteria tersebut penggunaan lahan sedapat mungkin berupa hutan lindung/hutan rakyat.
3)  Kawasan Rawan Gelombang Pasang Tsunami

Adapun  kecamatan yang  merupakan  kawasan  rawan  bencana  tsunami  dan  perlu  diatur penggunaan lahannya adalah seluruh wilayah pantai di bagian selatan Kabupaten Pacitan yang memiliki  kemiringan landai  dan  juga  wilayah-wilayah  yang  dilalui  oleh  sungai-sungai  yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

KEBIJAKAN PENATAAN RUANG WILAYAH PERBATASAN

STRATEGI PENGELOLAAN RUANG KABUPATEN PACITAN DALAM WILAYAH CITRAGUNG
Strategi Pengembangan Wilayah yang harus diakomodasi dalam Pengembangan Wilayah Pacitan berkaitan dengan peran dan fungsinya dalam Kawasan Citragung (Pacitan-Trenggalek-Tulung Agung) adalah sebagai berikut:
1)   Meningkatkan daya saing sektor ekonomi potensia.
2)   Meningkatkan  daya tarik  kawasan  di  mata  investor  antara  lain  dengan  cara  menyediakan prasarana dan sarana penunjang.
3)   Memperbaiki sistem pemasaran produk yang dihasilkan kawasan
4)   Pemasaran produk yang dihasilkan tidak diorientasikan kepada jalur lalu lintas ekonomi dan perdagangan Jawa Timur.
5)   Membatasi pembangunan di wilayah-wilayah yang rawan bencana alam.
6)   Meningkatkan  pendapatan  perkapita  masyarakat  dengan  mengembangkan  sektor  ekonomi potensial.
7)   Mengurangi  jumlah pengangguran  dengan  menciptakan  lapangan  pekerjaan  baru  di  sector Pertanian,  yaitu  di Sub  sektor  Perkebunan,  Peternakan,  Perikanan Laut,  serta  di  Sektor Pertambangan dan Penggalian.


Share:

PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN PACITAN

Pola penggunaan lahan di Kabupaten Pacitan dikelompokkan ke dalam: hutan lebat, hutan belukar, hutan buatan, kebun campuran, tegalan, sawah, permukiman, tanah, danau, dan sungai sebagaimana dijelaskan dalam tabel 2.e dan Peta 2.d yang bersumber dari RTRW Kabupaten Pacitan 2009-20028 serta Pacitan dalam angka.

Tabel 2.e
Luas Penggunaan lahan di Kabupaten Pacitan
Kecamatan
Tanah Untuk Bangunan
Tegal/Huma
Tanaman Kayu- Kayuan
Hutan Rakyat, kebun
Hutan
Negara
Lainnya
Jumlah
Donorojo
195,10
781,31
678,77
8.380,38
77,30
711,87
0.824,73
Punung
183,77
4.643,18
2.294,46
2.275,47
9,30
771,49
0.177,67
Pringkuku
171,77
2.290,38
8.550,96
610,47
172,00
1.050,16
12.845,74
Pacitan
310,55
1.693,72
2.637,21
782,70
299,50
780,66
504,34
Kebonagung
178,80
3.036,45
4.949,86
765,10
14,35
1.787,31
0.731,87
Arjosari
162,40
1.057,09
8.416,88
579,08
81,70
536,97
10.834,12
Nawangan
239,76
1.430,54
6.857,43
932,70
75,30
938,54
10.474,27
Bandar
283,02
2.688,02
1.179,57
4.586,56
409,40
910,22
10.056,79
Tegalombo
294,34
4.242,97
2.629,33
5.215,17
41,10
1.286,04
3.708,95
Tulakan
540,04
4.342,61
2.984,05
4.931,05
-
1.546,28
14.344,03
Ngadirojo
402,83
2.406,16
2.679,27
2.506,16
16,30
785,08
8.795,80
Sudimoro
190,95
1.278,15
1.355,99
3.404,13
18,00
426,37
6.673,59
Jumlah
3.153,33
29.890,58
45.213,78
34968,97
1214,25
11530,99
125.971,90
Sumber: Pacitan dalam angka, 2011
Sedangkan pembagian wilayah Kabupaten Pacitan disajikan pada Tabel 2.2 di bawah ini:
Tabel 2.2
Pembagian Wilayah Kabupaten Pacitan

No

Kecamatan

Jumlah Desa

Luas (km2)

Persentase
1
Donorojo
12
109,09
7,85%
2
Punung
13
108,81
7,83%
3
Pringkuku
13
132,93
9,56%
4
Pacitan
25
77,11
5,55%
5
Kebonagung
19
124,85
8,98%
6
Arjosari
17
117,06
8,42%
7
Nawangan
9
124,06
8,93%
8
Bandar
8
117,34
8,44%
9
Tegalombo
11
149,26
10,74%
10
Tulakan
16
161,61
11,63%
11
Ngadirojo
18
95,91
6,90%
12
Sudimoro
10
71,86
5,17%

Total
171
1.389,89
100%
Sumber : Pacitan Dalam Angka, 2009


Share:

Wikipedia

Search results