1. SEJARAH PERKEMBANGAN PETERNAKAN SAPI PERAH.
Domestikasi
sapi dan penggunaan susunya untuk konsumsi manusia di Asia dan Afrika Timur Laut sudah dimulai sejak
8.000 - 6.000 SM. Sebelum sapi dijinakkan
mungkin dengan jalan diburu oleh orang-orang primitif. Telah bertahun-
tahun sapi digunakan sebagai
ternak beban dan sebagai sumber makanan, untuk upacara agama, upacara korban. Susu sapi dan produknya telah digunakan
sebagai makanan, bahan
upacara-upacara korban, kosmetik dan obat-obatan. Orang-orang India menternakkan sapi sekitar 2.000
SM, menteganya digunakan sebagai bahan makanan
dan sebagai bahan persembahan pada Tuhannya. Mentega diubah menjadi Ghee (= butter oil). Di India
sapi dianggap sebagai hewan suci.
Catatan dari Mesir pada tahun 300 SM
menunjukkan bahwa susu, mentega dan keju telahdigunakan secara meluas. Sapi
diperah dari samping, tidak dari belakang seperti orang-orang Somalia, namun demikian kedua bangsa tersebut
memerah sapinya dengan menempatkan
pedetnya di depan sapi yang sedang di perah. Perkembangan yang
besar dalam peternakan sapi perah mulai tahun Masehi sampai pertengahan 1850-an terjadi di Eropa. Bangsa-bangsa
sapi perah yang penting di Amerika Serikat,
Eropa dan Australia aslinya berasal dari Eropa.
Di Indonesia dimulai sejak
jaman penjajahan Belanda,
berdasarkan atas kepentingan
orang-orang Eropa terutama pegawai
pemerintah Hindia Belanda yang membutuhkan susu segar. Pemerintah Belanda yang di negerinya mempunyai
populasi sapi perah Fries Holland (FH), mendatangkan
sapi FH ke Indonesia. Karena pada dasarnya hanya bertujuan untuk memenuhi permintaan susu segar bagi
para karyawan Belanda, dan belum ada usaha
pengelolaan susu, maka perkembangan peternakan sapi perah pada masa
tersebut sangat lambat. Seperti
telah diketahui bahwa susu adalah merupakan produk ternak yang cepat / mudah menjadi rusak apabila tanpa
pengolahan.
Pengembangbiakan sapi perah di Indonesia telah dimulai
sejak kontrolir van Andel yang bertugas di
Kawedanan Tengger, Pasuruhan pada tahun 1891 - 1893, atas anjuran dokter hewan Bosma mengimport sapi pejantan
Fries Holland dari negeri Belanda. Disamping
itu telah diimport pula sapi perah Shorthorn, Ayrshire dan Jersey dari Australia. Sapi-sapi tersebut telah
dikawin-silangkan dengan sapi lokal yaitu sapi Jawa dan Madura. Perkawinan sapi tersebut dengan sapi Jawa
(lokal) merupakan landasan
terbentuknya sapi Grati. Kontrolir Shipper yang didampingi dokter hewan Penning mengadakan grading-up sapi-sapi
lokal dengan menggunakan sapi jantan FH
yang didatangkan dari negeri Belanda sebanyak 7 ekor. Bersamaan dengan waktu itu dilakukan pengebirian
sapi-sapi jantan lokal di daerah Salatiga, Boyolali dan sekitarnya. Sejak tahun 1990 di Lembang dan Cisarua
(Bandung) telah terdapat
perusahaan peternakan sapi perah yang memelihara sapi perah bangsa FH murni.
2.
JENIS –JENIS SAPI YANG DITERNAKAN.
Secara garis
besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu:
·
kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos
indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di
daerah tropis
·
kelompok dari Bos primigenius, yang
tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus.
Jenis- jenis sapi perah yang sering
diternakan, yaitu:
§ Sapi Friesian Holstein (FH).
Sapi ini sering juga dikenal dengan
sebutan sapi holland. Di Amerika sapi ini di sebut friesien, sedangkan di
negara-negara lain ada pula yang menyebutnya friesien. Di Indonesia sendiri
dikenal dengan sebutan FH. Sapi ini berasal dari Belanda. Ciri-cirinya, antara
lain
a. Warna belang hitam putih
b. Pada dahinya terdapat warna putih
berbentuk segitiga
c. Dada, perut bawah, kaki dan ekor
berwarna putih
d. Tanduk kecil-pendek, menjurus ke
depan
e. Tenang, jinak sehingga mudah
dikuasai
f. Sapi tidak tahan panas, namun muda
beradaptasi
g. Lambat menjadi dewasa
h. Produksi susu, yaitu 4.500-5.500
liter
i.
Berat
badan sapi jantan 1.000 kg dan betina 650 kg.
§ Sapi Jersey
Sapi ini berasal dari channel
Island, tepatnya pulai Jersey, Inggris. Ciri-ciri sapi jenis ini sebagai
berikut
a. Berwarna cokelat tua disertai belang
putih
b. Cepat dewasa
c. Sapi betina dewasa mempunyai berat
306 kg – 580 kg, sedangkan sapi jantan mempunyai berat 680 kg.
d. Rata-rata produksi susunya adalah
2.428 kg
§ Sapi Guernsey.
Sapi ini berasal dari Guerrnsey,
Inggris. Ciri-ciri sapi ini adalah
a. Berwarna kuning tua
b. Belang putih pada kaki dan ekor
c. Berat badan sapi betina 550 kg dan
sapi jantan 850 kg
d. Produksi susunya mencapai 4.000
liter
§ Sapi aryshire.
Sapi ini berasal dari Skotlandia.
Dengan ciri-cirinya sebagai berikut
a. Belang (merah putih atau cokelat
putih)
b. Ambingnya besar
c. Tanduknya memanjang ke atas
d. Berat badan sapi betina 550 kg dan
sapi jantan 725 kg
e. Produksi susunya dapat mencapai
4.852 liter.
Hasil survei
di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan
untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.
3.
PUSAT PETERNAKAN SAPI PERAH DI INDONESIA DAN
DUNIA.
Sentra
peternakan sapi di dunia ada di negara Eropa (Skotlandia, Inggris, Denmark,
Perancis, Switzerland, Belanda), Italia, Amerika, Australia, Afrika dan Asia
(India dan Pakistan). Sapi Friesian Holstein misalnya, terkenal dengan produksi
susunya yang tinggi (+ 6350 kg/th), dengan persentase lemak susu sekitar 3-7%.
Namun demikian sapi-sapi perah tersebut ada yang mampu berproduksi hingga
mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila digunakan bibit unggul, diberi pakan
yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan yang mendukung dan menerapkan
budidaya dengan manajemen yang baik. Saat ini produksi susu di dunia mencapai
385 juta m2/ton/th, khususnya pada zone yang beriklim sedang. Produksi susu
sapi di PSPB masih kurang dari 10 liter/hari dan jauh dari standar normalnya 12
liter/hari (rata-ratanya hanya 5-8 liter/hari). Sedangkan di Indonesia sentra peternakan sapi
perah adalah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
4. MANFAAT
Manfaat dari peternakan sapi perah adalah
§
Peternakan sapi menghasilkan daging sebagai sumber
protein, susu, kulit yang dimanfaatkan untuk industri.
§ Pupuk kandang sebagai salah satu sumber organik lahan
pertanian.
5.
PERSYARATAN LOKASI
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang
letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh
kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10
meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat
dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di
tengah sawah atau ladang.
6.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
v Penyiapan Sarana dan
Peralatan
Kandang dapat dibuat
dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki.
Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu
jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua
jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua
jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk
tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas
ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi
ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar
sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai kandang harus
diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai
terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi.
Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang
dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan
desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya. Ukuran kandang
yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m,
sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup
1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar
kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan
kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
v Pembibitan
Syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:
- produksi susu tinggi,
- umur 3,5 - 4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
- berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
- bentuk tubuhnya seperti baji,
- matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat,
- ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-kelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek,
- tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
- tiap tahun beranak.
Sementara calon induk
yang baik antara lain:
- berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi,
- kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar,
- jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar,
- pertumbuhan ambing dan puting baik,
- jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta
- sehat dan tidak cacat.
Pejantan yang baik harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
- umur sekitar 4-5 tahun,
- memiliki kesuburan tinggi,
- daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya,
- berasal dari induk dan pejantan yang baik,
- besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik,
- kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,
- muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar,
- paha rata dan cukup terpisah,
- dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar,
- badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta
- sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.
Prosedur:
- Pemilihan
Bibit dan Calon Induk
Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan. Bibit yang baru datang harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya. - Perawatan
Bibit dan Calon Induk
Seluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapi yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan temperamennya. - Sistim
Pemuliabiakan
Seringkali sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi risiko kesulitan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit harus diberi kesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap hari.
v Pemeliharaan
- Sanitasi
dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan. - Perawatan
Ternak
Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar). Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak. - Pemberian
Pakan
Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu: - sistem penggembalaan (pasture fattening)
- kereman (dry lot fattening)
- kombinasi cara pertama dan kedua.
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa
umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.
Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.
- Pemeliharaan
Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.
7. PENYAKIT YANG MENYERANG SAPI PERAH DAN PENANGANAN SERANGAN.
a. Penyakit.
v Penyakit
antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan. Gejalanya adalah demam tinggi, badan lemah dan gemetar; ) gangguan pernafasan; pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; limpa bengkak dan berwarna kehitaman. Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan. Gejalanya adalah demam tinggi, badan lemah dan gemetar; ) gangguan pernafasan; pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; limpa bengkak dan berwarna kehitaman. Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
v Penyakit
mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE. Gejalanya adalah rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; demam atau panas, suhu badan menurun drastis; nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; air liur keluar berlebihan. Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE. Gejalanya adalah rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; demam atau panas, suhu badan menurun drastis; nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; air liur keluar berlebihan. Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
v Penyakit
ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri. Gejalanya adalah kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; leher, anus, dan vulva membengkak; paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam. Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri. Gejalanya adalah kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; leher, anus, dan vulva membengkak; paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam. Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
v Penyakit
radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejalanya adalah mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; kulit kuku mengelupas; tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejalanya adalah mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; kulit kuku mengelupas; tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
b.
Pencegahan Serangan
Upaya
pencegahan dan pengobatannya dilakukan dengan memotong kuku dan
merendam
bagian yang sakit dalam larutan refanol selama 30 menit yang
diulangi
seminggu sekali serta menempatkan sapi dalam kandang yang bersih dan kering.
8.
PERAWATAN
KESEHATAN SAPI PERAH.
Perawatan kesehatan pada sapi perah
dilakukan agar sapi sehat dan dapat menghasilkan kuantitas dan kualitas
produksi susu yang tinggi. Menurut AAK ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam perawatan kesehatan sapi,yaitu:
Ø Karantina
dan isolasi, yaitu pemisahan sapi-sapi yang sakit agar tidak menulari sapi-sapi
yang lain.
Ø Vaksinasi
dan pengobatan cacing (derwoming), yaitu pemberian vaksinasi untuk mencegah
kemungkinan terinfeksinya penyakit menular dan pemberian obat-obatan untuk
menanggulangi terjadinya infeksi dan pembiakan cacing di dalam tubuh sapi.
Ø Tindakan
higienis, yaitu tindakan kebersihan yang meliputi peralatan makan, kebersihan
kandang, kebersihan sapi, mengubur dan membakar bangkai, kebersihan bahan
makanan, dan peternak harus bersih serta bebas dari penyakit.
Ø Pemotongan
kuku, dilakukan agar tubuh sapi tetap stabil dan untuk mencegah penyakit kuku
dan mulut.
9.
TEKNIK
PEMERAHAN SUSU SAPI YANG BAIK.
Teknik
dalam pemerahan susu sapi ada beberapa macam yaitu memerah tangan, vacuum
ember, langkah-saver transportasi susu, pemerahan pipa, salon pemerahan, salon
tersembunyi, herringbone dan salon parallel, salon rotary, otomatis pemerah
take-off, serta memerah dengan robot otomatis. Namun dari sekian banyak teknik
pemerahan yang tertera diatas hanya ada satu yang mungkin lebih baik tekniknya.
Teknik atau cara pemerahan susu sapi yang baik adalah menggunakan
tangan(tradisional). Dalam pemerahan susu sapi dengan cara tradisional ini yang
perlu diperhatikan terlebih dulu adalah penyediaan alat – alat yang dipakai
peternak untuk memerah susu dan menyimpannya agar tetap terjaga kualitasnya.
Cara
pemerahannya sebagai berikut:
- Letakkan jari di atas kalang ambing. Posisi Jari telunjuk serta jari tengah ada di bagian bawah sekitar 2,5 - 3,8 cm di belakang puting susu membentuk huruf C. Untuk mudahnya, anggaplah ambing sebagai sebuah jam, maka posisi/arah jari anda berada pada jam 12, dua jari lain berada di posisi jam 6. Jari anda dan jari telunjuk serta jari tengah saling berhadapan. Jari-jari diletakkan sedemikian rupa sehingga bagian “gudang” air susu berada di bawahnya.
- Kemudian tekan secara lembut ke arah dada, tanpa memindahkan posisi jari-jari tadi. Ambing yang besar dianjurkan untuk diperah lebih dulu.
- memerah air susu keluar dari gudang air susu yang terdapat di bawah kalang ambing di belakang puting susu. Jangan menggesekkan jari anda pada kulit sapi, karena akan menimbulkan rasa sakit atau nyeri pada sapi.
- Ulangi gerakan-gerakan tersebut, hingga aliran air susu berkurang. Kemudian pindahkan jari-jari ke arah jam 11 dan jam 5, lakukan kembali gerakan memerah seperti tadi.
- Lakukan pada kedua ambing secara bergantian. Begitu tampak air susu memancar dari puting susu, itu berarti gerakan tersebut sudah benar.
- Waktu yang diperlukan untuk persiapan dan pemerahan dengan tangan, sekitar 20-30 menit.
Agar dapat menghasilkan kualitas susu yang baik untuk di konsumsi
maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu
·
Peralatan yang digunakan untuk menampung susu
segar, baik berupa ember perah maupun milk can (kan susu), harus dalam keadaan
bersih dan kering. Jika peralatan bersih maka umur susu segar bisa mencapai
tiga jam, setelah itu susu akan rusak atau asam.
·
Sebelum dimasukan ke dalam milk can, susu di
saring terlebih dahulu agar bulu sapi dan Vaseline yang tercampur dengan susu
tidak terbawa ke dalam wadah.
·
Waktu pengiriman dihitung pada saat susu selesai
diperah hingga sapi tiba pada konsumen.
·
Pendinginan susu dengan suhu 40 C
agar lebih tahan lama. Jika suhu lebih dari 40 C maka bakteri akan
dengan mudah berkembang biak
10.
TANTANGAN
YANG DIHADAPI DALAM BETERNAK SAPI PERAH.
- Pemasaran
o
Produk susu dalam
negeri umumnya bersaing dengan susu impor, sebab
susu
impor yang harganya lebih rcndah dan mutunya pun lebih baik. Hal ini bisa
terjadi karena ongkos produksinya dapat ditekan lebih murah; semua sarana
peralatan, mutu sapi, dan lain-lain sudah lebih baik atau maju.
o
Daya beli masyarakat
masih rendah, sebab sebagian besar masyarakat belum mengcnal ilmu gizi sehingga
berpengaruh terhadap pemasaran produk air susu. Mereka mcrasa tidak berkepentingan,
karena fungsi dan pengaruh air susu terhadap tubuh.
o
Hygiene air susu kurang
dapat dipertanggungjawabkan seningga mempengaruhi mutu air susu. Mutu air
susuyang rendah akan mengurangi kepercayaan para konsumen sehingga mereka tidak
menyukai produk air susu yang dipasarkan. Sering terjadi fluktuasi harga bahan
baku pakan yang melonjak sangat tinggi. Peristiwa semacam ini membawa pengaruh
besar terhadap indek pakan dan produksi yang jelek, sehingga peternak sangat dirugikan.
Apabila peristiwa semacam ini berlangsung berkepanjangan akan membawa
kebangkrutan usaha, karena peternak tidak akan bergairah lagi meneruskan
usahanya yang rugi terus-menerus.
- Penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan peternak .
Para
peternak sapi perah umumnya kurang memiliki bekal ilmu pengetahuan atau skill
di bidang peternakan sehingga berpengaruh besar terhadap usaha pengembangan
ternak. Apalagi jika usaha ini tidak didukung oleh sumber daya alam yang
memadai sebagai modal, maka keberhasilan dan kontinuitas usahanya pasti akan
terganggu. Dalam hal ini sumber daya manusia dan alam harus di-upayakan agar
tidak menjadi kendala yang dapat mempengaruhi perkembangan usaha ternak sapi perah.
- Biaya transportasi
Sulitnya
sarana transportasi seperti jarak antara produsen dan konsumen yang begitu
jauh ditambah saruna jalan yang sulit ditempuh oleh sarana angkutan merupakan
salah satu tantangan besar bagi peternak sapi perah. Biaya angkutan bahan-bahan
pukan dan hasil produksi akan mahal sehingga memperkecil keuntungan.
Tentu saja hal ini akan sangat mengganggu pengembangan usaha peternakan.
KESIMPULAN
Peternakan sapi
perah sudah dimulai sejak 8.000 – 6.000
SM. . Susu sapi dan produknya telah digunakan sebagai makanan, bahan upacara-upacara korban,
kosmetik dan obat-obatan. Orang-orang India
menternakkan sapi sekitar 2.000 SM, menteganya digunakan sebagai bahan makanan dan sebagai bahan persembahan
pada Tuhannya. Perkembangan yang besar dalam peternakan sapi perah
mulai tahun Masehi sampai pertengahan 1850-an
terjadi di Eropa. Di Indonesia
dimulai sejak jaman penjajahan Belanda. Pemerintah Belanda yang di negerinya mempunyai
populasi sapi perah Fries Holland (FH), mendatangkan
sapi FH ke Indonesia.
Jenis sapi perah yang diternakkan
adalah Sapi Friesian Holstein (FH), sapi Jersey, sapi Guernsey dan sapi
Aryshire. Manfaat dari Peternakan
sapi sebagai penghasil daging sebagai sumber protein, susu, kulit
yang dimanfaatkan untuk industri dan Pupuk
kandang sebagai salah satu sumber organik lahan pertanian. Pemeliharaan
sapi perah sangatlah mudah yang perlu diperhatikan adalah Sanitasi
dan Tindakan Preventif,
perawatan ternak, pemeliharaan kandang dan pemberian pakan. Penyakit yang
menyerang sapi di peternakan sapi perah sangat beragam, seperti penyakit
antraks, penyakit mulut dan kuku, ngorok, dan radang kuku. Dalam peternakan
sapi perah juga banyak tantangan yang dihadapi dalam beternak ini,misalnya
pemasaran, keterampilan menguasai ilmu pengetahuan ternak dan biaya
transportasi.