BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tanaman teh (Camellia sinensis L.)
telah lama diusahakan orang sebagai tanaman perkebunan dan tersebar di
benua-benua Afrika, Australia, dan Asia termasuk Indonesia (Adisewejo, 1982).
Teh merupakan bahan perdagangan yang dikonsumsi oleh penduduk dunia. Kebiasaaan
minum teh diduga berasal dari China yang kemudian berkembang di Jepang dan
Eropa (Wibowo et al., 1997). Sekitar sejuta ton teh dikonsumsi penduduk di
seluruh dunia, baik di negara yang menghasilkan teh maupun di negara yang harus
mengimpor berpuluh-puluh maupun beratus-ratus ton teh tiap tahun
(Siswoputranto, 1978).
Persaingan perdagangan teh di pasar dunia
merupakan tantangan bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi teh baik
kualitas maupun kuantitasnya. Produksi teh di Indonesia ditinjau dari sentra
produksi teh yang hampir menyebar ke berbagai daerah, maka Jawa Barat memegang
peranan penting dengan produksi yang tinggi dari areal yang terluas. Daerah-
daerah yang mengusahakan tanaman teh lainnya adalah Sumatera Utara, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Lampung. Laju
pertumbuhan areal penanaman setiap tahun dari tahun 1984-1989 mencapai 3,2%.
Hal ini tercermin dari perhatian pemerintah terhadap usaha pengembangan,
pembudayaan dan perluasan terhadap usaha teh hingga ke daerah lain ( Nazzarudin
et al., 1996).
Luas lahan perkebunan teh yang semakin
berkurang bukan menjadi penghambat untuk meningkatkan produksi teh. Usaha
peningkatan produksi teh masih dapat dilakukan yaitu dengan peremajaan.
Nazzarudin et al.(1996), mengatakan bahwa kunci keberhasilan pada semua
pertanaman adalah perawatan yang baik dan teratur. Dengan perawatan ini,
tanaman akan tumbuh sehat, segar dan produksinya tinggi. Perawatan perkebunan
teh harus dilakukan sejak tanaman masih kecil, semenjak pembibitan. Perawatan
tersebut meliputi pemupukan, pemangkasan, pengendalian gulma, dan peremajaan.
Setelah umur 40 tahun, usia kritis dari tanaman teh mulai berjalan.
Pertumbuhannya kurang baik dan daun yang dihasilkan lebih sedikit serta
ukurannya lebih kecil. Untuk itu perlu diadakan program peremajaan maupun
rehabilitasi kebun berlangsung secara terus-menerus maka produktivitas kebun
teh diharapkan akan meningkat dengan kualitas yang baik serta biaya produksi
yang rendah. Usaha peremajaan kebun teh ini membutuhkan bahan tanaman dalam
jumlah yang banyak dengan umur yang relatif sama dan seragam.
Dalam usaha pengembangan dan peningkatan
mutu hasil tanaman teh akan selalu dipengaruhi faktor-faktor yang bersifat
membatasi, antara lain serangan hama dan patogen. Menghadapi masalah hama dan
patogen tidaklah mudah, karena terbatasnya pengetahuan tentang pengendaliannya
atau bilamana pengetahuan itu telah ada namaun sarana dan prasarana belum ada.
Tanaman mengalami sakit, tidak normal pertumbuhan dan perkembangannyasehingga
hasil tanaman mengalami penurunan.
Keadaan tanaman teh yang tidak sesuai
dengan persyaratan tumbuh, penggunaan bibit atau klon-klon yang rentan
merupakan suatu predisposisi terjadinya serangan hama dan patogen pada tanaman
teh di perkebunan. Hama dan patogen tanaman teh merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi produksi tanaman teh.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
rumusan masalah yang hendak dinahas dalam makalah ini adalah:
1.
Apa
yang dimaksud dengan perkebunan Teh?
2.
Apa
yang dimaksud dengan tanaman Teh?
3.
Seperti
apa sejarah dan asal-usul tanaman teh?
4.
Bagaimana
cara budidaya dan penanaman teh yang baik?
5.
Bagaimana
cara pemanenan tanaman teh?
6.
Ada
berapa jenis tanaman teh yang ada di Indonesia?
7.
Hama
apa yang menyerang tanaman teh?
8.
Jenis
tanah apa yang cocok dan baik untuk tanaman teh?
9.
Bagaimana
persebaran tanaman teh di Indonesia?
C.
Tujuan
Berdasarakan rumusan masalah diatas, ada
beberapa tujuan yang ingin dicapai setelah membaca makalah ini, tujuan tersebut yaitu:
1.
Dapat
mengerti tentang perkebunan teh itu
seperti apa
2.
Untuk
mengetahui pengertian dari tanaman teh
3.
Menambah
wawasan kita tentang sejarah dan asal-usul tanaman teh
4.
Dapat
menambah pengetahuan kita terhadap cara budidaya dan penanaman teh yang baik
5.
Dapat
mengetahui cara pemanenan tanaman teh yang benar
6.
Untuk
mengetahui jenis-jenis tanaman teh yang ada di Indonesia
7.
Untuk
mengetahui penyakit atau hama yang menyerang tanaman teh
8.
Untuk
mengetahui jenis tanah yang baik untuk tanaman teh
9.
Untuk
mengetahui persebaran tanaman teh di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkebunan Teh
Kebun teh (perkebunan teh) adalah tempat dimana teh
yang mempunyai potensi rasa enak dihasilkan, dengan perawatan serta perhatian
untuk memastikan kondisi pertumbuhan terbaik yang mungkin dibuat. Sebagai
contoh dengan penanaman pohon untuk menyediakan tempat yang teduh, atau
penanaman tanaman penghalang angin, untuk mencegah kerusakan yang diakibatkan
oleh angin kencang, terutama di dataran Assam.
B. Pengertian Tanaman Teh
Tanaman teh merupakan tumbuhan berdaun
hijau yang termasuk dalam keluarga Camellia yang berasal dari Cina, Tibet dan
India bagian Utara. Ada dua varietas utama tanaman teh. Varietas berdaun kecil,
dikenal sebagai Camellia sinensis, yang tumbuh dengan baik di daerah
pegunungan tinggi berhawa dingin di Cina tengah dan Jepang. Varietas berdaun
lebar, dikenal sebagai Camellia assamica, yang tumbuh paling baik di
daerah beriklim tropis yang lembab, di India bagian utara dan Szechuan dan
propinsi Yunnan di Cina. Tanaman teh mempunyai daun berwarna hijau gelap,
mengkilap, berukuran kecil, dan berbunga putih.
C.
Sejarah Dan Asal-Usul Tanaman Teh
Tanaman teh termasuk
genus Camellia yang memiliki sekitar 82 spesies, terutama tersebar di kawasan Asia Tenggara pada garis
lintang 30° sebelah utaramaupun selatan khatulistiwa. Tanaman teh (Camellia
sinensis L) berasal dari wilayah perbatasan negara-negara Cina Selatan (Yunan),
Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma
Timur dan India Timur Laut, yang merupakan vegetasi hutan daerah
peralihan tropis dan subtropis. Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia
tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh orang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai
tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam
melengkapi Kebun Raya Bogor, danpada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan,
Garut, Jawa Barat.
Pada tahun1828 masa pemerintahan Gubernur
Van Den Bosh, Teh menjadi salah satutanaman yang harus ditanam rakyat melalui
politik Tanam Paksa (CultureStelsel) (Mahfud dkk 1998).Berhasilnya penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta)dan
di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian
Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha perkebunan tehdi Jawa.
Teh dari Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam tahun 1835.Teh jenis
Assam mulai masuk ke Indonesia (Jawa) dari Sri Lanka (Ceylon) padatahun 1877, dan ditanam oleh R.E. Kerkhoven di
kebun Gambung, Jawa Barat.Dengan masuknya teh Assam tersebut ke
Indonesia, secara berangsur tanaman tehChina
diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di
Indonesiaberkembang semakin luas. Pada tahun 1910 mulai dibangun perkebunan teh
didaerah Simalungun, Sumatera Utara (Sultoni 1992).
D.
Cara Penanaman Dan Budidaya Tanaman Teh
Tanaman teh terutama tumbuh di daerah tropis diantara
garis balik Cancer dan Capricorn, memerlukan curah hujan hingga 1000-1250 mm
per tahun, dengan temperatur ideal antara 10 hingga 30 °C. Tanaman teh tumbuh
pada permukaan laut hingga 2400 meter.
Tanaman teh ditumbuhkan secara berbaris dengan jarak
satu meter. Pohon teh harus dipangkas setiap empat atau lima tahun dengan
tujuan untuk memudakan kembali dan memelihara supaya mempunyai tinggi yang tetap
untuk memudahkan para pemetik teh, memetik teh. Hal ini dikenal dengan istilah
“Tabel Pemetikan”. Pohon teh mampu menghasilkan teh yang bagus selama 50 – 70
tahun, namun setelah 50 tahun hasil produksinya menurun. Pada saat tersebut
pohon yang sudah tua sudah saatnya digantikan dengan pohon yang masih muda yang
telah ditumbuhkan di perkebunan untuk pembiakan tanaman muda.
Tanaman teh umumnya
dapat dipanen secara terus menerus setelah berumur5 tahun dan apabila
dipelihara dengan baik, tanaman ini dapat memberikan hasilyang cukup baik selama 40 tahun. Pada
umumnya, teh tumbuh di daerah tropis dengan
ketinggian antara 200 sampai 2000 meter diatas permukaan laut. Suhu cuaca
antara 14 sampai 250C. Ketinggian tanaman dapat mencapai hingga 9 meter
untuk Teh Cina dan Teh Jawa, ada yang berkisar antara 12 sampai 20 meter
tingginya untuk tanaman Teh jenis Assamica. Hingga saat ini, di seluruh dunia terdapat
sekitar 1500 jenis teh yang berasal dari 25 negara.
Untuk mempermudah pemetikan daun-daun teh,
maka pohon teh selalu dijaga pertumbuhannya, dengan cara selalu dipangkas
sehingga ketinggannya tidak lebih dari 1 meter. Dengan ketinggian ini, maka sangatlah mudah untuk memetik pucuk-pucuk daun
mudayang baik (Sosro 2011). Jenis tanah yang cocok untuk teh adalah
Andosol,Regosol dan Latosol. Namun teh juga
dapat dibudidayakan di tanah Podsolik (Ultisol), Gley Humik,
Litosol dan Aluvia. Teh menyukai tanah dengan lapisanatas yang tebal, struktur
remah, berlempung sampai berdebu, dan gembur.
Derajat keasaman tanah (pH) berkisar
antara 4.5 sampai 6.0. Berdasarkan ketinggiantempat,
kebun teh di Indonesia dibagi menjadi 2 daerah yaitu: (1) dataran rendah: sampai
800 m dpl; (2) dataran sedang: 800 sampai 1.200 m dpl; dan (3) dataran tinggi:
lebih dari 1.200 meter dpl. Perbedaan ketinggian tempat menyebabkanperbedaan pertumbuhan dan kualitas teh. (Sultoni
1992).Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah dengan ketinggian
200sampai 2.000 m di atas permukaan laut.
Di daerah-daerah yang rendah umumnya tanaman teh kurang dapat memberi hasil yang cukup
tinggi. Tanaman teh menghendaki tanah yang dalam dan mudah menyerap air.
Tanaman tidak tahan terhadap kekeringan serta menuntut curah hujan minimum
1.200 mm yang merata sepanjang tahun. Faktor iklim yang harus mendapat
perhatian yaitu, suhu udara, curah hujan, sinar matahari serta angin. Suhu
udara yang baik yaitu 13 sampai 25°C diikuti cahaya matahari yang cerah
dengan kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang dari 70%. Curah hujan tinggi, merata sepanjang tahun
(kpp bumn 2011).
Pembenihan teh dengan stek merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan benih dalam
jumlah banyak, dengan keyakinan bahwasifat keunggulannya
sama dengan pohon induknya.
Penanaman dimulai dari proses pembongkaran pohon dan tunggul, pengelolaan tanah
dan pembuatan drainase (Dadan 2009).Pengolahan
daun teh sering disebut sebagai "fermentasi" walaupun sebenarnya
penggunaan istilah ini tidak tepat. Pemrosesan teh tidak menggunakan ragi dan tidak adaetanol yang
dihasilkan seperti layaknya proses fermentasi
yang sebenarnya. Pengolahan teh yang tidak
benar memangbisa menyebabkan teh ditumbuhi jamur yang
mengakibatkan terjadinya proses fermentasi.
Teh yang sudah mengalami fermentasi dengan jamur harus dibuang, karena
mengandung unsur racun dan unsur bersifat karsinogenik.
E.
Cara Pemanenan Teh
Pemetikan dilakukan tergantung pada cuaca; tumbuhan
baru dapat dipetik dengan interval 7 – 12 hari selama musim pertumbuhan.
Pemanenan teh membutuhkan banyak tenaga dan tenaga kerja intesif (antara dua
sampai tiga ribu daun teh dibutuhkan untuk memproduksi hanya satu kilo teh yang
belum terproses) dan prosedur yang digunakan memerlukan keahlian khusus.
Pemetik teh, belajar mengenali dengan tepat pucuk daun mana yang harus dipetik.
Hal ini penting, untuk memastikan kelunakan daun yang dipetik menghasilkan teh
yang terbaik. Setelah pemetikan, daun teh dibawa ke pabrik untuk diproses lebih
lanjut. Lokasi perkebunan teh pada umumnya berdekatan dengan pabriknya.
F.
Jenis-Jenis Tanaman Teh
Pengelompokan
teh berdasarkan tingkat oksidasi yang pertama adalah Teh Putih, teh
ini dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dansewaktu
belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi dalam
jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih
mahal. Yang kedua adalah Teh Hijau, daun teh ini yang
dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses
setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses
oksidasi dihentikan dengan pemanasan, yang
ketiga adalah Teh Oolong, teh jenis ini mengalami proses oksidasi
dihentikan di tengah-tengah antara Teh Hijau
dan Teh Hitam yang biasanya memakan waktu 2 sampai 3 hari. Yang keempat adalah
Teh Merah atau Teh Hitam. Daun teh dibiarkan teroksidasi secarapenuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh kelima adalah Teh pu-erh, teh ini
Teh pu-erh yang masih "mentah" bisa langsung digunakan untuk dibuat
teh atau disimpan beberapa waktu hingga "matang". Teh pu-erh
yang masih "mentah" kadang-kadang
disimpan sampai 30 tahun bahkan 50 tahun agar matang. Sedangkan teh-teh
yang lain adalah Teh Kuning, Kukicha, Genmaicha (TehJepang), Teh Melati, dan Teh Bunga. Teh juga bisa dijadikan obat
yaitu sebagai antidotum pada keracunan oleh logam-logam berat dan alkaloida.
Kandungan zat pada daunnya 1% sampai 4%kofeine, 7% sampai 15% tanin dan sedikit
minyak atsiri. Dalam penggunaansebagai obat
antidotum pada keracunan oleh logam-logam berat dan alkaloida, petiklah
kuncup daun tersebut 2 sampai 3 helai daun dibawahnya, digulung dan difermentasikan
untuk kemudian diberikan pada penderita (Widayat 1989).
G.
Hama Penyakit Pada Tanaman Teh
Beberapa penyakit yang sering meyerang tanaman teh diantaranya:
a.
Cacar Teh (Exobasidium vexans).
Menyerang daun dan ranting muda. Gejala:
bintik-bintik kecil tembus cahaya dengan diameter 0,25 mm, pada stadium lanjut
pusatbercak menjadi coklat dan terlepas sehingga daun bolong atau berlubang. Pengendalian: mengurangi pohon
pelindung, pemangkasan sejajar permukaan tanah, pemetikan dengan daur pendek (9
hari).
b.
Penyakit Busuk
daun (Cylindrocladum scoparium)
Gejala: daun induk berbercak coklat dimulai dariujung/ketiak daun, daun rontok,
setek akan mati. Pengendalian:
mencelupkan stek ke dalam fungisida.
Jika persemaian terserang semprotkan benomyl 0.2%. Mati ujung pada bidang petik
(Pestalotia tehae), sering menyerang klon TRI 2024. Gejala: bekas petikan berbercak coklat dan meluas ke bawah
danmengering, pucuk baru tidak terbentuk. Pengendalian: pemupukan tepat
waktu,pemetikan tidak terlalu berat, fungisida yang mengandung tembaga.
c.
Penyakit akar merah
anggur (Ganoderma pseudoferreum). Gejala:
tanaman menguning, layu,mati. Pengendalian:
membongkar dan membakar teh yang sakit, menggali selokansedalam 60 sampai 100
cm di sekeliling tanaman sehat, fumigasi metil bromidaatau Vapam.
d.
Penyakit berikutnya penyakit akar merah bata (Proriahypolatertia). Di dataran tinggi 1.000 sampai
1.500 meter dpl. Ditularkan melalui kontak akar, Gejala: sama dengan penyakit akar merah anggur. Pengendalian: sama dengan penyakit akar merah anggur.
e.
Penyakit akar hitam (Rosellinia
arcuata) di daerah 1.500 meter dpl dan R.bunodes di daerah 1.000 meter dpl. Gejala: daun layu, menguning, rontok dan
tanaman mati, terdapat benang hitam di
bagian akar, di permukaan kayu akarterdapat benang putih (R. arcuata)
atau hitam (R. bunodes). Pengendalian:
samadengan penyakit akar umumnya. Selain itu ada, Jamur akar coklat jamur
kanker belah, jamur leher akar, jamur busuk
akar , jamur akar hitam. Menyerang akar, pengendaliannya: sama dengan penyakit
akar umumnya (Sukarja 1983).
Penyakit cacar daun teh
disebabkan oleh cendawan Exobasidium vexans yang
berasal dari Sri Lanka. Kerugian mencapai 30 sampai 50% dari total nilai Rp
114 .000.000,- pada tahun 1951. Namun data ini memang tidak represantatif. Untuk saat ini, tapi masih dapat dijadikan
pedoman bahwa penyakit ini dapat merugikan pertanaman teh di Indonesia
(Sukarja 1983).
H.
Persebaran Tanaman Teh
Perkebunan teh terpusat di dataran menengah dan tinggi di Pulau Jawa,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan. Pada tahun 1990
luas perkebunan teh di Indonesia 129.500 ha. Produksi teh pada tahun 1998
mencapai 136.109 ton.
I.
Manfaat Tanaman Teh
Daun teh adalah bahan pembuat minuman teh yang populer di seluruh penjuru
dunia. Air teh yang kita minum mengandung kafein, teofilin, vitamin A, B, C,
zat yang tidak larut dalam air seperti serat, protein dan pati serta zat yang
larut di dalam air seperti gula, asam amino dan mineral. Jadi selain sebagai
minuman, teh juga mempunyai nilai gizi. Disamping itu teh juga bisa dijadikan
obat yaitu sebagai antidotum pada keracunan oleh logam-logam berat dan
alkaloida.
Kandungan zat pada daunnya 1%-4% kofeine, 7%-15% tanin dan sedikit minyak
atsiri. Dalam penggunaan sebagai obat antidotum pada keracunan oleh logam-logam
berat dan alkaloida, petiklah kuncup daun berikut 2-3 helai dau dibawahnya,
digulung dan difermentasikan untuk kemudian diberikan pada penderita.
J.
Syarat Pertumbuhannya
1. Iklim
§ curah hujan sebaiknya tidak
kurang dari 2.000 mm/tahun
§ Tanaman memerlukan
matahari yang cerah
§ Tanaman teh tidak
tahan kekeringan
§ Suhu udara harian
tanaman teh adalah 13-25 derajat C
§ Kelembaban udara
kurang dari 70%
§ curah hujan minimum yang diperlukan
tanaman teh adalah 1.100 mm/tahun
2.
Media Tanam
§ Jenis tanah yang
cocok untuk teh adalah Andosol, Regosol dan Latosol. Namun teh juga dapat
dibudidayakan di tanah Podsolik (Ultisol), Gley Humik, Litosol dan Aluvia. Teh
menyukai tanah dengan lapisan atas yang tebal, struktur remah, berlempung
sampai berdebu, gembur
§ Derajat keasaman
tanah (pH) berkisar antara 4,5-6,0.
§ Berdasarkan
ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi 2 daerh yaitu:(1)
dataran rendah: sampai 800 m dpl; (2) dataran sedang: 800-1.200 m dpl; dan (3)
dataran tinggi: lebih dari 1.200 meter dpl. Perbedaan ketinggian tempat
menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebun teh (perkebunan teh) adalah tempat dimana teh
yang mempunyai potensi rasa enak dihasilkan, dengan perawatan serta perhatian
untuk memastikan kondisi pertumbuhan terbaik yang mungkin dibuat. Teh adalah salah satu bahan minuman alami yang sangat
populer di masyarakat.
Tanaman teh (Camellia
sinensis L) berasal dari wilayah perbatasan negara-negara Cina Selatan (Yunan),
Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma Timur dan India Timur Laut, yang
merupakan vegetasi hutan daerah peralihan tropis dan subtropis. Tanaman teh
pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang
dibawa oleh orang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman
hias di Jakarta. Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun
Raya Bogor, danpada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat.
Teh diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh (Camellia sinensis L) dari familia Theaceae.
Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah pegunungan Himalaya dan
daerah-daerah pegunungan yang berbatasan dengan Republik Rakyat Cina, India,
dan Burma. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tropik dan subtropik
dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun. Tanaman teh
dapat tumbuh sampai sekitar 6-9 m tinggi. Di perkebunan-perkebunan tanaman teh
dipertahankan hanya sampai sekitar 1 m tinggi dengan pemengkaan secara berkala.
Ini dilakukan untuk memudahkan pemetikan daun dan agar diperoleh
tunas-tunas dau teh yang cukup banyak.
Tanaman teh umumnya dapat
dipanen secara terus menerus setelah berumur5 tahun dan apabila dipelihara
dengan baik, tanaman ini dapat memberikan hasilyang cukup baik selama 40 tahun.
Pemetikan dilakukan tergantung pada cuaca; tumbuhan baru dapat dipetik dengan
interval 7 – 12 hari selama musim pertumbuhan.
Jenis-jenis Teh yang saat
ini ada yaitu:
1.
Teh Putih
2.
Teh Hijau
3.
Teh Oolong
4.
Teh Hitam/ The
Merah
5.
Teh Chamomile
Hama atau
penyakit yang menyerang tanaman teh, beberapa diantaranya adalah sebagai
berikut:
Ø Cacar Teh (Exobasidium vexans)
Ø Penyakit Busuk daun (Cylindrocladum scoparium)
Ø Penyakit akar merah anggur (Ganoderma pseudoferreum)
Ø Penyakit berikutnya penyakit akar merah bata
(Proriahypolatertia)
Ø Penyakit akar hitam (Rosellinia arcuata)
Perkebunan teh terpusat di dataran menengah dan tinggi di Pulau Jawa,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan. Pada tahun 1990
luas perkebunan teh di Indonesia 129.500 ha. Produksi teh pada tahun 1998
mencapai 136.109 ton.
Daun teh adalah bahan pembuat minuman teh yang populer di seluruh penjuru
dunia. Air teh yang kita minum mengandung kafein, teofilin, vitamin A, B, C,
zat yang tidak larut dalam air seperti serat, protein dan pati serta zat yang
larut di dalam air seperti gula, asam amino dan mineral. Jadi selain sebagai
minuman, teh juga mempunyai nilai gizi. Disamping itu teh juga bisa dijadikan
obat yaitu sebagai antidotum pada keracunan oleh logam-logam berat dan
alkaloida.
Pertumbuhan dan perkembangan
tanaman teh dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan fisik terdiri
dari iklim dan tanah, sesdangkan faktor lingkungan biologi terdiri dari tanaman
naungan dan gulma. Sebagai tanaman yang berasaldari daerahy subtropis, maka
tanaman teh di Indonesia menghendaki udara yang sejuk. Suhu udara yang baik
bagi tanaman teh adalah suhu harian yang berkisar antara 130-250 C yang diikuti
oleh cahaya matahari yang cerah dan kelembaban relatif pada siang hari tidak
kurang dari 70%. Tanaman teh akan berhenti perkembangannya apabila suhu dibawah
130 C dan diatas 300 C serta kelembaban relatif kurang dari 70% (Wibowo et al,
1997). Opeke (1982) mengatakan bahwa curah hujan minimum yang diperlukan
tanaman teh adalah 1.100 mm/tahun.
DAFTAR PUSTAKA