Mortalitas atau kematian merupakan salah
satu dari tiga komponen demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan komposisi umur
penduduk.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran
hidup.
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau
karena akibat yang spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi,
per dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan
kematian per 1000 individu per tahun, hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5
berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun. Mortalitas
berbeda dengan morbiditas yang merujuk pada jumlah individual yang memilikipenyakit selama periode
waktu tertentu.
Mortalitas atau kematian dapat menimpa siapa saja, tua, muda,
kapan dan dimana saja. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan
dengan masalah sosial, ekonomi, adat
istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan. Indikator kematian berguna untuk
memonitor kinerja pemerintah pusat maupun lokal dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat
Tingkat kematian
Tingkat kematian atau mortalitas merupakan salah satu indikator utama dari derajat kesehatan masyarakat di sebuah negara. Sejauh ini tingkat kematian ini biasanya diukur secara statistik terutama berdasarkan jumlah kematian dari kelompok paling rentan yaitu angka kematian bayi (diukur dengan Infant Mortality Rate atau IMR) dan kematian ibu (Maternal Mortality Rate atau MMR).
Tingkat kematian
Tingkat kematian atau mortalitas merupakan salah satu indikator utama dari derajat kesehatan masyarakat di sebuah negara. Sejauh ini tingkat kematian ini biasanya diukur secara statistik terutama berdasarkan jumlah kematian dari kelompok paling rentan yaitu angka kematian bayi (diukur dengan Infant Mortality Rate atau IMR) dan kematian ibu (Maternal Mortality Rate atau MMR).
Sebagai
ilustrasi awal dari angka kematian anak pada tahun 2000 menurut WHO masih
mencapai 10,6 juta anak per tahun, dan dari jumlah itu Indonesia “menyumbang”
280.000 nyawa anak, serta bersama 41 negara lain memberi kontribusi sebesar 90% dari total kematian anak
sedunia. Disisi lain pemerintah sendiri telah membuat target pada tahun 2009
ini untuk menurunkan IMR menjadi 26 kasus per 1000 kelahiran hidup dan MMR
menjadi 226 kasus per 100 ribu kelahiran hidup. Sedangkan jika berdasarkan
target Millenium Development Goals (MDGs) maka setiap negara diharapkan pada
tahun 2015 mampu menurunkan angka kematian bayi dan ibu menjadi dua pertiga dan
tiga per empat dari angka kematian yang telah dicapai di tahun 1990.
Sampai
saat ini bagaimana sebenarnya perkembangan pola mortalitas yang terjadi di
Indonesia? Untuk mengetahui itu paling tidak kita dapat melihat hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada tahun
2007 dan diterbitkan pertengahan tahun 2008. Meskipun model pendataan kematian
yang dilakukan dalam Riskesdas sedikit berbeda, yaitu menggunakan
pengkategorian menurut pengelompokkan sesuai umur, penyebab kematian dan perbedaan
wilayah dari kasus kematian tersebut. Responden yang diteliti sebanyak 258.488
rumah tangga dan berhasil teridentifikasi 4323 kasus kematian dan 91 kasus
lahir mati. Semua sampel tersebut yang kemudian di audit verbal sebanyak 4014
kasus kematian. Hasilnya untuk nilai Crude Death Rate(CDR)
tahun 2007 mencapai 3,6 per 1000 penduduk, dimana hasil ini lebih kecil dari
pendataan BPS tahun 2006 (CDR sekitar 6,5) dan hasil dari SKRT tahun 2001
yaiktu CDR-nya sekitar 4 per 1000 penduduk.
Pola Penyebab Kematian
Kematian dewasa umumnya disebabkan karena penyakit menular,
penyakit degeneratif, kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko terhadap
kematian. Kematian bayi dan balita umumnya
disebabkan oleh penyakit sistim pernapasan bagian atas (ISPA) dan diare, yang
merupakan penyakit karena infeksi kuman. Faktor gizi buruk juga menyebabkan
anak-anak rentan terhadap penyakit menular, sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya kematian bayi dan balita
di sesuatu daerah
Trend
angka kematian kasar menurut kelompok umur dari tahun 1995-2007 menunjukkan
pola peningkatan risiko kematian yang meningkat pada usia diatas 45 tahun, dan
paling signifikan terjadi pada kelompok umur diatas 65 tahun (dari sekitar 30%
di tahun 1995 menjadi 45% di tahun 2007).
Sedangkan
trend penurunan terbesar terjadi pada kelompok umur < 1 tahun. (dari sekitar
18% di tahun 1995 menjadi 8% di tahun 2007).
Kondisi
ini menunjukkan adanya child survival
rate yang cenderung
semakin baik di Indonesia, sedangkan peningkatan trend kematian yang terjadi
pada kelompok umur diatas 45 tahun maupun diatas 65 tahun kemungkinan besar
terkait dengan pola penyakit yang mengalamai transisi epidemiologis.
Hal
ini bisa dilihat dari pola penyebab kematian kasar yang didominasi oleh
penyakit degeneratif dengan menempati ranking 3 besar yaitu Stroke 15,4%,
Tuberculosis 7,5% dan Hipertensi 6,8%. Justeru yang menarik dari penyebab
kematian tersebut adalah posisi ranking ke empat ternyata diakibatkan oleh
cedera (6,5 %) sehingga mengindikasikan bahwa pembunuh potensial saat ini dan
kedepan akan bergeser pada trend kematian akibat kecelakaan di jalan atau
transportasi (46,4% dari kematian akibat cedera).Situasi ini tentu membutuhkan
perhatian, kewaspadaan dan antisipasi yang serius dari semua pihak, baik dari
departemen perhubungan, kepolisian, pengusaha transportasi dan tentu saja
masyarakat itu sendiri. Sedangkan
tiga besar penyebab kematian perinatal/maternal yang menduduki rangking ke
lima, secara umum masih belum bergeser dari pola lama yaitu Intra Uterine Fetal
Death (IUFD) atau kematian janin dalam rahim (31,3%), asphyxia atau ganguan
pernafasan (20,4%) dan premature (18,7%).
Proporsi
Menurut Kelompok
Perbandingan
proporsi penyebab kematian di tahun dari tahun 1995-2007 jika dikategorikan
menurut empat kelompok besar diperoleh hasil analisis trendnya sebagai berikut:
1) Kelompok
yang mengalami trend menurun paling tajam adalah kelompok penyakit menular
(rata-rata turun sekitar 1% per tahun);
2) Kelompok
yang mengalami trend meningkat paling signifikan adalah kelompok penyakit tidak
menular (rata-rata naik sekitar 1,5% per tahun); dan
3) Kelompok
gangguan perinatal/maternal dan kelempok cedera relatif tetap.
Berdasarkan
perbandingan kelompok daerah diperoleh pola mortalitas antara pedesaan dan
perkotaan yang relatif sama. Akan tetapi ada satu yang cukup signifikan dalam
hasil trendnya yaitu pada kelompok gangguan perinatal/maternal di pedesaan
antara tahun 2001 – 2007 malah cenderung meningkat dari 5,7% menjadi 7,7%
sedangkan di perkotaan menurun dari 6,5% menjadi 4,5%. Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa distribusi angka
kematian akan semakin meningkat atau berbanding lurus dengan bertambahnya umur.
Penyebab kematian akibat cedera diprediksi akan semakin mengkhawatirkan. Selain
itu ada indikasi bahwa risiko kematian masih lebih banyak mengancam kelompok
bayi dan ibu melahirkan di wilayah pedesaan dibandingkan di perkotaan.
Sedangkan transisi epidemiologis akan kian terlihat jelas merujuk pada trend
kelompok penyakit menular cenderung makin kecil sebagai penyebab kematian
dibandingkan kelompok penyakit tidak menular. Kemungkian besar pola tersebut
dapat makin diperberat oleh adanya transisi demografi, mobilitas yang semakin
tinggi dan perubahan perilaku atau life syle dari penduduk.
Kematian dan Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi seperti pengetahuan tentang kesehatan,
gisi dan kesehatan lingkungan, kepercayaan, nilai-nilai, dan kemiskinan
merupakan faktor individu dan keluarga, mempengaruhi mortalitas dalam
masyarakat (Budi Oetomo, 1985). Tingginya kematian ibu merupakan cerminan dari
ketidak tahuan masyarakat mengenai pentingnya perawatan ibu hamil dan
pencegahan terjadinya komplikasi kehamilan.
PENGHITUNGAN RUMUS
MORTALITAS
Ø Data kemtian terdapat rumus-rumus yang
didapat mengetahui suatu nilai dari kematian yaitu
1. Angka kematian kasar (crude death
rate)
Adalah
banyaknya orang yang mati sampai 10000 penduduk pertahun cara atau rumus untuk menghitung
angka kematian kasar adalah sebagai berikut:
CDR:
D/Px1000
CDR:
(Crude Death Rate) = Angka kematian kasar
D:
(Death) = Jumlah kematian
P:
(Population) = Jumlah penduduk\
2. Angka kematian khusu (Age spesific
death rate)
Adalah
banyaknya orang yang mati sampai 10000 penduduk pada usia tertentu pertahun
cara
untuk menghitung angka kematian khusus adalah:
ASDR =
Dx/Px/1000
ASDR =
Age spesific death rate
(D):
(Death) = Jumlah kematian
(P):
(Population) = Jumlah penduduk
Ø Faktor-faktor penunjang kematian:
·
Adanya
bencana alam dan wabah penyakit
·
Fasilitas
kesehatn yang kurang
·
Tingkat
kesehatan masyarakat yang rendah
·
Makanan
kurang bergizi
·
Kecelakaan
lalu lintas
·
Adanya
peperangan
Ø Faktor-faktor penghambat kematian
·
Fasilitas
kesehatan yang lengkap
·
Kemajuan
pendidikan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
·
Larangan
agama membunuh orang
·
Makanan
cukup bergizi
·
Lingkungan
yang bersih dan teratur.