Defenisi, Bentuk, Sifat dan Karakteristik Gelombang
Deskripsi
tentang sebuah gelombang hingga kini masih belum jelas dan akurat, oleh
karena permukaan laut merupakan suatu bidang yang kompleks dengan pola
yang selalu berubah dan tidak stabil (Garrison, 1993). Gelombang
merupakan fenomena alam penaikan dan penurunan air secara periodik dan
dapat dijumpai di semua tempat di seluruh dunia. Gross (1993)
mendefenisikan gelombang sebagai gangguan yang terjadi di permukaan air.
Sedangkan Sverdrup at al, (1946) mendefenisikan gelombang
sebagai sesuatu yang terjadi secara periodik terutama gelombang yang
disebabkan oleh adanya peristiwa pasang surut.
Massa
air permukaan selalu dalam keadaan bergerak, gerakan ini terutama
ditimbulkan oleh kekuatan angin yang bertiup melintasi permukaan air dan
menghasilkan energi gelombang dan arus. Bentuk gelombang yang
dihasilkan cenderung tidak menentu dan tergantung pada beberapa sifat
gelombang, periode dan tinggi dimana gelombang dibentuk, gelombang jenis
ini disebut “Sea”. Gelombang yang terbentuk akan bergerak ke
luar menjauhi pusat asal gelombang dan merambat ke segala arah, serta
melepaskan energinya ke pantai dalam bentuk empasan gelombang. Rambatan
gelombang ini dapat menempuh jarak ribuan kilometer sebelum mencapai
suatu pantai, jenis gelombang ini disebut “Swell”.
Gelombang
mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari riak dengan ketinggian
beberapa centimeter sampai pada gelombang badai yang dapat mencapai
ketinggian 30 m. Selain oleh angin, gelombang dapat juga ditimbulkan
oleh adanya gempa bumi, letusan gunung berapi, dan longsor bawah air
yang menimbulkan gelombang yang bersifat merusak (Tsunami) serta oleh
daya tarik bulan dan bumi yang menghasilkan gelombang tetap yang dikenal
sebagai gelombang pasang surut.
Sebuah gelombang tertdiri dari beberapa bagian antara lain:
a. Puncak gelombang (Crest) adalah titik tertinggi dari sebuah gelombang.
b. Lembah gelombang (Trough) adalah titik terendah gelombang, diantara dua puncak gelombang.
c. Panjang gelombang (Wave length) adalah jarak mendatar antara dua puncak gelombang atau antara dua lembah gelombang.
d. Tinggi gelombang (Wave height) adalah jarak tegak antara puncak dan lembah gelombang.
e. Priode gelombang (Wave period) adalah waktu yang diperlukan oleh dua puncak gelombang yang berurutan untuk melalui satu titik.
Menurut
Nontji (1987) antara panjang dan tinggi gelombang tidak ada satu
hubungan yang pasti akan tetapi gelombang mempunyai jarak antar dua
puncak gelombang yang makin jauh akan mempunyai kemungkinan mencapai
gelombang yang semakin tinggi. Pond and Pickard (1983)
mengklasifikasikan gelombang berdasarkan periodenya, seperti yang
disajikan pada Tabel 1. berikut ini.
Tabel 1. Klasifikasi gelombang berdasarkan periode
Periode
|
Panjang Gelombang
|
Jenis Gelombang
|
0 – 0,2 Detik
0,2 – 0,9 Detik
|
Beberapa centimeter
Mencapai 130 meter
|
Riak (Riplles)
Gelombang angin
|
0,9 -15 Detik
|
Beberapa ratus meter
|
Gelombang besar (Swell)
|
15 – 30 Detik
0,5 menit – 1 jam
|
Ribuan meter
Ribuan kilometer
|
Long Swell
Gelombang dengan periode yang panjang (termasuk Tsunami)
|
5, 12, 25 jam
|
Beberapa kilometer
|
Pasang surut
|
Bhat (1978), Garisson (1993), dan Gross (1993) mengemukakan bahwa ada 4 bentuk besaran yang berkaitan dengan gelombang. Yakni :
a) Amplitudo gelombang (A) adalah jarak antara puncak gelombang dengan permukaan rata-rata air.
b) Frekuensi
gelombang ( f ) adalah sejumlah besar gelombang yang melintasi suatu
titik dalam suatu waktu tertentu (biasanya didefenisikan dalam satuan
detik).
c) Kecepatan gelombang (C) adalah jarak yang ditempuh gelombang dalam satu satuan waktu tertentu.
d) Kemiringan gelombang (H/L) adalah perbandingan antara tinggi gelombang dengan panjang gelombang.
- Faktor-faktor Pembentuk Gelombang dan Jenis-jenis Gelombang
Secara
umum gelombang yang terjadi di laut dapat terbentuk dari beberapa
faktor pnyebab seperti : angin, pasang surut, badai laut, dan seiche.
1. Gelombang yang disebabkan oleh angin
Angin
yang bertiup di atas permukaan laut merupakan pembangkit utama
gelombang. Bentuk gelombang yang dihasilkan cenderung tidak menentu dan
bergantung pada beberapa sifat gelombang periode dan tinggi dimana
gelombang dibentuk. Gelombang seperti ini disebut Sea. Bentuk
gelombang lain yang disebabkan oleh angin adalah gelombang yang bergerak
dengan jarak yang sangat jauh sehingga semakin jauh meninggalkan daerah
pembangkitnya gelombang ini tidak lagi dipengaruhi oleh angin.
Gelombang ini akan lebih teratur dan jarak yang ditempuh selama
pergerakannya dapat mencapai ribuan mil. Jenis gelombang ini disebut Swell.
Tinggi
gelombang rata-rata yang dihasilkan oleh angin merupakan fungsi dari
kecepatan angin, waktu dimana angin bertiup, dan jarak dimana angin
bertiup tanpa rintangan.Umumnya semakin kencang angin bertiup semakin
besar gelombang yang terbentuk dan pergerakan gelombang mempunyai
kecepatan yang tinggi sesuai dengan panjang gelombang yang besar.
Gelombang yang terbentuk dengan cara ini umumnya mempunyai puncak yang
kurang curam jika dibandingkan dengan tipe gelombang yang dibangkitkan
dengan angin yang berkecepan kecil atau lemah. Saat angin mulai bertiup,
tinggi gelombang, kecepatan, panjang gelombang seluruhnya cenderung
berkembang dan meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu peniupan
berlangsung (Hutabarat dan Evans, 1984).
Jarak tanpa rintangan dimana angin bertiup merupakan fetch yang
sangat penting untuk digambarkan dengan membandingkan gelombang yang
terbentuk pada kolom air yang relatif lebih kecil seperti danau (di
darat) dengan yang terbentuk di lautan bebas, (Pond and Picard, 1978).
Gelombang yang terbentuk di danau dengan fetch yang relatif kecil dengan hanya mempunyai beberapa centimeter sedangkan yang terbentuk di laut bebas dimana dengan fetch yang
lebih sering mempunyai panjang gelombang sampai ratusan meter.
Kompleksnya gelombang-gelombang ini sangat sulit untuk dijelaskan tanpa
membuat pengukuran-pengukuran yang lebih akurat dan kurang berguna bagi
nelayan atau pelaut. Sebagai gantinya mereka membuat suatu cara yang
lebih sederhana untuk mengetahui gelombang yaitu dengan menggunakan
suatu daftar skala gelombang yang dikenal dengan Skala Beaufort untuk
memberikan keterangan tentang kondisi gelombang yang terjadi di laut
dalam hubungannya dengan kecepatan angin yang sementara berhembus
(Hutabarat dan Evans, 1984).
2. Gelombang yang disebabkan oleh pasang surut
Gelombang
pasang surut yang terjadi di suatu perairan yang diamati adalah
merupakan penjumlahan dari komponen-komponen pasang yang disebabkan oleh
gravitasi bulan, matahari, dan benda-benda angkasa lainnya yang
mempunyai periode sendiri. Tipe pasang berbeda-beda dan sangat
tergantung dari tempat dimana pasang itu terjadi (Cappenberg, 1992).
Tipe
pasang surut yang terjadi di Indonesia terbagi atas dua bagian yaitu
tipe diurnal dimana terjadi satu kali pasang dan satu kali surut setiap
hari misalnya yang terjadi di Kalimantan dan Jawa Barat. Tipe pasang
surut yang kedua yaitu semi diurnal, dimana pada jenis yang kedua ini
terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari, misalnya
yang terjadi di wilayah Indonesia Timur (Ceppenberg,1992).
Pasang
surut atau pasang naik mempunyai bentuk yang sangat kompleks sebab
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti hubungan pergerakan bulan
dengan katulistiwa bumi, pergantian tempat antara bulan dan matahari
dalam kedudukannya terhadap bumi, distribusi air yang tidak merata pada
permukaan bumi dan ketidak teraturan konfigurasi kolom samudera.
3. Gelombang yang disebabkan oleh badai atau puting beliung
Bentuk
gelombang yang dihasilkan oleh badai yang terjadi di laut merupakan
hasil dari cuaca yang tiba-tiba berubah menjadi buruk terhadap kondisi
perairan. Kecepatan gelombang tinggi dengan puncak gelombang dapat
mencapai 7 – 10 meter. Bentuk gelombang ini dapat menghancurkan pantai
dengan vegetasinya maupun wilayah pantai secara keseluruhan (Pond and
Picard, 1978).
4. Gelombang yang disebabkan oleh tsunami
Gelombang
tsunami merupakan bentuk gelombang yang dibangkitkan dari dalam laut
yang disebabkan oleh adanya aktivitas vulkanis seperti letusan gunung
api bawah laut, maupun adanya peristiwa patahan atau pergeseran
lempengan samudera (aktivitas tektonik). Panjang gelombang tipe ini
dapat mencapai 160 Km dengan kecepatan 600-700 Km/jam. Pada laut
terbuka dapat mencapai 10-12 meter dan saat menjelang atau mendekati
pantai tingginya dapat bertambah bahkan dapat mencapai 20 meter serta
dapat menghancurkan wilayah pantai dan membahayakan kehidupan manusia,
seperti yang terjadi di Kupang tahun 1993 dan di Biak tahun 1995 yang
menewaskan banyak orang serta menghancurkan ekosistem laut (Dahuri,1996)
5. Gelombang yang disebabkan oleh seiche
Gelombang seiche merupakan standing wave yang sering juga disebut sebagai gelombang diam atau lebih dikenal dengan jenis gelombang stasioner. Gelombang ini merupakan standing wave dari periode yang relatif panjang dan umumnya dapat terjadi di kanal, danau dan sepanjang pantai laut terbuka. Seiche merupakan
hasil perubahan secara mendadak atau seri periode yang berlangsung
secara berkala dalam tekanan atmosfir dan kecepatan angin (Pond and
Picard, 1978).
Bhatt, (1978) mengemukakan bahwa ada 4 jenis gelombang, antara lain :
a. Gelombang Katastrofik
Gelombang
ini adalah gelombang laut yang besar dan muncul secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh aktivitas gempa bumi, gunung api, dan sebagainya.
Gelombang katastrofik ini di namakan berdasarkan akibat yang di
timbulkannya yaitu mampu menghancurkan apa saja yang di temui. Gelombang
ini juga sering disebut sebagai gelombang lautSeismik atau Tsunami.
b. Gelombang Badai (strom Wave)
Gelombang
ini adalah gelombang pasang laut tinggi yang ditimbulkan dari adanya
hembusan angin kencang atau badai. Sering juga disebut sebagai Strom Suger. Gelombang badai ini dapat menyebabkan kerusakan yang besar untuk daerah pesisir.
c. Gelombang Internal (Internal Wave)
Gelombang
ini adalah gelombang yang terbentuk pada perbatasan antara 2 lapisan
air yang berbeda densitas. Gelombang internal ini dapat ditemukan di
bawah permukaan laut. Walaupun gelombang ini serupa dengan gelombang
permukaan laut yang dibangkitkan oleh angin, namun keduanya mempunyai
perbedaan dalam beberapa hal. Sebagai contoh, gelombang internal
bergerak sangat lambat dan tidak dapat terdeteksi dengan mata, dan
umumnya terjadi hanya dimana adanya variasi densitas. Gelombang ini
mempunyai tinggi lebih besar dari pada gelombang permukaan.
d. Gelombang Stasioner Standing Wave
Gelombang
ini adalah bentuk gelombang laut yang di cirikan dengan tidak adanya
gerakan gelombang yang merambat, yaitu permukaan air hanya bergerak naik
turun saja. Umumnya ditemukan diperairan yang tertutup, misalnya pada
danau, teluk atau kanal. Gelombang ini sering disebut juga gelombang
diam atau seiche. Gelombang ini dihasilkan oleh badai yang digabungkan
dengan kondisi atmosfir yang drastis. Gelombang stasioner dapat
menghancurkan masa hidup suatu organisme dan dapat pula menyebabkan
kerusakan daratan.
- Pergerakan Gelombang
Berdasarkan
kedalamannya, gelombang yang bergerak mendekati pantai dapat dibagi
menjadi 2 bagian yaitu gelombang laut dalam dan gelombang permukaan.
Gelombang laut dalam merupakan gelombang yang dibentuk dan dibangun dari
bawah kepermukaan. Sedangkan gelombang permukaan merupakan gelombang
yang terjadi antara batas dua media seperti batas air dan udara (Ippen,
1996 dan McLellan, 1975 dalam Tarigan, 1987).
Gelombang
permukaan terjadi karena adanya pengaruh angin. Peristiwa ini merupakan
peristiwa pemindahan energi angin menjadi energi gelombang di permukaan
laut dan gelombang ini sendiri akan meneruskan energinya ke molekul
air. Gelombang akan menimbulkan riak dipermukaan air dan akhirnya dapat
berubah menjadi gelombang yang besar. Gelombang yang bergerak dari zona
laut lepas hingga tiba di zona dekat pantai (nearshore beach) akan
melewati beberapa zona gelombang yaitu : zona laut dalam (deep water
zone), zona refraksi (refraction zone), zona pecah gelombang (surf
zone), dan zona pangadukan gelombang (swash zone) (Dyer,1978). Uraian
rinci dari pernyataan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :
Gelombang
mula-mula terbentuk di daerah pembangkit (generated area) selanjutnya
gelombang-gelombang tersebut akan bergerak pada zona laut dalam dengan
panjang dan periode yang relatif pendek. Setelah masuk ke badan parairan
dangkal, gelombang akan mengalami refraksi (pembelokan arah) akibat
topografi dasar laut yang menanjak sehingga sebagian kecepatan gelombang
menjadi berkurang periodenya semakin lama dan tingginya semakin
bertambah, gelombang kemudian akan pecah pada zona surf dengan
melepaskan sejumlah energinya dan naik kepantai (swash) dan setelah
beberapa waktu kemudian gelombang akan kembali turun (backswash) yang
kecepatnnya bergantung pada kemiringan pantai atau slope. Pantai dengan
slope yang tinggi akan lebih cepat memantulkan gelombang, sedangkan
pantai dengan slope yang kecil pemantulan gelombangnya relatif lambat.
Kennet (1982) membagi zona gelombang atas tiga bagian, yaitu zona pecah
gelombang (breaker zone), zona surf (surf zone), dan zona swash (swash
zone).
Pada
zona surf, terjadi angkutan sedimen karena arus sepanjang pantai
terjadi dengan baik. Pada kedalaman dimana gelombang tidak menyelesaikan
orbitalnya, gelombang akan semakin tinggi dan curam, dan akibatnya
mulai pecah (Kennet, 1982). Sebuah gelombang akan pecah bila
perbandingan antara kedalaman perairan dan tinggi gelombang adalah 1,28
(Yuwono, 1986) atau bila perbandingan antara tinggi gelombang dan
panjang gelombang melampaui 1 : 7 (Gross, 1993).
Saat
pecah gelombang akan mengalami perubahan bentuk. Dyer, 1978
membedakannya kedalam tiga bentuk empasan (tipe breaker), sementara
Galvin (1966) mengklasifikasikan tipe empasan gelombang yaitu : tipe
plunging, spilling, surging, dan collapsing
1. Plunging, terjadi
karena seluruh puncak gelombang melewati kecepatan gelombang, tipe
empasan ini berbentuk cembung kebelakang dan cekung kearah depan.
Gelombang ini sering timbul dari empasan pada periode yang lama dari
suatu gelombang yang besar, dan biasanya terjadi pada dasar pantai yang
hampir lebih miring di bandingkan pada tipe Spilling. Walaupun
sangat menarik, namun umumnya gelombang ini tidak terjadi lama dan juga
tidak baik untuk berselancar. Bahkan tipe empasan ini mampu menimbulkan
kehancuran yang cukup hebat.
2. Spilling, terjadi
dimana gelombang sudah pecah sebelum tiba di depan pantai Gelombang ini
lebih sering terjadi, dimana kemiringan dasarnya lebih kecil sekali,
oleh karena itu reaksinya lebih lambat, sangat lama dan biasanya
digunakan untuk berselancar.
3. Surging, adalah
tipe empasan dimana gelombang pecah tepat di tepi pantai. Tipe empasan
ini sangat mempengaruhi lebarnya zona surf suatu perairan karena jenis
gelombang yang pecah tepat di tepi pantai akan mengakibatkan semakin
sempitnya zona surf. Gelombangnya lebih lemah saat mencapai pantai
dengan dasar yang lebih curam dan kemudian gelombang akan pecah tepat
pada tepi pantai (Gross, 1993).
4. Collapsing,
merupakan gelombang yang pecah setengah dari biasanya. Saat pecah
gelombang tersebut tidak naik kedarat, terdapat buih dan terjadi pada
pantai yang sangat curam (Galvin, 1968).
Apabila
memperhatikan gelombang dilaut akan mendapat suatu kesan seolah-olah
gelombang tersebut bergerak secara horizontal dari suatu tempat ke
tempat lain. Tetapi kenyataanya tidaklah demikian karena suatu gelombang
akan membentuk gerakan maju melintasi permukaan air. Disana hanya
terjadi gerakan kecil kearah depan dari massa air itu sendiri. Hal ini
akan semakin mudah dipahami apabila meletakan sepotong gabus diantara
gelombang-gelombang dilaut. Potongan gabus akan tampak timbul tenggelam
sesuai dengan gerakan berturut-turut, dari puncak dan lembah gelombang
yang lebih atau kurang tinggi pada tempat yang sama.
Gerakan
partikel ini dalam gelombang sama dengan gerakan potongan gabus
walaupun dari pengamatan yang lebih teliti menunjukan bahwa ternyata
gerakan ini lebih kompleks dari hanya sekedar gerakan naik turun.
Gerakan ini adalah gerakan yang membentuk sebuah lingkaran bulat dimana
gabus dan partikel-partikel yang lain diangkut keatas dan membentuk
setengah lingkaran dan gerakan ini akan terus berlanjut sampai pada
tempat yang tinggi yang merupakan puncak gelombang. Benda-benda ini
kemudian dibawa dan membentuk lingkaran penuh melewati tempat paling
bawah yaitu lembah gelombang (Pond and Picard, 1978). Semua fenomena
yang di alami gelombang pada hakekatnya berhubungan erat dengan
topografi dasar laut (sea bottom topography).
- Energi Gelombang
Daerah
pantai termasuk daerah dan lingkungan yang berada didekat pantainya
sangat ditentukan dan didominasi oleh faktor-faktor gelombang. Gelombang
yang terjadi dilaut dalam pada umumnya tidak berpengaruh pada dasar
laut dan sedimen yang terdapat didalamnya. Sebaliknya gelombang yang
terdapat di dekat pantai terutama di daerah pecahan ombak ( surf zone )
memiliki energi yang besar dan sangat berperan dalam pembentukan
morfologi pantai seperti menyeret sedimen (sedimen berukuran pasir dan
kerikil) yang berada di dasar laut diangkut dan ditumpahkan dalam bentuk
gosong pasir (sand bard) Dahury,1996).
Gelombang laut adalah gerak naik turunnya air laut tanpa disertai perpindahan massa air laut.
Faktor penyebabnya adalah:
a. angin
b. gempa bumi
c. tsunami.
a. angin
b. gempa bumi
c. tsunami.
Cepat rambat gelombang laut
Untuk menghitung cepat rambat gelombang laut, digunakan rumus sebagai berikut:
Untuk menghitung cepat rambat gelombang laut, digunakan rumus sebagai berikut:
C = L/T
C = cepat rambat gelombang
L = panjang gelombang
T = periode gelombang.
L = panjang gelombang
T = periode gelombang.
Arus laut adalah gerakan air laut secara horisontal dan vertikal yang disertai dengan perpindahan massa air laut.
Faktor penyebab
Terjadinya arus laut disebabkan oleh:
a. angin
b. perbedaan salinitas (kadar garam)
c. perbedaan temperatur
d. pasang surut
e. gelombang yang pecah.
Terjadinya arus laut disebabkan oleh:
a. angin
b. perbedaan salinitas (kadar garam)
c. perbedaan temperatur
d. pasang surut
e. gelombang yang pecah.
Pemanfaatan air laut
a. dalam bidang perhubungan dan pengangkutan
- biaya murah
- daya angkut besar
b. dalam bidang pembangkit tenaga (energi)
c. dalam bidang perikanan
d. dalam bidang pertanian
e. dalam bidang hankam.
a. dalam bidang perhubungan dan pengangkutan
- biaya murah
- daya angkut besar
b. dalam bidang pembangkit tenaga (energi)
c. dalam bidang perikanan
d. dalam bidang pertanian
e. dalam bidang hankam.
Permasalahan perairan laut
a. di bidang pelayaran, belum seimbang antara sarana pelayaran dengan jumlah penduduk sebagai pengguna jasa pelayaran serta barang yang diangkut disamping tarif yang masih rendah sehingga hasil masih belum memadai
b. di bidang perikanan, sarana penangkap ikan masih sederhana
c. di bidang IPTEK, masih terbatas.
a. di bidang pelayaran, belum seimbang antara sarana pelayaran dengan jumlah penduduk sebagai pengguna jasa pelayaran serta barang yang diangkut disamping tarif yang masih rendah sehingga hasil masih belum memadai
b. di bidang perikanan, sarana penangkap ikan masih sederhana
c. di bidang IPTEK, masih terbatas.
Terjadinya arus di
lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut,
gradien tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor
eksternal seperti gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh
tahanan dasar laut dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya
gravitasi, gaya tektonik dan angin ( Gross, 1990).
Menurut Bishop (1984), gaya-gaya utama
yang berperan dalam sirkulasi massa air adalah gaya gradien tekanan,
gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan, dan gaya sentrifugal.
Faktor penyebab terjadinya arus yaitu
dapat dibedakan menjadi tiga komponen yaitu gaya eksternal, gaya
internal angin, gaya-gaya kedua yang hanya datang karena fluida dalam
gerakan yang relatif terhadap permukaan bumi. Dari gaya-gaya yang
bekerja dalam pembentukan arus antara lain tegangan angin, gaya
Viskositas, gaya Coriolis, gaya gradien tekanan horizontal, gaya yang
menghasilkan pasut.
Ketika angin berhembus di laut, energi
yang ditransfer dari angin ke batas permukaan, sebagian energi ini
digunakan dalam pembentukan gelombang gravitasi permukaan, yang
memberikan pergerakan air dari yang kecil kearah perambatan gelombang
sehingga terbentuklah arus dilaut. Semakin cepat kecepatan angin,
semakin besar gaya gesekan yang bekerja pada permukaan laut, dan semakin
besar arus permukaan. Dalam proses gesekan antara angin dengan
permukaan laut dapat menghasilkan gerakan air yaitu pergerakan air
laminar dan pergerakan air turbulen (Supangat,2003).
Gaya Viskositas pada permukaan laut
ditimbulkan karena adanya pergerakan angin pada permukaan laut sehingga
menyebabkan pertukaran massa air yang berdekatan secara periodik, hal
ini disebabkan karena perbedaan tekanan pada fluida. Gaya viskositas
dapat dibedakan menjadi dua gaya yaitu viskositas molecular dan
viskositas eddy. Gesekan dalam pergerakan fluida hasil dari transfer
momentum diantara bagian-bagian yang berbeda dari fluida. Dalam
pergerakan fluida dalam aliran laminer, transfer momentum terjadi hasil
transfer antara batas yang berdekatan yang disebut viskositas
molekular. Di permukaan laut, gerakan air tidak pernah laminer, tetapi
turbulen sehingga kelompok-kelompok air, bukan molekul individu,
ditukar antara satu bagian fluida ke yang lain. Gesekan internal yang
dihasilkan lebih besar dari pada yang disebabkan oleh pertukaran
molekul individu dan disebut viskositas eddy.
Gaya Coriolis mempengaruhi aliran massa
air, dimana gaya ini akan membelokan arah angin dari arah yang lurus.
Gaya ini timbul sebagai akibat dari perputaran bumi pada porosnya. Gaya
Coriolis ini yang membelokan arus dibagian bumi utara kekanan dan
dibagian bumi selatan kearah kiri. Pada saat kecepatan arus berkurang,
maka tingkat perubahan arus yang disebabkan gaya Coriolis akan
meningkat. Hasilnya akan dihasilkan sedikit pembelokan dari arah arus
yang relaif cepat dilapisan permukaan dan arah pembelokanya menjadi
lebih besar pada aliran arus yang kecepatanya makin lambat dan mempunyai
kedalaman makin bertambah besar. Akibatnya akan timbul suatu aliran
arus dimana makin dalam suatu perairan maka arus yang terjadi pada
lapisan-lapisan perairan akan dibelokan arahnya. Hubungan ini dikenal
sebagai Spiral Ekman, Arah arus menyimpang 450 dari arah angin dan sudut
penyimpangan. bertambah dengan bertambahnya kedalaman (Supangat, 2003).
Gaya gradien tekanan horizontal sangat
dipengaruhi oleh tekanan, massa air, kedalaman dan juga densitas dari
massa air tersebut, yang mana jika densitas laut homogen, maka gaya
gradien tekanan horizontal adalah sama untuk kedalaman berapapun. Jika
tidak ada gaya horizontal yang bekerja, maka akan terjadi percepatan
yang seragam dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah.
Gelombang-gelombang yang panjang pada
lautan menghasilkan peristiwa pasang surut air laut. Pasang surut ini
menimbulkan pergerakan massa air yang mana prosesnya dipengaruhi oleh
gaya tarik bulan, matahari dan benda angkasa lainya selain itu juga
dipengaruhi oleh gaya sentrifugal dari bumi itu sendiri.
Referensi :
Bishop, J.M. 1984. Aplied Oceanography. John Willey and Sons, Inc. New York. 252 p.
Gross, M. 1990. Oceanography sixth edition. New Jersey : Prentice-Hall.Inc.
Supangat A., dan Susanna, 2003. Pengantar Oseanografi, Pusat Riset wilayah Laut dan Sumberdaya Non-Hayati, BRPKP-DKP. ISBN.No. 979-97572-4-1
.