Mereka dicirikan oleh kenampakan yang kurang muda dan tanpa horison genetik alamiah, atau juga mereka hanya mempunyai horison-horison permulaan. Pengertian Entisol adalah tanah-tanah dengan regolit dalam atau bumi tidak dengan horison, kecuali mungkin lapis bajak. Beberapa Entisol, meskipun begitu mempunyai horison plaggen, agrik atau horizon E (albik); beberapa mempunyai batuan beku yang keras dekat permukaan Entisol dicirikan oleh bahan mineral tanah yang belum membentuk horison pedogenik yang nyata.
Pembentukan Tanah
Proses pembentukan tanah entisol dibagi menjai empat tahapan, antara lain :
Tahap I :
Pelapukan dari bauan induk,
Tahap II :
batuan yang lapuk akan menjadi lebih lunak. Kemudian rekahan-rekahan yang terbentuk pada batuan akan menjadi jalur masuknya air
dan sirkulasi udara. Sehingga, dengan proses-proses yang sama,terjadilah pelapukan pada lapisan batuan yang lebih dalam.
Tahap III :
lapisan tanah bagian atas mulai muncul tumbuh-tumbuhan perintis. Akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada lapisan-lapisan batuan
yang ditumbuhinya (mulai terjadi pelapukan Biologis). Sehingga rekahan ini menjadi celah/ jalan untuk masuknya air dan sirkulasi udara
Tahap IV
Pada tahapan ini lapisan humus dan akumulasi asam organik
lainnya semakin
meningkat. Seperti proses yang dijelaskan pada tahap-tahap
sebelumnya, keadaan ini mempercepat terjadinya proses
pelapukan yang terjadi pada lapisan batuan yang lebih dalam lagi.
Proses pembentukan tanah Entisol dipengaruhi oleh factor-faktor berikut:
1. Iklim yang sangat kering, sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi kimia berjalan sangat lambat.
2. Erosi yang
kuat, dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih banyak dari yang
dibentuk melalui proses pembentukan tanah. Banyak terdapat dilereng-lereng yang
curam.
3. Pengenndapan
terus menerus,menyebabkan pemebentukan horizon lebih lambat dari pengendapan.
Terdapat misalnya di daerah dataran banjir di sekitar sungai, delta,
lembah-lembah, daerah sekitar gunung berapi,bukit-bukit pasir pantai.
4. Bahan induk
yang sangat sukar dilapuk (inert), atau tidak permeable, sehingga air sukar
meresapdan reaksi-reaksi tidak berjalan.
5. Bahan induk
yang tidak subur atau mengandung unsure-unsur beracun bagi tanaman atau
organisme lain. Diferensiasi oleh bahan organik tidak dapat terjadi.
6. Selalu jenuh
air atau bergenang, menghambat perkembangan horizon.
7. Waktu yang singkat, belum memungkinkan perkembangan tanah.
8. Perubahan yang dratis dari vegetasi. Kalau pohon-pohon cemara yang mempengaruhi pembentukan tanah Spodosol (Podsol) diganti dengan tumbuhan berdaun lebar, maka profil Spodsol dapat berubah menjadi Entisol dalam waktu kurang dari satu abad (Hole, 1976) Beberapa macam proses pembentukan tanah mungkin mulai berjalan, tetapi belum dapat menghasilkan horizon penciri horizon tertentu yang dapat digolongkan ke dalam ordo tanah lain selain Entisol.
7. Waktu yang singkat, belum memungkinkan perkembangan tanah.
8. Perubahan yang dratis dari vegetasi. Kalau pohon-pohon cemara yang mempengaruhi pembentukan tanah Spodosol (Podsol) diganti dengan tumbuhan berdaun lebar, maka profil Spodsol dapat berubah menjadi Entisol dalam waktu kurang dari satu abad (Hole, 1976) Beberapa macam proses pembentukan tanah mungkin mulai berjalan, tetapi belum dapat menghasilkan horizon penciri horizon tertentu yang dapat digolongkan ke dalam ordo tanah lain selain Entisol.
Karakteristik/Sifat
Tanah
Entisol
mempunyai kejenuhan basa yang bervariasi, pH dari asam, netral sampai alkalin, KTK juga bervariasi baik untuk horison A
maupun C, mempunyai nisbah C/N < 20% di mana tanah yang mempunyai tekstur
kasar berkadar bahan organik dan nitrogen lebih rendah dibandingkan dengan
tanah yang bertekstur lebih halus. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang lebih
rendah dan kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur
kasar juga penambahan alamiah dari sisa bahan organik kurang daripada tanah
yang lebih halus. Meskipun tidak ada pencucian hara tanaman dan relatip subur,
untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi biasanya membutuhkan pupuk N, P dan
K (Munir, 1996).
Ø
Pengelolaan
Tanah
Potensi
Banyak tanah
entisol yang digunakan untuk usaha pertanian, misalkan didasrah endapan sungai
atau daerah rawa-rawa pantai. Tanah entisol berasal dari bahan alluvium umumnya
merupakan tanah subur. Digunakan pula sebagai areal persawahan. Memelihara
tambak perikanan, bandeng, gurame cukup memberikan produksi.
Permasalahan
Pengawasan tata air
termasuk perlindungan terhadap banjir, drainase dan irigasi. Tekstur tanahnya
sangat variebel, baik vertical maupun horisontal, jika banyak mengandung
lempung tanahnya sukar diolah dan menghambat drainase. Perbaikan drainase
didaerah rawa-rawa menyebabkan munculnya cat clay yang sangat masam akibat
oksidasi sulfida menjadi sulfat. Tanah yang berasal dari Bengawan Solo dan
sungai berasal dari pegunungan karst (gunung sewu) umumnya kekurangan unsur
phosfor dan Kalium.
Perbaikan
Entisol didaerah
basah yang mendapatkan bahan alluvium dimanfaatkan secara intensif oleh
masyarakat sebagai kawasan budidaya padi sawah. Intensitas pengelolaan
termasuk tinggi, karena hampir setiap tahun dimanfaatkan untuk budidaya
pertanian dengan pola tanam. Padi-padi atau padi – palawija – bero. Dan dapat
pula digunakan untuk tambak.