Kawasan pantai adalah kawasan yang secara
topografi merupakan dataran rendah dan dilihat secara morfologi berupa
dataran pantai. Secara geologi, batuan penyusun dataran umumnya berupa
endapan aluvial yang terdiri dari lempung, pasir dan kerikil hasil dari
pengangkutan dan erosi batuan di bagian hulu sungai. Umumnya batuan di
dataran bersifat kurang kompak, sehingga potensi airtanahnya cukup baik.
Akuifer di dataran pantai yang baik umumnya berupa akuifer tertekan,
tetapi akuifer bebas pun dapat menjadi sumber airtanah yang baik
terutama pada daerah-daerah pematang pantai/gosong pantai. Permasalahan
pokok pada kawasan pantai adalah keragaman sistem akuifer, posisi dan
penyebaran penyusupan/intrusi air laut baik secara alami maupun secara
buatan yang diakibatkan adanya pengambilan airtanah untuk kebutuhan
domestik, nelayan, dan industri. Oleh karena itu, kondisi hidrogeologi
di kawasan ini perlu diketahui dengan baik, terutama perbandingan antara
kondisi alami dan kondisi setelah ada pengaruh eksploitasi.
sehingga didapat nilai z = 40 hf
keterangan:
hf = elevasi muka airtanah di atas muka air laut (m)
z = kedalaman interface di bawah muka air laut (m)
ρs = berat jenis air laut (g/cm3)
ρf = berat jenis air tawar (g/cm3)
1. Mengubah Pola Pemompaan
2. Pengisian Airtanah Buatan
3. Extraction Barrier
4. Injection Barrier
5. Subsurface Barrier
Intrusi air laut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
Air laut memiliki berat jenis yang lebih
besar dari pada air tawar akibatnya air laut akan mudah mendesak
airtanah semakin masuk. Secara alamiah air laut tidak dapat masuk jauh
ke daratan sebab airtanah memiliki piezometric yang menekan lebih kuat dari pada air laut, sehingga terbentuklah interface sebagai batas antara airtanah dengan air laut. Keadaan tersebut merupakan keadaan kesetimbangan antara air laut dan airtanah.
Masuknya air laut ke sistem akuifer melalui dua proses, yaitu intrusi air laut dan upconning.
Intrusi air laut di daerah pantai merupakan suatu poses penyusupan air
asin dari laut ke dalam airtanah tawar di daratan. Zona pertemuan
antara air asin dengan air tawar disebut interface. Pada
kondisi alami, airtanah akan mengalir secara terus menerus ke laut.
Berat jenis air asin sedikit lebih besar daripada berat jenis air tawar,
maka air laut akan mendesak air tawar di dalam tanah lebih ke hulu.
Tetapi karena tinggi tekanan piezometric airtanah lebih tinggi
daripada muka air laut, desakan tersebut dapat dinetralisir dan aliran
air yang terjadi adalah dari daratan kelautan, sehingga terjadi
keseimbangan antara air laut dan airtanah, sehingga tidak terjadi
intrusi air laut. Intrusi air laut terjadi bila keseimbangan terganggu.
Aktivitas yang menyebabkan intrusi air laut diantaranya pemompaan yang
berlebihan, karakteristik pantai dan batuan penyusun, kekuatan airtanah
ke laut, serta fluktuasi airtanah di daerah pantai. Proses intrusi makin
panjang bisa dilakukan pengambilan airtanah dalam jumlah berlebihan.
Bila intrusi sudah masuk pada sumur, maka sumur akan menjadi asing
sehingga tidak dapat lagi dipakai untuk keperluan sehari-hari.
Menurut konsep Ghyben – Herzberg, air asin dijumpai pada kedalaman 40
kali tinggi muka airtanah di atas muka air laut. Fenomena ini
disebabkan akibat perbedaan berat jenis antara air laut (1,025 g/cm3) dan berat jenis air tawar (1,000 g/cm3).sehingga didapat nilai z = 40 hf
keterangan:
hf = elevasi muka airtanah di atas muka air laut (m)
z = kedalaman interface di bawah muka air laut (m)
ρs = berat jenis air laut (g/cm3)
ρf = berat jenis air tawar (g/cm3)
Upconning adalah proses kenaikan interface secara lokal akibat adanya pemompaan pada sumur yang terletak sedikit di atas interface. Pada saat pemompaan dimulai, interface dalam keadaan horisontal. Makin lama interface makin naik hingga mencapai sumur. Bila pemompaan dihentikan sebelum interface mencapai sumur, air laut akan cenderung tetap berada di posisi tersebut daripada kembali ke keadaan semula.
Intrusi air laut dapat dikenali dengan melihat komposisi kimia airtanah. Perubahan ini terjadi dengan cara
- Reaksi kimia antara air laut dengan mineral-mineral akuifer.
- Reduksi sulfat dan bertambah besarnya konsentrasi karbon atau asam lemah lain.
- Terjadi pelarutan dan pengendapan.
Revelle menggunakan nilai rasio antara
klorida dan bikarbonat untuk mengevaluasi adanya intrusi air laut.
Penggunaan klorida dikarenakan klorida merupakan ion dominan pada air
laut dan bikarbonat merupakan ion dominan pada air tawar.
Semakin tinggi nilai rasio, berarti
pengaruh intrusi air laut makin besar, sedangkan bila nilai rasio rendah
maka pengaruh intrusi air laut kecil.
Di tahun 1960 an, investigasi intrusi air
laut di lakukan dengan analisis kimia dengan mengambil sample airtanah
dan menyelidiki pola alirannya berdasarkan piezometric level.
Saat ini metode geofisika lebih penting dan akurat digunakan untuk
investigasi intrusi air laut. Perolehan data lebih cepat dengan teknik
drilling.
Konduktivitas dan temperatur air dapat
digunakan untuk estimasi intrusi air laut. Zat cair memiliki kemampuan
untuk mengalirkan arus listrik oleh gerakan ion. Gerakan ion dapat
diukur melalui konduktivitas. Konduktivitas sangat bergantung pada
temperatur. Pengukuran terhadap kedua variabel tersebut merupaka faktor
penting untuk mendeteksi perilaku zona transisi dan interface antara air asin dan air tawar. Menggunakan Solinst Model 101 Water Level dengan penyelidikan P4, C4 Conductivity Sleeve dan T4 Temperature Sleeve,
salinitas dapat diestimasi melalui pembacaan konduktivitas dan
temperatur pada kedalaman yang sama. Sebagai contoh, pembacaan
konduktivitas 25,000 µS/cm dan temperatur 20°C, estimasi salinitas
sebesar 17 ppt. Melalui metode ini investigasi salinitas dapat
digunakan untuk melacak fluktuasi interface antara muka air asin dan muka air tawar.
Saat ini terdapat beberapa metode dalam penyelidikan intrusi air laut, diantaranya well
logging, dating, isotope techniques and chemical analysis of
groundwater samples; classification of groundwater samples;
classification of groundwater; research into the interaction between
aquifer matrix and groundwater; and verticle conductivity and
temperatureprofiling.
Terdapat beberapa cara untuk mengendalikan intrusi laut, diantaranya; 1. Mengubah Pola Pemompaan
Memindah lokasi pemompaan dari pantai ke
arah hulu akan menambah kemiringan landaian hidrolika ke arah laut,
sehingga tekanan airtanah akan bertambah besar.
Muka airtanah dinaikkan dengan melakukan
pengisian airtanah buatan. Untuk akuifer bebas dapat dilakukan dengan
menyebarkan air dipermukaan tanah, sedangkan pada akuifer tertekan dapat
dilakukan pada sumur pengisian yang menembus akuifer tersebut.
Ekstraction barrier dapat dibuat
dengan melakukan pemompaan air asin secara terus menerus pada sumur
yang terletak di dekat garis pantai. Pemompaan ini akan menyebabkan
terjadinya cekungan air asin serta air tawar akan mengalir ke cekungan
tersebut. Akibatnya terjadi baji air laut ke daratan.
Injection barrier dapat dibuat
dengan melakukan pengisian air tawar pada sumur yang terletak di dekat
garis pantai. Pengisian air akan menaikkan muka air tanah di sumur
tersebut, akan berfungsi sebagai penghalang masuknya air laut ke
daratan.
Penghalang di bawah tanah sebagai
pembatas antara air asin dan air tawar dapat dibuat semacam dam dari
lempung, beton, bentonit maupun aspal.
- Aktivitas manusia
- Faktor batuan
- Karakteristik pantai
- Fluktuasi airtanah di daerah pantai
Aktivitas manusia terhadap lahan maupun
sumberdaya air tanpa mempertimbangkan kelestarian alam tentunya dapat
menimbulkan banyak dampak lingkungan. Bentuk aktivitas manusia yang
berdampak pada sumberdaya air terutama intrusi air laut adalah pemompaan
air tanah (pumping well) yang berlebihan dan keberadaannya dekat dengan pantai.
Batuan penyusun akuifer pada suatu tempat
berbeda dengan tempat yang lain, apabila batuan penyusun berupa pasir
akan menyebabkan air laut lebih mudah masuk ke dalam airtanah. Kondisi
ini diimbangai dengan kemudahan pengendalian intrusi air laut dengan
banyak metode. Sifat yang sulit untuk melepas air adalah lempung
sehingga intrusi air laut yang telah terjadi akan sulit untuk
dikendalikan atau diatasi.
Pantai berbatu memiliki pori-pori antar
batuan yang lebih besar dan bervariatif sehingga mempermudah air laut
masuk ke dalam airtanah. Pengendalian air laut membutuhkan biaya yang
besar sebab beberapa metode sulit dilakukan pada pantai berbatu. Metode
yang mungkin dilakukan hanya Injection Well pada pesisir yang letaknya agak jauh dari pantai, dan tentunya materialnya berupa pasiran.
Pantai bergisik/berpasir memiliki tekstur
pasir yang sifatnya lebih porus. Pengendalian intrusi air laut lebih
mudah dilakukan sebab segala metode pengendalian memungkinkan untuk
dilakukan.
Pantai berterumbu karang/mangrove akan
sulit mengalami intrusi air laut sebab mangrove dapat mengurangi intrusi
air laut. Kawasan pantai memiliki fungsi sebagai sistem penyangga
kehidupan. Kawasan pantai sebagai daerah pengontrol siklus air dan
proses intrusi air laut, memiliki vegetasi yang keberadaannya akan
menjaga ketersediaan cadangan air permukaan yang mampu menghambat
terjadinya intrusi air laut ke arah daratan. Kerapatan jenis vegetasi di
sempadan pantai dapat mengontrol pergerakan material pasir akibat
pergerakan arus setiap musimnya. Kerapatan jenis vegetasi dapat
menghambat kecepatan dan memecah tekanan terpaan angin yang menuju ke
pemukiman penduduk.
Apabila fluktuasi airtanah tinggi maka
kemungkinan intrusi air laut lebih mudah terjadi pada kondisi airtanah
berkurang. Rongga yang terbentuk akibat airtanah rendah maka air laut
akan mudah untuk menekan airtanah dan mengisi cekungan/rongga airtanah.
Apabila fluktuasinya tetap maka secara alami akan membentuk interface yang keberadaannya tetap.
Intrusi air laut merupakan bentuk
degradasi sumberdaya air terutama oleh aktivitas manusia pada kawasan
pantai. Hal ini perlu diperhatikan sehingga segala bentuk aktivitas
manusia pada daerah tersebut perlu dibatasi dan dikendalikan sebagai
wujud kepedulian terhadap lingkungan.
Sumber:
Purnama, S. 2000. Bahan Ajar Geohidrologi. Yogyakarta: Fakultas Geografi, UGM.
Redwood, Jason. – . Pump / Recharge Rate Affect Saltwater Intrusion. Groundwater Management, Monitoring and Conservation Keep Intrusion Undercontrol, diakses dari http://www.solinst.com, diakses tanggal 29 November 2007.
USGS. 2007. Geological Interpretation of Bathymetric and Backscatter Imagery of the Sea Floor Off Eastern Cape Cod, Massachusetts, diakses dari http://www.usgs,gov, diakses tanggal 29 November 2007.