PROPOSAL
PENGGUNAAN METODE CTL DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MENJELASKAN MATERI GEOGRAFI KELAS III SMA 1 PACITAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas
Dosen Pembimbing :
Yuli Ifana Sari S.Pd., M.Pd
Di Susun Oleh :
Dedi irawan
NIM : 110401050062
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,
hidayah dan inayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian tindakan kelas dengan sebaik-baiknya.
Sholawat salam
semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad seorang manusia pembawa
rÃsalah, pengajar dan penuntun manusia menjadi lebih baik dari masa
sebelumnya.
Proposal PTK ini disusun sebagai salah satu tugas
pada mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas . Penelitian tindakan kelas
ini akan dilaksanakan di SMA 1 Pacitan sudah menjadi sebuah kewajiban
bagi saya untuk menyelesaikan proposal penelitian tindakan kelas ini.
Kesalahan dan kekhilafan dalam pengerjaan laporan ini adalah bagian
dari proses belajar yang harus saya lalui.
Penulisan ini tidak akan
berhasil tanpa bantuan, bimbingan dan sumbangan pemikiran para
pembimbing kami, untuk itu kami ucapkan banyak trimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu terselesainya penulisan laporan ini.
Malang 26 Maret 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah......................................................... 1
B. Rumusan
Masalah.................................................................. 3
C Tujuan
Penelitian................................................................. 4
D
Batasan Masalah.................................................................... 4
E. Manfaat
Penelitian................................................................. 4
E.1
Manfaat Teoritis................................................................... 4
E.2
Manfaat Praktis................................................................... 5
F Definisi Operasional......................................................... 5
BAB II LANDASAN
TEORI......................................................................
A. Penelitian Yang
Relevan........................................................... 6
B. Hakikat Menjelaskan.............................................................. 6
C. Pendekatan Kontekstual.........................................................
7
C1. Pengertian Pendekatan Kontekstual........................................
10
C2 Tujuh
Komponen Kontekstual………………………………10
. D. Hubungan Berbicara dengan Pendekatan
Kontekstual ...... 10
E. Hubungan PTK dengan Metode Kontekstual ...................... 11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan
Penelitian ………………………….............. 14
B. Subjek Penelitian ................................................................. 15
C. Data ................................................... ............................ 15
D. Instrumen
Penelitian............................................................ 15
E.
Teknik Pengumpulan Data................................................... 16
F. Teknik
Analisis Data............................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Berbicara merupakan suatu keterampilan, dan
keterampilan tidak akan berkembang kalau tidak dilatih secara terus menerus. Oleh karena itu, kepandaian berbicara tidak akan dikuasai dengan baik tanpa dilatih. Apabila selalu dilatih, keterampilan berbicara tentu akan semakin baik. Sebaliknya, kalau malu, ragu, atau takut salah dalam berlatih berbicara, niscaya kepandaian
atau keterampilan berbicara itu semakin jauh dari penguasaan. Dalam lingkungan
pendidikan, para siswa dituntut terampil berbicara dalam proses pembelajaran.
Para siswa harus mampu mengutarakan gagasannya. Mereka juga harus dapat
menjawab pertanyaan atau mengajukan pertanyaan dengan baik selama pembelajaran
berlangsung. Ketika melaksakan diskusi, para siswa dituntut terampil
mengemukakan pendapat, mempertahankan pendapat, menyanggah pendapat siswa lain,
atau mempengaruhi siswa lain agar mengikuti alur pemikirannya. Siswa yang
mengikuti kelas Bahasa Indonesia boleh jadi sudah menguasai keterampilan
berbicara di dalam bahasa Indonesia, tetapi keterampilan yang dikuasai itu
terutama berupa keterampilan berbicara dalam keadaan bersemuka (satu lawan
satu) atau dalam kelompok kecil, itupun dalam situasi yang tidak resmi. Bagi
banyak siswa, kegiatan berbicara secara resmi (berbicara di depan banyak
orang), meskipun itu hanya dalam bentuk mengajukan pertanyaan, dapat merupakan
kegiatan yang sulit untuk dilakukan. Dalam pembelajaran dapat dikatakan hampir
tidak ada siswa yang bertanya. Kalau tidak ditunjuk, tidak ada yang berani
menjawab pertanyaan, baik pertanyaan siswa lain maupun guru. Memberikan
komentar atas bahan ajar yang sedang dipelajari pun sama saja, harus ditunjuk.
Kelas terkesan mati karena tidak terjadi interaksi seperti yang seharusnya.
Guru aktif menerangkan, dan siswa hanya mendengarkan bahan yang diajarkan.
Padahal keberhasilan suatu pembelajaran dipengaruhi juga oleh keaktifan para
siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu suatu bentuk
kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan rasional tindakan- tindakan mereka (pendidik) dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan mereka
(pendidik) dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahman terhadap tindakan-tindakan
yang dilakukannnya itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktik-praktik
pembelajaran tersebut dilakukan
Tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional
guru dalam menangani proses belajar mengajar. Tujuan itu dapat dicapai jika
dilakukan perencanaan tindakan alternatif oleh guru, kemudian diujicobakan dan
dievaluasi efektifitasnya dalam memecahkan masalah pembelajaran yang sedang dihadapi oleh guru. Tujuan PTK
bukan hanya mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan pembelajaran yang
dihadapi, tetapi yang lebih penting adalah memberikan solusi berupa tindakan
untuk mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut.
Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan sebagai perangkat fakta –fakta yang harus dihafal. Kelas masih
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi
pilihan utama stategi belajar. Untuk itu diperlukan sebuah belajar yang tidak
mengharuskan siswa menghfaal fakta –fakta , tetapi sebuah strategi yang
mendorong siswa mengkonstruksikan di pikiran sendiri.
Melalui landasan Konstruktifisme, pendekatan kontekstual (CTL)
“dipromosika” menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi
kontekstual (CTL), siswa diharapkan melalui “mengalami” bukan ”menghafal”.
Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep, atau hukum yang menunggu untuk
ditemukan. Pengetahuan bukanlah suatu yang ada secara independent untuk
disadari. Manusia menciptakan atau membangun ilmu pengetahuan sebagaimana mereka
berusaha untuk membawa arti pengalaman mereka.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual, dapat meningkatkan
kemampuan yang dimiliki oleh seorang siswa karena siswa dapat mengkaitkan
keadaan atau pembelajaran geografi secara teori dengan situasi dunia nyata. Hal
itu sesuai dengan salah satu penyusunan kurikulum KTSP yaitu meningkatkan
potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan
peserta didik.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilakukan oleh
masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum disusun agar memungkinkan
pengembangan keragaman potensi, minat, kecerdasan intelektual, emosional,
spiritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan minat dan prestasi siswa karena seorang siswa
dibantu untuk membangun keterkaitan antara informasi atau pengetahuan baru
dengan pengalaman atau pengetahuan lain yang mereka miliki, selain itu mereka
juga diajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep dan bagaimana konsep itu
dipergunakan di luar kelas dan mereka juga diperkenankan untuk bekerja secara
bersama-sama atau yang lebih dikenal dengan model kooperatif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
paparan di atas, masalah pokok yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil pembelajaran menjelaskan
materi geografi dengan pendekatan kontekstual siswa kelas III di SMA 1 Pacitan
tahun pelajaran 2014/2015?
2. Bagaimana respon siswa dalam pembelajaran
penguasaan materi geografi dengan pendekatan kontekstual siswa kelas III di SMA 1 Pacitan tahun
pelajaran 2014/2015?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan
masalah, tujuan penelitian ini adalah:
1. Menghasilkan deskripsi hasil pembelajaran
geografi dengan pendekatan kontekstual siswa kelas III di SMA 1 Pacitan tahun
pelajaran 2014/2015.
2. Menghasilkan deskripsi respon siswa dalam
pembelajaran geografi dengan pendekatan kontekstual siswa kelas III di SMA 1
Pacitan tahun pelajaran 2014/2015.
E. MANFAAT PENELITIAN
E.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini merupakan bahan pengembangan penguasaan
materi geografi .Selain itu diharapkan dengan pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan kualitas siswa terhadap penguasaan materi geografi dan pandai mengeluarkan
gagasan.
E.2 Manfaat Praktis
Ada dua manfaat praktis dalam penelitian ini diantaranya:
1. Penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan siswa tentang pembelajaran
geografi serta mengembangkan bakat pengembangan yang dimiliki siswa.
2. Penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan penelitian yang memberikan sumbangan pemikiran untuk kemajuan
dunia pendidikan
F. DEFINISI OPERASIONAL
- Kemampuan adalah proses pertumbuhan
yang dihasilkan oleh hubungan berkondisi antara stimulus dengan respon dan
kesanggupan dalam melaksanakan suatu hal.
- Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang
sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum
yang berlaku. (Eka Mulyasa, 2006: 80)
- Pendekatan kontekstual adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa
untuk dapat menerapkannya dalamMkehidupanMmereka.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Lain Yang Relevan
Penelitian yang mengkaji pembelajaran berbicara
dengan bahasa Indonesia yang berjudul ”Penggunaan Metode Kontekstual dalam menjelaskan
materi geografi pada Pelajaran Geografi kelas III SMA I Pacitan”. Jarang
dilakukan oleh Guru sehingga peneliti merasa tertarik melakukan penelitian untuk
membangun dan mengembangkan serta menumbuhkan minat belajar dan prestasi siswa
terutama dalam penguasaan menjelaskan dan mengeluarkan gagasan pada pembelajaran
geografi. Dengan pembelajaran kontekstual siswa dibantu untuk membangun
keterkaitan antara informasi atau pengetahuan baru dengan pengalaman atau
pengetahuan lain yang mereka miliki secara langsung dari pada yang disampaikan
oleh guru di dalam kelas.
Penelitian dengan judul yang sama tidak saya temukan
di Universitas Kanjuruhan Malang dai beberapa judul yang saya temukan meneliti
tentang peningkatan kemampuan menulis gagasan, meskipun sama dalam proses
pembelajaranya menggunakan metode CTL namun menulis dan menerangkan memiliki
perbedaan, dalam proses pemerolehannya menurut urutan pemerolehan menjelaskan
langsung menduduki urutan kedua setelah mendengar sehingga perlu adanya
kemampuan menjelaskan khususnya pada penguasaan siswa mengenai materi pembelajaran
geografi
B. Hakikat Menjelaskan
Menjelaskan adalah mendeskripsikan
secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu
dan hukum-hukum yang berlaku.
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam
memberikan suatu penjelasan:
1.
Penjelasan dapat diberikan
selama pembelajaran
2.
Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik
3.
Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan
peserta didik
4.
Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan
Kompetensi dan bermakna bagi peserta didik
5.
Penjelasan harus sesuai dengan
latar belakang dan tingkat kemampuan peserta didik. [Eka Mulyasa, 2006: 80]
C. Tujuh Komponen Kontekstual
Pendekatan kontekstual (CTL) mempunyai tujuh komponen utama, yaitu
konstruktivisme (constructivism),
menemukan (inqury), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang
sebenarnya atau penilaian nyata (authentic
assessment) (Nurhadi,dkk. 2004:12).
1. Konstruktivismesme (constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL,
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperlukan melalui konteks yang terbatas atau sempit dan tidak
sekonyong-konyong. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa
harus menemukan dan mentrasformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain,
dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dalam
proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui
keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam pandangan konstruktivisme
strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan beberapa banyak siswa yang
memperoleh dan mengingat pengetahuan.
2. Menemukan (inqury)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapakan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Siklus
inquiri antara lain observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data,
dan penyimpulan. Adapun langkah-langkah kegiatan inquri yaitu: (1) merumuskan
masalah, (2) melakukan observasi, (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam
pembicaraan, gambar, laporan, bagan, table dan lain-lain, (4) mengkomunikasikan
atau menyajikan hasil karya pada pembaca teman sekelas, guru, atau audience
yang lain. Melalui proses berpikir yang sistematis, diharapkan siswa memiliki
sikap ilmiah, rasional, dan logis yang kesemuanya itu diperlukan sebagai dasar
pembetukan kreatifitas.
3. Bertanya (questioning),
Bertanya merupakan strategi utama
pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai
kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir
siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan
apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian kepada aspek yang belum
diketahuinya.
Dalam suatu pembelajaran yang
produktif kegiatan bertanya sangat berguna untuk:
a) menggali informasi tentang kemampuan siswa
dalam penguasaan materi pelajaran.
b) membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
c) merangsang keingintahuan siswa terhadap
sesuatu .
d) memfokuskan siswa pada sesuatu yang
diinginkan .
e) membimbing siswa utuk menemukan atau
menyimpulkan sesuatu
4. Masyarakat belajar (learning
community)
Konsep learning community
menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang
lain. Hasil belajar diperoleh dari “sharing” dengan orang lain, anatar teman,
antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas CTL
penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan penerapan pembelajaran
melalui kelompok belajar. “Masyarakat belajar” bisa terjadi apabila ada proses
komunikasi dua arah
5. Pemodelan (modeling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model
yang bisa ditiru. Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan
sesuatu, cara melempar bola dalam olahraga.
Dalam
pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Pemodelan merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab
melalui pemodelan siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis abstrak
yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.
6. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang
dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa
pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi pengalaman belajar
itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan
menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap berakhir proses
pembelajaran, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk merenung atau
mengingat kembali apa yang dipelajarinya. Biarkan secara bebas siswa
menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang
pengalaman belajarnya.
7. Penilaian nyata (authentic
assessment)
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.
Penilaian ini diperlukan untuk
mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman
belajar siswa memiliki pengaruh yang posistif terhadap perkembangan baik
intelektual maupun mental siswa. Gambaran tentang kemajuan belajar itu
diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan
diakhir periode.
D. Hubungan menjelaskan dengan Pendekatan
Kontekstual
Menjelaskan materi membutuhkan suatu ketanggapan, ekspresi jiwa dan
pengalaman dalam menjelaskan materi. Aspek tersebut dapat diperoleh dari hasil
membaca sehingga siswa mampu menjelaskan materi yang dapat di melatih siswa
dapat memahami sebuah materi dengan baik. Anak seusia sekolah dasar sangat
perlu dilatih dalam mengekspresikan dan mengimajinasikan sebuah khayalannya
karena anak seusia tersebut mulai berkembang daya imajinasinya. Dalam
pembelajaran di sekolah, membutuhkan suatu pendekatan untuk merangsang atau
mengembangkan daya imajinasi siswanya. Dalam hal ini pendekatan kontekstual
sangat cocok untuk diterapkan.
Dengan pendekatan kontekstual,
pembelajaran berbicara akan sangat menarik bagi siswa karena pada pendekatan
kontekstual merupakan suatu terobosan terbaru dalam dunia pendidikan modern
sehingga, sangat dimungkinkan untuk membantu siswa dalam mengembangkan bakat
yang dimilikinya. Melalui tujuh komponen dasar dalam pendekatan kontekstual
siswa akan lebih berhasil dalam proses pembelajaran karena siswa akan mengalami
secara langsung dalam proses pembelajaran tersebut. Siswa tidak lagi hanya
sebagai pendengar dalam kelas tetapi siswa akan mengalami secara langsung dari
apa yang disampaikan atau yang diajarakan oleh guru di dalam kelas.
E. Hubungan PTK dengan Metode Kontekstual
PTK adalah suatu bentuk diri kolektif yang dilakukan oleh
peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan
keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik
tersebut (Kemmis dan Tagart, 1988).
Lebih lanjut dijelaskan oleh Hardjojo bahwa PTK adalah suatu pendekatan
untuk memperbaiki pedidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk
memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut,
dan agar mau untuk mengubahnya.PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna
sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap
dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan proses
pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani bertindak dan berpikir kritis
dalam mengembangkan teori dan rasional dalam diri mereka sendiri, dan
bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah suatu penelitian yang
dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan
oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan
sampai dengan penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa
kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran. Jadi salah
satu cirri seorang guru yang professional adalah seorang guru yang bisa
memecahkan masalah-masalah yang terjadi di dalam kelasnya, misalnya masalah
kesulitan-kesulitan siswa dalam memahami suatu mata pelajaran tertentu. Untuk
itu seorang guru harus menggunakan suatu metode yang menurutnya cocok untuk
diterapkan dalam kelas tersebut agar siswa-siswa merasa nyaman dan lebih mudah
untuk memahami materi dalam mata pelajaran yang sebelumnya sangat mereka benci
karena mereka banyak menemukan kesulitan-kesulitan dalam mata pelajaran
tersebut.
Salah satu metode yang sering digunakan oleh guru untuk memecahkan
masalah-masalah siswa dalam memahami materi dalam kelas adalah metode
kontekstual. Karena ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran
bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar
akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.
Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan
persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari
pada hasil. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu
yang baru dating dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah
peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Oleh karena itu hubungan antara PTK dengan pendekatan kontekstual adalah
sangat erat sekali karena dalam PTK guru dituntut untuk berperan aktif dalam
memecahkan masalah-masalah yang ada dalam kelas tersebut selain itu guru juga
dituntut untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan atau pengajaran yang
diselenggarakan oleh guru/ pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya
diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas. Untuk itu
diperlukan suatu metode yang diharapkan juga mampu untuk menyelesaikan masalah
tersebut diantaranya dengan menggunakan metode atau pendekatan kontekstual
dimana metode yang bertujuan memotovasi siswa untuk memahami makna materi
pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan cultural) sehingga
siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan
(ditransfer) dari suatu permasalahan/konteks ke permasalahn/konteks lainnya.
Selain itu juga metode kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan
mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian yang berjudul “ Mengatasi kurangnya minat siswa belajar materi
geografi dengan pendekatan Kontekstual” Siswa Kelas III di SMA 1 Pacitan tahun
ajaran 2014/2015 merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjenis
deskriptif kuantitatif.
Sebagai dasar pemecahan rumusan masalah, penelitian ini menggunkan
pendekatan kontekstual sebagai landasannya. Pendekatan kontekstual akan
membantu siswa aktif dan kreatif dalam berfikir karena siswa dituntut untuk
selalu mengembangkan kemampuan dengan cara melibatkan dunia nyata atau
pengalaman siswa itu sendiri secara langsung.
Pada hakikatnya penelitian tindakan kelas (PTK) bertujuan untuk
meningkatkan praktis pembelajaran. Dari
tujuan itu, PTK akan sangat bermanfaat bagi seorang guru untuk
mengembangkan proses belajar mengajar di kelas.Hal itu berarti bahwa penelitian
ini untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran yang sudah ada sebelumnya.
Dirancanakan terdapat tiga siklus dalam penelitian ini yang masing-masing
mempunyai empat tahapan dalam penelitian tindakan kelas (PTK):
1. Tahapan perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti adalah :
a) Menyiapkan perangkat kerja misalnya
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
b) Membuat lembar aktifitas guru dan siswa
untuk melihat proses pembelajaran yang
sedang berlangsung.
c) Membuat lembar respon siswa.
d) Membuat alat bantu mengajar untuk digunakan dalam rangka mengpotimalkan
kemampuan menjelaskan.
e) Membuat alat evaluasi untuk mengetahui
hasil penguasaan materi dengan menjelaskan.
2. Tahap Observasi
Pada tahap ini peneliti mengadakan kegiatan yang dilaksanakan seorang
peneliti adalah melaksankan sesuai dengan apa yang telah direncanakan
sebelumnya yaitu melaksanakan pembelajaran yang diawali dengna tujuan
pembelajaran, masyarakat belajar, pemodelan pemberian tugas, dan melakukan
observasi terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang
sudah dimuat.
3. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti mengadakan identifikasi pengetahuan siswa terhadap
pembelajaran geografi. Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dikumpulkan
serta dianalisis. Dari hasil observasi peneliti dapat mengadakan refleksi dengan
melihat data observasi, apakah kegiatan yang dilakukan telah meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami pelajaran geografi.
4. Revisi
Pada tahap ini, peneliti melakukan revisi atau perbaikan terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan dari sikluis I samapai siklus terakhir.
Apabila ada hal yang kurang pada sikluis I akan direvisi pada siklus II, dan pada
siklus II ada kekurangan akan direvisi pada siklus III. Sampai siswa mencapai
target nilai yang sudah ditenrukan yaitu mencapai skor 70.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SMA
I PACITAN tahun ajaran 2014/2015
C. Data
Berdasarkan rumusan
masalah, data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjawab masalah nomor
satu, diperlukan data berupa skor hasil belajar siswa selama pembelajaran geografi
dengan pendekatan kontekstual.
2. Untuk menjawab masalah nomor
dua, diperlukan data berupa respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran
geografi dengan pendekatan kontekstual.
D.Instrumen Penelitian
1.
Lembar Observasi
Digunakan untuk mengetahui segala
aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam pembelajaran geografi dengan
menggunakan pendekatan kontekstual.
2.
Tugas.
Digunakan
untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran geografi dengan
menggunakan pendekatan kontekstual.
E.Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Siswa diberi tes yang berisi tentang
perintah menjelaskan/menerangkan. Kemudian hasil kerja siswa diberi nilai.
2) Peneliti membagikan lembar respon siswa
kepada siswa berupa angket yang digunakan untuk memperoleh siswa informasi yang
berisi ungkapan pernyataan siswa tentang pengetahuan, sikap, dan pendapat
terhadap pelaksanaan pendekatan pembelajaran kontekstual.
F. Teknis Analisis Data.
Untuk menganalisis data penelitian
yang bersifat deskriptif kuantitatif, digunakan analisis data sebagi berikut:
1. Analisis hasil pembelajaran yaitu data
tentang hasil tes siswa diperoleh dari data nilai tes lisan yang telah
dilakukan dalam bentuk bercerita pengalaman dengan nilai minimal 70 dan
dianggap tuntas secara perorangan. Untuk mengetahui nilai rata-rata keberhasilan
siswa dianalisis dengan menggunakan rumus.( Sunjono, 2006: 327)
2.
M = Mean
∑X = Jumlah Nilai
N = Jumlah siswa dalam satu
kelas
2.Analisi data hasil respon siswa dianalisis secara statistic sehingga
diperoleh data yang maksimlal dengna analisis presentase per item. Rumus yang
digunakan adalah:
P = Persentase
Nilai
F =Frekuensi Kejadian yang muncul
N =Jumlah Siswa
100%=Nilai Koefisi
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
(PTK) yaitu suatu bentuk kajian
yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan rasional tindakan- tindakan mereka (pendidik) dalam melaksanakan
tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan mereka (pendidik) dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahman terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukannnya itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktik-praktik
pembelajaran tersebut dilakukan.
Tujuan
utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam
menangani proses belajar mengajar. Tujuan itu dapat dicapai jika dilakukan
perencanaan tindakan alternatif oleh guru, kemudian diujicobakan dan dievaluasi
efektifitasnya dalam memecahkan masalah pembelajaran yang sedang dihadapi oleh guru.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual, dapat meningkatkan
kemampuan yang dimiliki oleh seorang siswa karena siswa dapat mengkaitkan
keadaan pembelajaran geografi secara teori dengan situasi dunia nyata. Hal itu
sesuai dengan salah satu penyusunan kurikulum yaitu meningkatkan potensi,
kecerdasan, dan minat siswa sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan
peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.2007. Sosialisasai dan pelatihan
Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta.
Depdiknas.
2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta
Http:// akhmadsudrajat. Wordpress.com/2008/0129
pembelajaran kontekstual /Diakses (26/03/14)
Sunjono Anas,2006. Pengantar Evaluiasi
Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. .
Tarigan, Henry Guntur. 1981 Berbicara
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. .Bandung Angkasa
Wibawa
Basuki, 2004 Penelitian Tindakan Kelas
: Depdiknas
http://roimansonpanjaitan.blogspot.com/2013/04/ketrampilan-menjelaskan.html. /Diakses
(26/03/14)
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/29/pembelajaran kontekstual/ (Diakses: 26-3-2014)