BAB1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Masalah
Pada
pembuatan makalah mengenai Relief
beberapa pulau di indonesiaini akan menjelaskan
mengenai Relief beberapa pulau di
indonesia. Relief adalah bentuk kekasaran permukaan bumi. Baik berupa tonjolan.
Dataran, atau cekungan. Permukaan daratan di indonesia sangat bervariasi, hal
ini dikarenakan indonesia memiliki sejarah dan formasi geologi yang unik.
Indonesia menempati dua lapisan lempeng benua yang berbeda. Yaitu lempeng Benua
Asia di kawasan barat dan lempeng Benua
Australia di kawasan Timur. Selain itu,
indonesia berada pada jalur
pertemuan lempeng dunia, sehingga banyak
menghasilkan rangkain gunung api.
Secara garis besar, Relief daratan indonesia dapat di bedakan atas daerah pantai, daratan
rendah, dan daratan tinggi atau daerah pegunungan. Indonesia banyak memiliki
gunung dan pegunungan, hal ini dikarenakan indonesia dilintasi oleh dua jalur pegunungan muda, yaitu Sirkum
Pasifik dan Sirkum Mediterania. Sirkum Pasifik merupakan rangkaian pegunungan
di sekeliling Samudra Pasifik. Berawal dari pegunungan Andes di Amerika
Selatan, rocky mountain di Amerika Utara, Alaska, kepulauan Aleut, kepulauan
Kuril, kepulauan Jepang, Taiwan, Filpina, pulau Irian, hingga Selandia Baru.
Adapun Sirkum Mediterania dimulai dari
Afrika Utara dan Eropa Selatan, lewat Asia Barat, pegunungan Himalaya, Thailan
Utara, Nyamar kepulauan Andaman dan Indonesi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas
dapat di ambil perumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana kondisi Relief Pulau Sulawesi?
2.
Bagaimana kondisi Relief Kepulauan Maluku?
3.
Bagaimana kondisi Relief Pulau Nusa Tenggara?
4.
Bagaimana kondisi Relief Pulau Papua?
1.3 Tujuan
Sesuai dengan permasalahan di atas,
tujuan yang dapat dicapai adalah:
1.
Mengetahui
bagaimana kondisi Relief Pulau Sulawesi.
2.
Menjelaskan bagaimana kondisi Relief Kepulauan Maluku.
3.
Mengetahui bagaimana kondisi Relief dipilau Nusa
Tenggara.
4.
Mengetahui bagaimana kondisi Relief Pulau Papua.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengetahuan Tentang Relief Pulau sulawesi
Pulau Sulawesi, merupakan pulau yang terpisah dari
Kepulauan Sunda Besar bila ditilik dari kehidupan flora dan fauna oleh karena garis
Wallace berada di sepanjang Selat Makassar,
yang memisahkan pulau Sulawesi dari kelompok Kepulauan Sunda Besar di zaman es.
Pulau Sulawesi merupakan gabungan dari 4 jazirah
yang memanjang, dengan barisan pegunungan berapi aktif memenuhi lengan jazirah,
yang beberapa di antaranya mencapai ketinggian diatas 3.000 meter diatas
permukaan laut; tanah subur, ditutupi oleh hutan tropik
lebat (primer dan sekunder).
Sulawesi dilintasi garis katulistiwa di
bagian seperempat utara pulau sehingga sebagian besar wilayah pulau Sulawesi
berada di belahan bumi selatan.Di bagian utara, Sulawesi dipisahkan dengan
pulau Mindanao - Filipina
oleh Laut Sulawesi
dan di bagian selatan pulau dibatasi oleh Laut Flores.Di
bagian barat pulau Sulawesi dipisahkan dengan pulau Kalimantan oleh Selat
Makassar, suatu selat dengan kedalaman laut yang
sangat dalam dan arus bawah laut yang kuat.Di bagian timur, pulau Sulawesi
dipisahkan dengan wilayah geografis Kepulauan Maluku dan Irian oleh Laut Banda.
Pulau Sulawesi merupakan habitat banyak satwa langka dan
satwa khas Sulawesi; di antaranya Anoa, Babi Rusa, kera Tarsius.Secara
geologik pulau Sulawesi sangat labil secara karena dilintasi patahan kerak bumi
lempeng Pasifik dan merupakan titik tumbukan antara Lempeng Asia, Lempeng
Australia dan Lempeng Pasifik.
Saat
ini pulau Sulawesi secara administratif pemerintahan terbagi atas 6 provinsi yaitu:
PROSES TERBENTUKNYA PULAU
SULAWESI
Profesor John A. Katili, ahli geologi Indonesia yang
merumuskan geomorfologi Pulau Sulawesi bahwa terjadinya Sulawesi akibat
tabrakan dua pulau (Sulawesi bagian Timur dan Sulawesi bagian Barat) antara 19
sampai 13 juta tahun yang lalu, terdorong oleh tabrakan antara lempeng benua
yang merupakan fundasi Sulawesi Timur bersama Pulau-Pulau Banggai dan Sula,
yang pada gilirannya merupakan bagian dari lempeng Australia, dengan Sulawesi
Barat yang selempeng dengan pulau-pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatra, Sulawesi
menjadi salah
satu wilayah geologis paling rumit di dunia.
satu wilayah geologis paling rumit di dunia.
Sederhananya boleh dikata bahwa busur Sulawesi Barat
lebih vulkanis, dengan banyak gunung berapi aktif di Sulawesi Utara dan vulkan
mati di Sulawesi Selatan.Sedangkan busur Sulawesi Timur, tidak ada sisa-sisa
vulkanisme, tapi lebih kaya mineral.Sumber-sumber minyak dan gas bumi dari
zaman Tertiary tersebar di kedua busur itu, terutama di Teluk Tomini, Teluk
Tolo, Teluk Bone, serta di Selat Makassar.
Perbedaan
geomorfologi kedua pulau yang bertabrakan secara dahsyat itu menciptakan
topografi yang bergulung gulung, di mana satu barisan gunung segera diikuti
barisan gunung lain, yang tiba-tiba dipotong secara hampir tegak lurus oleh
barisan gunung lain. Kurang lebih seperti kalau taplak meja disorong dari
beberapa sudut dan arah sekaligus.Makanya jarang kita bisa mendapatkan
pemandangan seperti di Jawa, Sumatera, atau Kalimantan, di mana gununggunung seperti
kerucut dikelilingi areal persawahan atau hutan sejauh mata memandang.
Kecuali di Sulawesi Selatan (itupun di selatan Kabupaten Enrekang), kita sulit
menemukan hamparan tanah pertanian yang rata.
Sederhananya, Sulawesi adalah pulau gunung, lembah, dan
danau, sementara dataran yang subur, umumnya terdapat di sekeliling danau-danau
yang bertaburan di keempat lengan pulau Sulawesi.Ekologi yang demikian ikut
menimbulkan begitu banyak kelompok etno-linguistik.Setiap kali satu kelompok
menyempal dari kelompok induknya dan berpindah menempati sebuah lembah atau
dataran tinggi di seputar danau, kelompok itu terpisah oleh suatu benteng alam
dari kelompok induknya, dan lewat waktu puluhan atau ratusan tahun,
mengembangkan bahasa sendiri. Geomorfologi yang khas ini menyebabkan pinggang
Sulawesi Tana Luwu dan Tana Toraja di provinsi Sulawesi Selatan, bagian selatan
Kabupaten Morowali, Poso, dan Donggala di provinsi Sulawesi Tengah, dan bagian
pegunungan provinsi Sulawesi Barat sangat kaya dengan berbagai jenis bahan
galian.Batubara terdapat di sekitar Enrekang, Makale, dan Sungai Karama.
Juga di Sulawesi Barat sebelah utara, dimana terdapat
tambang batubara dan banyak jenis logam tersebar di berbagai pelosok
Sulawesi.Tembaga dan nikel terdapat di sekitar Danau-Danau Matano, Mahalona dan
Towuti. Bijih besi bercampur nikel, yang diduga berasal dari meteor,
memungkinkan lahirnya pandai besi di lembah-lembah Rampi, Seko dan Rompong di
hulu Sungai Kalaena (Luwu Utara) dan di Ussu, dekat Malili (Luwu Timur), yang
ilmunya ditularkan ke pandai besi asal Toraja, yang selanjutnya menularkannya
ke pandai besi Bugis. Guratan besi-nikel itu dikenal sebagai pamor Luwu atau
pamor Bugis oleh empu penempa keris di Jawa, dan membuat Kerajaan Luwu kuno
dikenal sebagai pengekspor besi Luwu.
Di
masa kini, salah satu pusat
konsentrasi pandai besi Toraja letaknya di lereng Sesean, gunung tertinggi di Tana Toraja. Bijih emas pun banyak terdapat di pinggang Sulawesi, karena biasanya mengikuti keberadaan bijih tembaga.
konsentrasi pandai besi Toraja letaknya di lereng Sesean, gunung tertinggi di Tana Toraja. Bijih emas pun banyak terdapat di pinggang Sulawesi, karena biasanya mengikuti keberadaan bijih tembaga.
Berikut
skema terbentuknya Pulau Sulawesi :
EOSEN
( 65-40 juta tahun yang lalu )
Proses pembentukan pulau Sulawesi yang unik telah melalui
proses yang juga unik yaitu hasil akhir dari sebuah kejadian apungan benua yang
diawali 65 juta tahun lalu. Saat itu ada 2 daratan yaitu cikal bakal kaki
Sulawesi Tenggara dan Timur, dan cikal bakal kaki Sulawesi Selatan, Barat dan
Utara. Kedua apungan daratan itu terbawa bergerak ke barat menuju Borneo (
sekarang bernama Kalimantan ). Proses tumbukan akibat apungan lempeng benua itu
menyebabkan kedua daratan itu mulai terkumpul menjadi satu daratan baru.
MIOSEN
( 40-20 juta tahun yang lalu )
Pada
zaman ini pergerakan lempeng kearah barat disertai dengan persesaran yang
menyebabkan mulai terjadi perubahan ekstrim bentuk daratan. Bagian tengah
ketiga daratan itu tertekuk akibat benturan atau pergeseran, sebuah proses yang
lebih kuat dibandingkan apa yang terjadi di kedua ujung atas dan bawahnya (
daratan utara dan selatan ). Proses tektonik berlangsung kuat di daerah yang
tertekuk itu sehingga menyebabkan pencampur-adukan jenis-jenis batuan yang
berasal dari lingkungan pengendapan yang berbeda.
PLIOSEN
( 15-6 juta tahun yang lalu )
Hingga zaman ini proses penumbukan kedua daratan itu
terus berlangsung, bahkan apungan hasil tumbukan terus bergerak hingga mendekat
ke daratan Kalimantan lalu berhenti di sana. Persesaran yang telah mulai sejak
zaman Miosen masih terus berlangsung, bahkan berdampak apada pemisahan kelompok
batuan dari kawasan di sekitar danau Poso dan kelompok batuan sekitar danau
Matano.kedua kelompok batuan ini meski lokasinya berdampingan, namun
memperlihatkan asosiasi batuan yang berbeda.
PLITOSEN
( 4-2 juta tahun yang lalu )
Pada zaman ini mulai berlangsung
fenomena baru, yaitu proses pemekaran dasar samudra di laut antara Kalimantan
dan Sulawesi ( sekarang dikenal dengan selat Makasar ). Pemekaran dasar samudra
ini menyebabkan cikal bakal atau pulau Sulawesi purba.Dan pulau Sulawesi purba
ini kembali bergerak ke timur menjauhi Kalimantan.kecepatan gerakan apungan di
atas lempeng benua adalah peristiwa yang berlangsung perlahan namun konsisten
dengan laju beberapa centimeter pertahun.
Diperkirakan juga bahwa, Sulawesi barat bertabrakan
dengan Kalimantan timur pada akhir Pliosen (3 Ma. yang lalu) yang sementara itu
menutup selat Makasar dan baru membuka kembali dalam periode Kwarter, meskipun
tidak ada data pasti yang menunjang pendapat ini.Endapan tebal dari sebelum
Miosen di selat Makasar memberikan petunjuk bahhwa Kalimantan dan Sulawesi
pernah terpisahkan sekurang-kurangnya 25 Ma.dalam periode permukaan laut
rendah, mungkin sekali pada masa itu terdapat pulau-pulau khususnya di daerah
sebelah barat Majene dan sekitar gisik Doangdoang.
Di daerah Doangdoang, penurunan permukaan air laut sampai
100 m. akan menyebabkan munculnya daratan yang bersinambungan antara
Kalimamantan tenggara dan Sulawesi barat daya. Biarpun demikian, suatu
pengamatan yang menarik ialah bahwa garis kontur 1000 m di bawah laut di
sebelah timur Kalimantan persis sama dengan garis yang sama di Sulawesi barat,
sehingga mungkin selat Makasar dulu hanya jauh lebih sempit. Sulawesi meliputi
tiga propinsi.geologi yang berbeda-beda, digabung menjadi satu oleh gerakan
kerak bumi. Propinsi-propinsi tersebut adalah Sulawesi barat dan timur yang
dipisahkan oleh patahan utara barat laut antara Palu dan Teluk Bone (patahan
Palu Koro), serta Propinsi Banggai Sula yang mencakup daerah Tokala di belakang
Luwuk dan Semenanjung Barat laut, Kepulauan Banggai, pulau Buton dan Kep. Sula
(yang kenyataannya merupakan bagian Propinsi Maluku).
Pergerakan kerak bumi pada lempeng Indo-Australia dan
Pasifik yang mengarah ke utara bertemu dengan pergerakan lempeng Eurasia yang
cenderung ke arah selatan.meskipun pergerakan kerak bumi sangat kecil, yaitu
sekitar 5 hingga 7 sentimeter per tahun, namun sangat berpengaruh terhadap
aktivitas tektonik kerak bumi. Perubahan letak ini nantinya bakal mengakibatkan
struktur lempeng menjadi labil dan rapuh.
Dari sejarah geologi, daratan Sulawesi terbentuk akibat
adanya aktivitas tektonik.Dengan pengaruh pergerakan ketiga lempengan yang ada,
membentuk struktur geologi dan pulau-pulau yang begitu rumit dan beriringan.
Dari sesar-sesar yang ada, terdapat sesar aktif yang
sewaktu-waktu bergerak.Aktifnya sesar ini apabila dipicu pergerakan lempeng
yang melepaskan energi relatif besar. Salah satunya akan berakibat terjadinya
gempa tektonik yang kemudian disusul tsunami.
1.
Karakteristik Pulau Sulawesi
Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau
lainnya. Apabila melihat busur-busur disekelilinya Benua Asia, maka bagian
concaxnya mengarah ke Asia tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang justru
convaxnya yang menghadap ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik, oleh karena itu
Pola Sulawesi sering disebut berpola terbalik atau inverted arc.
Pulau Sulawesi terletak pada zone peralihan antara
Dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam.
Dibagian utara dibatasi oleh Basin Sulawesi ( 5000 – 5500 m ). Di bagian Timur
dan Tenggara di batasi oleh laut Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan
kedalaman mencapai 4500 – 5000 m. Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh
Palung Makasar (2000-2500m).
Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan
tataran rendah yang terdapat secara sporadik, terutama terdapat disepanjang
pantai.Dataran rendah yang relatif lebar dan padat penduduknya adalah dibagian
lengan Selatan. Berdasarkan orogenesenya dapat dibagi ke dalam tiga daeran (Van
Bemmelen, 1949) sebagai berikut :
- Orogenese di bagian Sulawesi Utara
- Orogenese di bagian Sulawesi Sentral
- Orogenese di bagian Sulawesi Selatan
A. Orogenese di bagian Sulawesi Utara
Meliputi lengan Utara Sulawesi yang memanjang dari
kepulauan Talaud sampai ke Teluk Palu – Parigi.Daerah ini merupakan kelanjutan
ke arah Selatan dari Samar Arc.Termasuk pada daerah ini adalah Kepulauan
Togian, yang secara geomorfologis dikatakan sebagai igir Togian (Tigian
Ridge).Daerah orogenese ini sebagain termasuk pada inner arc, kecuali kepulauan
Talaud sebagai Outer Arc.
B. Orogenese di
bagian Sulawesi Sentral
Dibagian sentral ini terdapat tiga struktur yang menjalur
Utara – Selatan sebagai berikut :
- Jalur Timue disebut Zone Kolonodale
- Jalur Tengah disebut Zone Poso
- Jalur Barat disebut Zone Palu
Jalur Timur terdiri atas lengan timur dan sebagian yang
nantinya bersambung dengan lengan Tenggara.Sebagai batasnya adalah garis dari
Malili – Teluk Tomori.Daerah ini oleh singkapan-singkapan batuan beku ultra
basis.
Jalur Tengah atau Zone Poso, batas Barat jalur ini adalah
Medianline.Zona ini merupakan Graben yang memisahkan antara Zona Barat dan
Timur.Dibagian Utara Zone ini terdapat Ledok Tomini dan di Selatannya terdapat
Ledok Bone. Daerah ini ditandai oleh mayoritas batuan Epi sampai Mesometamorfik
crystalline schist yang kaya akan muscovite.
Jalur Barat atau Zona Palu, ditandai oleh terdapat
banyaknya batuan grano – diorite, crystalline schist yang kaya akan biotite dan
umumnya banyak ditemui juga endapan pantai. Zona ini dibagian Utara dibatasi
oleh Teluk Palu – Parigi, di Selatan dibatasi garis dari Teluk Mandar –
Palopo.Dari Teluk Mandar – Palopo ke arah selatan sudah termasuk lengan Selatan
– Sulawesi.Daerah jalur Barat ini merupakan perangkaian antara lengan Utara
Zone Palu dan lengan selatan merupakan satuan sebagain Inner Arc.
C. Orogenese di bagian Sulawesi Selatan
Secara garis besar tangan selatan Sulawesi merupakan
kelanjutan Zone Palu (Zone bagian barat Sulawesi Tengah) dan tangan tenggara
merupakan kelanjutan dari tangan Timur Sulawesi (Zone Kolonodale).Secara
Stratigrafi antara lengan selatan dan lengan tenggara banyak memiliki kesamaan,
begitu juga antara Zone Palu Lengan Utara dengan Zone Kolonodale Lengan Timur
dilain fihak. Walaupun demikian diantaranya terdapat perbedaan-perbedaan
sebagai contoh bagian ujung selatan (di Selatan D. Tempe) banyak
kesamaannya dengan P. Jawa dan Sumatera sedangkan ujung
selatan lengan tenggara lebih banyak kesamaannya dengan Boton Archipelago dan
Group Tukang Besi.
2.
Geologi sulawesi
Secara geologi, sulawesi merupakan wilayah yang
geologinya sangat komplek, karena merupakan perpaduan antara dua rangkaian
orogen ( Busur kepulauan Asia timur dan system pegunungan sunda ).Sehingga,
hamper seluruhnya terdiri dari pegunungan, sehingga merupakan daerah paling
berpegunungan di antara pulau- pulau besar di Indonesia (Sutardji, 2006 :100)
Secara rinci fisiografi sulawesi adalah sebagai berikut :
- Lengan Utara Sulawesi
Pada lengan ini, fisiograsinya terbagi menjadi tiga
bagian berdasarkan aspek geologinya. Ketiga bagian tersebut adalah :
- Seksi Minahara, merupakan ujung timur dari lengan utarasulawesi dengan arah timur laut barat daya yang bersambung dengan penggungan sangihe yang didirikan oleh aktifitas vulkanis pegunungan soputan.
- Seksi gorontalo merupakan bagian tengah dari lengan utara sulawesi dengan arah timur ke bawah, namun aktifitas vulkanis sudah padam yang lebar daratanya sekitar 35 – 110 km, tapi bagian baratnya menyempit 30 km ( antara teluk dondo dipantai utara dan tihombo di pantai selatan ). Seksi ini dilintasi oleh sebuah depresi menengah yang memanjang yaitu sebuah jalur antara rangkaian pegunungan di pantai utara dan pegunungan di pantai selatan yang disebut zone limboto :
- Jenjang sulawesi utara, merupakan lengan utara sulawesi yang arahnya dari utara ke selatan dan terdapat depresi ( lanjutan zone limboto di gorontalo ) yang sebagian besar di tutup oleh vulkan – vulkan muda, sedangkan antara lengan utara dan lengan timur di pisahkan oleh teluk tomini yang lebarnya 100 km di bagian timur dan sampai 200 km di bagian barat sedangkan dasar teluknya semakin dangkal kea rah barat ( ( kurang dari 2000 meter ) dan di bagian tengah teluk tomini tersebut terdapat pegunungan di bawah permukaan air laut dengan bagian tinggi berupa kepulauan togian ( Sutardji ; 2006 : 101 )
2. Lengan Timur
Lengan timur sulawesi arahnya timur laut barat daya dan
dapat di bedakan menjadi tiga bagian. Tiga bagian tersebut adalah
- Bagian timur, berupa semenanjung Bualeno yang di pisahkan dengan bagian tengah oleh tanah genting antara teluk poh dan teluk besama
- Bagian tengah, dibentuk oleh pegunungan Batui dengan pegunungan Batulumpu yang arahnya timurlaut-baratdaya yang berangsur-angsur lenardari 20 km di timur sampai 80 km di utara Bunku.
- Bagian barat, merupakan pegunungan tinggi yang membujur antara garis ujng Api sampai Teluk Kolokolo bagian timur dan garis Lemoro sampai teluk Tomini di barat dan lebarnya sekitar 75-100 km ( Sutardji, 2006 : 101 )
- Lengan Tenggara
Batas antara lengan
tenggara dengan bagian tengah sulawesi adalah berupa tanah gentingantara teluk
Usu dengan teluk Tomori yang lebarnya 100 km. Sedangkan lengan tenggara
Sulawesi dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
- Bagian utara, berupa massip-massPeridotit dari pegunungan Verbeek yang di tengahnya terdapat dua graben yaitu danau Matana dan Danau Tomini yang letaknya berada ntara teluk Palopo ( Ujung utara teluk Bone ) dengan Teluk Tolo.
- Bagian Tengah, berupa Pegunungan Mekongga di sebelah barat dan sediment peridorit di sebelah timur yang di batasi oleh Pegunuingan Tangeasinua, sedangkan antara kedua pegunungan tersebut terdapat basin yang dialiri sungai Konewha, sedangkan kea rah tenggara jalur ini tenggelam dan membentuk teluk-teluk dan pulau-pulau kecil serta berkelanjutan sampai kepulauan Manui.
- Bagian Selatan, merupakan suatu depresi yang membujur dari arah barat ke timur yang membentang antara Kendari dan Kolaka yang diisi dataran Aluvial yang berawa sedangkan di bagian selatannya berupa pegunungan dan bukit-bukit yang teratur dengan membujug barat ke timur.
- Lengan Selatan
Bagian
sulawesi selatan merupakan daerah yang dibatasi oleh garis enggara-baratlauit
dari muara sungai Karama sampai Palopo. Batas lengan utara dari garis
timurlaut-barat daya dari palopo sampai teluk Mandar. Namun secara geologis
bagian barat lengan sulawesi tengah termasuk Pegunungan Quarles yang lebih
dekat hubungnnya dengan bagian selatan dengan lemngan selatan ( Sutardji, 2006
: 103 ).
Fisiografi
lengan selatan berupa pegunungan seperti pegunungan yang ada di antara Majene
yang membujur utara-selatan, antara pegunungan Quarles dengan pegunungan
Latimojong dipisahkan oleh lembah Sadang dan diantara lembah Sadang dan teluk
Bone terdapat Pegunungan Latimojong yang membujur dari utara ke selatan dengan
ketinggian sekitar 3000 mdpl.Pada bagian utara dan selatan lengan ini
dipisahkan oleh depresi dengan arah baratlau-tenggara yang terdapat danau-danau
seperti Tempe, Sidenreng, dan danau Buaya.Pada bagu\ian selatannya lengan ini
mempunyai ketinggian yang lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian utara.
Di daerah ini ada dua jalur pegunungan yaitu di bagian barat dengan ketinggian
diatas 1000 mdpl dan bagian timur dengan ketinggian 800 mdpl yang dipisahkan
oleh lembah Sungai Walaneia. Kedua jalur pegunungan tersebut di sebelah selatan
pegunungan Bontorilni, bersatu sebagai hulu sungai Walaneia yang mengalir ke
utara tertutup oleh vulkan besar Lampobatang. Sedangkan di luar pantai Makasar
terdapat dangkalan Spermonde dengan rangkaian karang, dan di luar pantai
Watampone terdapat dangkalan dengan rangkaian karang, laut dangkal dan sebelah
baratnya menurun sampai palung Bone
3. Sulawesi Tengah
Keempat
lengan dari pulau Sulawesi bertemu di bagian tengah. Bagian ini di batasi oelh
garis yang melalui Donggala-parigi_Lemore Teluk Tomini dari lengan utara dan
timur, garis dari Mojene_palopor Dongi sampai teluk Temori membatasi dengan
lengan selatan dan tenggara. Bagian tengah Sulawesi terbagi dalam tiga zona
yang memiliki perkembangan Geologi yang berbeda dan mengarah utara-selatan (Sutardji,
2006:104).
Ketiga zona tersebut adalah :
- Zona Palu, merupakan busur dalam vulkanis, tetapi telah padam, zona ini bersatu ke utara dengan Sulawesi utara dan selatan dengan Sulawesi selatan Batuan utama seperti grafik.
- Zona Poso, emrupakan palung antara yang seperti Grnit dan endapan sediment pantai batuan metamosif dengan endapan konglomerat, batu pasar dan letaknya tidak selaras diatas batuan metamotif.
- Zona Kolondale, merupakan busur luar dengan dicirikan oleh batuan ultra basa, batuan segimen yang terdiri dari gamping dan batu api usia mesozaikum (Sutardji, 2006:104).
Berdasarkan
geologinya, lengan timur dan tenggara di dominasikan oleh batuan malihan dan
afiolit yang terobdaksi pada miosen ke atas.Mandala timur, Benua mini
banggai-Sulawesi berasal dariAustralia dan berumur Palezoikum-Mesozoikum (Smith
and Silver, 1991 dalam Soemandjuntak, 2004:26). Sedangkan pada lengan selatan
di dominasi oleh batuan gunung api dan lengan selatan di dominasik oleh batuan
gunung api dan terobosan Miosen lebih muda yang membentuk sabuk lipatan diatas
tepi bagian timur daratan sunda (Katili 1978 dalam Soemandjuntak, 2004:26).
Pada bagian tengah pulau Sulawesi didominasi batuan yang berasal dari aktivitas
volkanik seperti granit. Sedangkan pada lengan utara di dominasi oleh batuan
metamorf seperti Sekis Kristalin dan Phelit. Dilihat dari Geologi regional di
lengan selatan pulau Sulawesi yang terdapat formasi latimojong yang terdiri
atas batuan batu lava, batu pasir termetakan, batuan sabak, filit dan sekis
merupakan formasi batuan yang mirip dengan geologi Kalimantan Barat yaitu
tepian benua yang terbentuk oleh proses penunjaman. Sehingga diperkirakan
Sulawesi dan Kalimantan, dulunya merupakan satu kesatuan daratan lempeng
Eurasia.
2.2 Relief Kepulauan Maluku
Kepulauan maluku merupakan tempat
pertemuan antara sistem pegunungan sunda
Alpin dengan sistem pegunungan sabuk pasifik. Karena itu mempunyai relief yang
beraneka ragam, antara maluku bagian utara dan maluku bagian selatan di batasi
oleh sebuah jalur pegunungan lengan timur sulawesi kabupaten banggai. Kepulauan Misool dan
sampai di daerah kepada burung iryan jaya. Maluku bagian utara dibatasi oleh palung-palung yang dalam yaitu
philipina (6000m-9000m), laut seram (5319m). Basin banda barat (5800m). Dan
basin sulawesi (6220m). Maluku bagian selatan
atau disebut busur banda. Basin banda sendiri terdiri dari dua basin,
yaitu basin banda utara dan basin banda
selatan. Basin banda selatan dibagi 2 yaitu bagian barat dan timur,dengan batas
vulkan api (pulau gunung api) yang mempunyai ketinggian 2820m. Di maluku ini
terkenal dengan taman lautnya yang paling indah di seluruh nusantara.
Perekonomian
Secara makro ekonomi, kondisi perekonomian Maluku cenderung membaik
setiap tahun. Salah satu indikatornya antara lain, adanya peningkatan nilai
PDRB. Pada tahun 2003 PDRB Provinsi Maluku mencapai 3,7 triliun rupiah kemudian
meningkat menjadi 4,05 triliun tahun 2004. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004
mencapai 4,05 persen dan meningkat menjadi 5,06 persen pada 2005.
Energi
Kepulauan Indonesia bagian timur umumnya mengalami dampak benturan
lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia relatif lebih
intensif yang menyebabkan wilayah ini menjadi salah satu yang sangat dinamis
dengan berbagai jenis bahan tambang. Pulau Halmahera pada lengan bagian barat
laut didominasi oleh batuan vulkanik kalsium-alkalin berumur kwarter yang
terdiri dari lava breksi dan tufa andesitik-basaltik dikenal dengan formasi
Kayasa dan Togawa. Sedangkan pada lengan bagian selatan didominasi oleh batuan
sedimen dan batuan vulkanik menengah berumur tersier. Sebagian besar daerah
yang sedang berkembang setelah pasca konflik horizontal tahun 1999, membuktikan
bahwa sesungguhnya membawah dampak positif yang global contonya Kota Ternate,
kota yang kecil tapi menyimpan segudang potensi yang belum digarap secara
optimal baik bahan yang bisa diperbaharui dan bahan barang tambang yang tidak
dapat diperbaharui.
2.3Relief
Pulau Nusa tenggara
Kepulauan Nusa Tenggara terletak di Indonesia bagian
tengah yang tersebar sepanjang 2.850 km dari barat ke timur (1150 49’ BT sampai
134054’ BT) dan 1.450 km dari utara ke selatan (2036’ LU sampai 110LS). Nusa tenggara
berada diantara bagian timur pulau Jawa dan kepulauan Banda tediri dari
pulau-pulalu kecil dan lembah sungai. Secara fisik, dibagian utara berbatasan
dengan pulau Jawa, bagian timur dibatasi oleh kepulauan Banda, bagian utara
dibatasi oleh laut Flores dan bagian selatan dibatasi oleh Samudra Hindia
Terdapat lima pulau besar yaitu Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, dan Sumba.
Selain itu terdapat pulau-pulau kecil lainnya.
Kondisi fisik
Nusa Tenggara sangat berbeda dengan kawasan lainnya di Indonesia. Kepulauan ini
terdiri dari pulau-pulau vulkanis dan rangkaian terumbu karang yang tersebar di
sepanjang lautan yang terdalam di dunia, dan tidak memiliki pulau besar,
seperti Jawa dan Sumatera.
Asal-usul kepulauan ini dan proses-proses yang dialami
dalam pembentukan pulau-pulau yang sampai sekarang masih terjadi sangat
mempengaruhi posisi, ukuran, dan bentuk pulau. Sebagian besar pulau-pulau di
kawasan ini, secara geologis, masih sangat muda, umurnya berkisar antara 1-15
tahun dan tidak pernah merupakan bagian dari massa daratan lain yang lebih
besar. Kerumitan kondisi geologi Nusa Tenggara disebabkan oleh posisinya di
persimpangan tiga lempeng geologis yaitu lempeng Asia, lempeng Australia,
lempeng Pasifik dan dua benua yaitu Asia dan Australia.
Secara geologi nusa tenggara berada pada busur Banda.
Rangkaian pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori lempeng
tektonik, deretan pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat di zona subduksi
indo-australia pada kerak samudra dan dapat di interpretasikan kedalaman
magmanya kira-kira mencapai 165-200 km sesuai dengan peta tektonik Hamilton
(1979).
Pulau-pulau di
Nusa Tenggara terletak pada dua jalur geantiklinal, yang merupakan perluasan
busur Banda di sebelah barat. Geantiklinal yang membujur dari timur sampai
pulau-pulau Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor, Adonara,
Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali.
Kondisi iklim di Nusa tenggara barat maupun timur tidak
mempunyai berbedaan yang mencolok, hal ini terlihat dengan adanya kondisi alam
yang hampir sama di wilayah tersebut, misalnya terdapatnya padang rumput yang
luas sehingga mempengaruhi iklim yang ada. Selain itu juga karena wilayah nusa
tenggara yang berbentuk pulau-pulau sempit juga mempengaruhi iklim yang ada disana.
Nusa tenggara tergolong beriklim kering, yang antara lain ditandai dengan
jumlah curah hujan yang sedikit, dan tidak terbagi merata. Selain itu pada
daerah dengan iklim kering ditandai dengan luasnya padang rumput.
Berdasarkan penyebarannya, maka prosentasi jenis-jenis
tanah di wilayah Nusa Tenggara Timur antara lain terdiri dari tanah Mediteran
51%; tanah-tanah kompleks 32,25%; Latosol 9,72%; Grumusol 3,25%; Andosol 1,93%;
Regosol 0,19% dan jenis tanah Aluvial 1,66% (Sumber Rencana Umum Kehutanan Propinsi
Dati I Nusa Tenggara Timur tahun 1987).
Nusa Tenggara merupakan kepulauan yang dikelilingi laut
dan terletak di pesisir pantai,hal ini juga akan mempengaruhi kondisi
hidrologi. Secara umum keadaan hidrologi Nusa Tengara sangat bergantung pada
curah hujan setempat. Wilayah perairan laut Nusa Tenggara Barat termasuk pada
perairan laut dalam dengan dasar perairan yang terdiri dari batu karang dan
pasir.Meskipun curah hujan di kabupaten lombok barat relatif rendah, di wilayah
kota ini mengalir 4 buah sungai yang cukup besar dan potensial sebagai sumber
mata air permukaan. Sungai yang terdapat di Propinsi Nusa Tenggara Timur pada
umumnya mempunyai fluktuasi aliran air yang cukup tinggi, pada musim penghujan
berair dan banjir, sedangkan pada musim kemarau berkurang bahkan ada yang tidak
berair sama sekali.
Pemanfaatan
lahan untuk pengembangan potensi wilayah kepulauan Nusa Tenggara berbeda-beda.
Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi fisik lahan yang bervariasi
dalam hal topografi, kelerengan, kesuburan tanah dan pasang surut air. Adapun
pemanfaatan lahan di Nusa Tenggara antara lain untuk pertanian, perhutanan,
pertambangan, perkebunan, perternakan, perikanan, dan pariwisata.
2.4 Relief
Pulau Papua
Papua (pulau irian) merupakan pulau terluas di dunia
setelah greenland. Jalur pegunungan yang terdapat di papua terdiri dari dua jalur yaitu:
1. Jalur pegunungan yang sejajar dengan pantai
iryan utara dan kepala burung. Deretan pegunungan inibersifat vulkanis.
2. Jalur
pegunungan yang merupakan sumbu utama dari pulau iryan. Pegunungan ini
merupakan jalur (deretan) pegunungan yang tinggi di indonesia. Begitu tingginya
sehingga puncaknya selalu tertutup oleh salju irian. Beberapa puncak pegunungan
yang tingginya melebihi 4000m misalnya: puncak jaya (5030m). Puncak Yamin (4530
m) dan puncak Mandala (4700 m). Puncak jaya sebagai puncak yang tinggi.
“Pulau Papua
mulai terbentuk pada 60 juta tahun yang lalu. Saat itu, pulau ini masih berada
di dasar laut yang terbentuk oleh bebatuan sedimen. Pengendapan intensif yang
berasal dari benua Australia dalam kurun waktu yang panjang menghasilkan
daratan baru yang kini bernama Papua. Saat itu, Papua masih menyatu dengan
Australia,” jelas ahli geologi Fransiskus Benediktus Widodo Margotomo saat
memaparkan sejarah terbentuknya Pulau Papua.
Keberadaan Pulau Papua saat ini, lanjutnya, tidak bisa dilepaskan dari
teori geologi yang menyebutkan bahwa dunia ini hanya memiliki sebuah benua yang
bernama Pangea pada 250 juta tahun lalu. Pada kurun waktu 240 juta hingga 65
juta tahun yang lalu, benua Pangea pecah menjadi dua dengan membentuk benua
Laurasia dan benua Eurasia, yang menjadi cikal bakal pembentukan benua dan
pegunungan yang saat ini ada di seluruh dunia.Pada kurun waktu itu juga, benua
Eurasia yang berada di belahan bumi bagian selatan pecah kembali menjadi benua
Gonwana yang di kemudian hari akan menjadi daratan Amerika Selatan, Afrika,
India, dan Australia. “Saat itu,
benua Australia dengan benua-benua yang lain dipisahkan oleh lautan. Di lautan
bagian utara itulah batuan Pulau Papua mengendap yang menjadi bagian dari
Australia akan muncul di kemudian hari,” tambah sarjana geologi jebolan
Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta, pada 1986 ini.
Pengendapan yang sangat intensif dari benua kanguru ini, sambungnya,
akhirnya mengangkat sedimen batu ke atas permukaan laut. Tentu saja proses
pengangkatan ini berdasarkan skala waktu geologi dengan kecepatan 2,5 km per
juta tahun.Proses ini masih ditambah oleh terjadinya tumbukan lempeng antara
lempeng Indo-Pasifik dengan Indo-Australia di dasar laut. Tumbukan lempeng ini
menghasilkan busur pulau, yang juga menjadi cikal bakal dari pulau dan
pegunungan di Papua.
Akhirnya proses pengangkatan yang terus-menerus akibat sedimentasi dan
disertai kejadian tektonik bawah laut, dalam kurun waktu jutaan tahun
menghasilkan pegunungan tinggi seperti yang bisa dilihat saat ini.
Bukti bahwa Pulau Papua beserta pegunungan tingginya pernah menjadi
bagian dari dasar laut yang dalam dapat dilihat dari fosil yang tertinggal di
bebatuan Jayawijaya.
Meski berada di ketinggian 4.800 mdpl, fosil kerang laut, misalnya, dapat dilihat pada batuan gamping dan klastik yang terdapat di Pegunungan Jayawijaya. Karena itu, selain menjadi surganya para pendaki, Pegunungan Jayawijaya juga menjadi surganya para peneliti geologi dunia.
Meski berada di ketinggian 4.800 mdpl, fosil kerang laut, misalnya, dapat dilihat pada batuan gamping dan klastik yang terdapat di Pegunungan Jayawijaya. Karena itu, selain menjadi surganya para pendaki, Pegunungan Jayawijaya juga menjadi surganya para peneliti geologi dunia.
Sementara terpisahnya daratan Australia dengan Papua oleh lautan berawal
dari berakhirnya zaman es yang terjadi pada 15.000 tahun yang lalu. Mencairnya
es menjadi lautan pada akhirnya memisahkan daratan Papua dengan benua
Australia.
“Masih banyak
rahasia bebatuan Jayawijaya yang belum tergali. Apalagi, umur Pulau Papua ini
masih dikategorikan muda sehingga proses pengangkatan pulau masih terus
berlangsung hingga saat ini. Ini juga alasan dari penyebutan Papua New Guinea
bagi Pulau Papua, yang artinya adalah sebuah pulau yang masih baru,” tambah
peraih gelar master di bidang Economic Geology dari James Cook University,
Townswille, Australia ini.
Sementara keberadaan salju yang berada di beberapa puncak Jayawijaya,
diyakininya akan berangsur hilang seperti yang dialami Gunung Kilimanjaro di
Tanzania. Hilangnya satu-satunya salju yang dimiliki oleh pegunungan di
Indonesia itu disebabkan oleh perubahan iklim secara global yang terjadi di
daerah tropis.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari materi pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwaPulau Sulawesi, merupakan pulau yang terpisah
dari Kepulauan Sunda Besar bila ditilik dari kehidupan flora dan fauna oleh
karena garis Wallace
berada di sepanjang Selat Makassar,
yang memisahkan pulau Sulawesi dari kelompok Kepulauan Sunda Besar di zaman
es.Sulawesi dilintasi garis katulistiwa di
bagian seperempat utara pulau sehingga sebagian besar wilayah pulau Sulawesi
berada di belahan bumi selatan.Di bagian utara, Sulawesi dipisahkan dengan
pulau Mindanao - Filipina
oleh Laut Sulawesi
dan di bagian selatan pulau dibatasi oleh Laut Flores.Di
bagian barat pulau Sulawesi dipisahkan dengan pulau Kalimantan oleh Selat
Makassar.
Kepulauan maluku merupakan tempat
pertemuan antara sistem pegunungan sunda
Alpin dengan sistem pegunungan sabuk pasifik. Karena itu mempunyai relief yang
beraneka ragam, antara maluku bagian utara dan maluku bagian selatan di batasi
oleh sebuah jalur pegunungan lengan timur sulawesi kabupaten banggai. Kepulauan Misool dan
sampai di daerah kepada burung iryan jaya.
Kondisi fisik Nusa Tenggara sangat berbeda dengan kawasan
lainnya di Indonesia. Kepulauan ini terdiri dari pulau-pulau vulkanis dan
rangkaian terumbu karang yang tersebar di sepanjang lautan yang terdalam di
dunia, dan tidak memiliki pulau besar, seperti Jawa dan Sumatera.
Papua
(pulau irian) merupakan pulau terluas di dunia setelah greenland. Jalur
pegunungan yang terdapat di papua
terdiri dari dua jalur yaitu:
1. Jalur pegunungan yang sejajar dengan pantai
iryan utara dan kepala burung. Deretan pegunungan inibersifat vulkanis.
Jalur pegunungan yang merupakan sumbu
utama dari pulau iryan. Pegunungan ini merupakan jalur (deretan) pegunungan
yang tinggi di indonesia.
3.2 Saran
Semoga
dengan dibuatnya makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, yang belum
mengerti menjadi mengerti dan yang sudah mengerti menjadi lebih mengerti
kembali.Segala sesuatu tidak ada yang sempurna, seperti kata pepatah bahwa
“Tidak Ada Gading Yang Tidak Retak”, begitupun dengan makalah ini.Maka
diharapkan pada semua pihak dapat memberikan kritik dan sarannya yang dapat
membangun, agar dalam pembuatan makalah yang berikutnya menjadi lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://alvingomaris.blogspot.com/2011/12/relief-pulau-sulawesi_29.html
Anugrah, 1987. Laut Nusantara. Penerbit Jembatan: Jakarta
Marhadi,2006. Pengantar
Geografi Regional.PPS UM:Malang
Jamari.dkk,1986.
Materi Pokok Regional Indonesia.Karunika UT: Jakarta