BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Sistem
Informasi Geografi (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah suatu
sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi
spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu
sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi
keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan
Wiradisastra, 2000). Sedangkan menurut Anon (2001) Sistem Informasi geografi
adalah suatu sistem Informasi yang dapat memadukan antara data grafis (spasial)
dengan data teks (atribut) objek yang dihubungkan secara geogrfis di bumi (georeference).
Disamping itu, SIG juga dapat menggabungkan data, mengatur data dan melakukan
analisis data yang akhirnya akan menghasilkan keluaran yang dapat dijadikan
acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan
geografi.
Sistem
Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem manual (analog),
dan sistem otomatis (yang berbasis digital komputer). Perbedaan yang paling
mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem Informasi manual biasanya
menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi untuk tumpang
susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survey
lapangan. Kesemua data tersebut dikompilasi dan dianalisis secara manual dengan
alat tanpa komputer. Sedangkan Sistem Informasi Geografis otomatis telah
menggunakan komputer sebagai sistem pengolah data melalui proses digitasi.
Sumber data digital dapat berupa citra satelit atau foto udara digital serta
foto udara yang terdigitasi. Data lain dapat berupa peta dasar terdigitasi
(Nurshanti, 1995).
B .TUJUAN SIG
Tujuan
pokok dari pemanfaatan Sistem Informasi Geografis adalah untuk mempermudah
mendapatkan informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu
lokasi atau obyek. Ciri utama data yang bisa dimanfaatkan dalam Sistem
Informasi Geografis adalah data yang telah terikat dengan lokasi dan merupakan
data dasar yang belum dispesifikasi (Dulbahri, 1993).
BAB II
PEMBAHASAN
A.GAMBARAN UMUM
WILAYAH JOGJAKARTA.
Kota
Yogyakarta adalah salah satu kota besar di Pulau Jawa yang merupakan
ibukota dan pusat pemerintahan Daerah Istimewa
Yogyakarta,
dan sekaligus tempat kedudukan bagi Sultan
Yogyakarta
dan Adipati
Pakualam.Salah
satu kecamatan di Yogyakarta, yaitu Kotagede pernah menjadi pusat
Kesultanan Mataram antara 1575-1640. Keraton (Istana) yang masih
berfungsi dalam arti yang sesungguhnya adalah Karaton Ngayogyakarta dan Puro
Pakualaman, yang merupakan pecahan dari Mataram. Asal Usul Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta sudah
mempunyai tradisi pemerintahan, yaitu Kasultanan, termasuk di dalamnya terdapat
juga Kadipaten Pakualaman. Daerah yang mempunyai asal-usul dengan
pemerintahannya sendiri seperti Yogyakarta ini, di zaman penjajahan Hindia
Belanda disebut Zelfbesturende Landschappen. Di zaman kemerdekaan disebut
Daerah Swapraja.Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat berdiri sejak tahun 1756,
didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku
Buwono I. Kadipaten Pakualaman berdiri sejak tahun 1813, didirikan oleh Pangeran
Notokusumo (saudara Sultan Hamengku Buwono II) kemudian bergelar Adipati Paku
Alam I. Baik Kasultanan maupun Pakualaman, diakui oleh Pemerintah Hindia
Belanda sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangganya sendiri.Ketika
Proklamasi Kemerdekaan RI, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku
Alam VIII mengetok kawat kepada Presiden RI, menyatakan bahwa Daerah Kasultanan
Yogyakarta dan Daerah Pakualaman menjadi bagian wilayah Negara RI, serta
bergabung menjadi satu mewujudkan satu kesatuan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sri
Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI.Kemudian
Negara RI mengeluarkan Undang-Undang Pokok Pemerintahan Daerah, yaitu UU Nomor
1 Tahun 1957, Penetapan Presiden RI Nomor 6 Tahun 1959 (disempurnakan),
kemudian UU Nomor 18 Tahun 1964. Kesemuanya mengatur perihal pembentukan
Pemerintahan Daerah Otonom. Terakhir UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah, di samping mengatur Pemerintahan Daerah Otonom,
sekaligus mengatur Pemerintahan Administratif.Sebagai Daerah Otonom setingkat
Provinsi, Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk secara tersendiri dengan UU Nomor
3 Tahun 1950 jo Nomor 19 Tahun 1950 yang sampai saat ini masih berlaku.
Disebutkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi bekas Daerah Kasultanan
dan Daerah Pakualaman.Sesudah Sri Sultan Hamengku Buwono IX wafat pada tanggal
3 Oktober 1988, Sri Paku Alam VIII sebagai Wakil Gubernur Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta ditunjuk untuk melaksanakan tugas dan kewenangan sehari-hari
Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan Keputusan Presiden RI
Nomor 340 Tahun 1988, beliau diangkat sebagai Penjabat Gubernur Kepala Daerah
Istimewa Yogyakarta. Pada saat ini Kraton Yogyakarta dipimpin oleh Sri Paduka
Sultan Hamengku Buwono X yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sedangkan Puro Pakualaman dipimpin oleh Sri Paduka Paku Alam IX sekaligus
sebagai Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Keduanya memainkan peran
yang sangat menentukan dalam memelihara nilai-nilai budaya dan adat-istiadat
Jawa dan merupakan pemersatu masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta yang sangat
heterogen.
B.LETAK
GEOGRAFIS DIY
v
Secara astronomis Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
terletak antara 7.33° - 8.12° Lintang
v
Selatan dan 110° - 110.50° Bujur Timur. Adapun batas-batas
wilayahnya sebagai berikut :
v
Sebelah Barat Laut berbatasan dengan Kabupaten Magelang
v
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo
v
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
v
Sebelah Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri
v
Sebelah Timur Laut berbatasan dengan Kabupaten Klaten
Dengan luas wilayah 3.185,80
km² atau 0,17 dari luas wilayah Indonesia, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
merupakan provinsi terkecil setelah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dan
secara administatif meliputi 4
kabupaten dan 1 kota, yaitu :
v
Kota Yogyakarta dengan luas 32,50 Km² (1,02 )
v
Kabupaten Bantul dengan luas 506,85 Km² (15,91 )
v
Kabupaten Kulonprogo dengan luas 586,27 Km² (18,40 )
v
Kabupaten Gunungkidul dengan luas 1.485,36 Km² (46,62 )
v
Kabupaten Sleman dengan luas 574,82 Km² (18,04 )
Berdasarkan informasi Badan
Pertanahan Nasional, dari 3.185,80 km² luas Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, 35,93 persen merupakan jenis-jenis tanah yang ada di jogja karta
v
tanah Lithosol, 27,41 persen
v
Regosol, 11,93 persen
v
Lathosol, 10,45 persen
v
Grumusol, 10,30 persen
v
Mediteran, 2,24 persen
v
Alluvial, dan 1,74
persen adalah tanah jenis Rensina.
Sebagian besar wilayah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta terletak pada:
v
ketinggian antara 100
m - 499 m dari permukaan laut atau sebesar 65,65 persen,
v
ketinggian kurang dari 100 m sebesar 28,84 persen,
ketinggian antara 500m - 999 m
v
sebesar 5,04 persen, dan ketinggian di atas 1.000m sebesar
0,47 persen.
Secara fisiografis, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) satuan wilayah,
yaitu :
v
Satuan Fisiografi Gunung berapi Merapi, dengan luas ±
582,81 km² dan ketinggian 80 -2.911 m dpl.
v
Satuan Pegunungan Selatan, dengan luas ± 1.656,25 km² dan
ketinggian 150 -700 m dpl.
v
Satuan Pegunungan Kulonprogo, dengan luas ± 706,25 km² dan
ketinggian 0 - 572 m dpl.
v
Satuan Dataran Rendah, dengan luas ± 215,62 km² dan
ketinggian 0 - 80 m dpl
C.Batas Administrasi
Kota
Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya, sehingga
batas-batas administrasi sudah tidak terlalu menonjol. Untuk menjaga
keberlangsungan pengembangan kawasan ini, dibentuklah sekretariat bersama
Kartamantul (Yogyakarta, Sleman, dan Bantul) yang mengurusi semua hal yang
berkaitan dengan kawasan aglomerasi Yogyakarta dan daerah-daerah penyangga (Depok,
Mlati, Gamping, Kasihan, Sewon, dan Banguntapan).
Adapun batas-batas
administratif Yogyakarta adalah:
v Utara: Kecamatan
Mlati dan Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman
v Timur: Kecamatan
Depok, Kabupaten Sleman dan Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul
v Selatan: Kecamatan
Banguntapan, Kecamatan Sewon, dan Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul
v Barat: Kecamatan
Gamping, Kabupaten Sleman dan Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul
D.Geografi
Kota
Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai, yaitu Sungai Winongo, Sungai Code
(yang membelah kota dan kebudayaan menjadi dua), dan Sungai Gajahwong. Kota ini
terletak pada jarak 600 KM dari Jakarta, 116 KM dari Semarang, dan 65 KM dari
Surakarta, pada jalur persimpangan Bandung - Semarang - Surabaya - Pacitan.
Kota ini memiliki ketinggian sekitar 112 m dpl. Meski terletak di
lembah, kota ini jarang mengalami banjir karena sistem drainase yang tertata
rapi yang dibangun oleh pemerintah kolonial, ditambah dengan giatnya penambahan
saluran air yang dikerjakan oleh Pemkot Yogyakarta.
E.IKLIM
v
Temperatur
Temperatur harian rata-rata berkisar antara 26,6°C sampai 28,8° C sedang temperatur minimum 18° C dan maximum 35°C.
Temperatur harian rata-rata berkisar antara 26,6°C sampai 28,8° C sedang temperatur minimum 18° C dan maximum 35°C.
v
Kelembaban Udara
Kelembabab udara rata-rata 74 % dengan kelembaban minimum 65 % dan maximum 84 %.
Kelembabab udara rata-rata 74 % dengan kelembaban minimum 65 % dan maximum 84 %.
v
Curah hujan
Curah hujan bervariasi antara 3 mm sampai 496 mm.
Curah hujan bervariasi antara 3 mm sampai 496 mm.
Curah
hujan diatas 300 mm terjadi pada bulan Januari, Pebruari, April. Curah hujan
tertinggi 496 mm terjadi pada bulan Pebruari dan curah hujan terendah 3mm
samapi 24 mm terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Curah hujan tahunan
rata-rata 1855 mm.
F.KEADAAN ALAM
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu dari 32 provinsi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara geografis, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di tengah Pulau Jawa bagian selatan. Bentuk wilayahnya menyerupai bangun segitiga dengan puncak Gunung Merapi di bagian utara dengan ketinggian 2.911 M di atas permukaan air laut, sedangkan pada bagian kaki, dua buah dataran membentang ke arah selatan membentuk dataran pantai yang memanjang di tepian Samudera Indonesia.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu dari 32 provinsi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara geografis, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di tengah Pulau Jawa bagian selatan. Bentuk wilayahnya menyerupai bangun segitiga dengan puncak Gunung Merapi di bagian utara dengan ketinggian 2.911 M di atas permukaan air laut, sedangkan pada bagian kaki, dua buah dataran membentang ke arah selatan membentuk dataran pantai yang memanjang di tepian Samudera Indonesia.
v
Disebagian utara seluas lebih kurang 4 % tanah miring
(kelanjutan dari gunung berapi) dengan sifat-sifat:
wilayah hujan, kaya akan mata air dan sangat subur.
v
Dibagian selatan/barat seluas lebih kurang 7 % dari barat ke
arah selatan dengan ketinggian semakin rendah berakhir pada daratan pantai
alluvial dengan sifat tanah: wilayah hujan, banyak mata air.
v
Dibagian tengah seluas 41 % merupakan tanah datar/ngarai
dengan sifat tanah cukup subur, jaringan pengairan baik dengan penduduk yang
padat.
G. JENI TANAH TANAH YANG ADA DIY YAITU:
v
Tanah Regosal/vulkanis muda yang terletak antara sungai
Progo dan sungai Opak (di Kabupaten Sleman dan Bantul)
v
Tanah Latosol dan Inargalit terletak di atas batu kapur
terdapat di daerah Gunung Kidul dan perbukitan Kabupaten Bantul serta Kabupaten
Kulonprogo.
v
Tanah Alluvial dan Regosal terdapat di sepanjang selatan
Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulonprogo.
H. TEORI SIG
Geographic
Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis (SIG) diartikan sebagai
sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memangggil
kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis
atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan
dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan transportasi,
fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya
Sistem
Informasi Geografis merupakan sistem berbasis computer yang didesain untuk
mengumpulkan, mengelola, memanipulasi, dan menampilkan informasi spasial
(keruangan)1. Yakni informasi yang mempunyai hubungan geometric dalam arti
bahwa informasi tersebut dapat dihitung, diukur, dan disajikan dalam sistem
koordinat, dengan data berupa data digital yang terdiri dari data posisi (data
spasial) dan data semantiknya (data atribut). SIG dirancang untuk mengumpulkan,
menyimpan dan menganalisis suatu obyek dimana lokasi geografis merupakan
karakteristik yang penting, dan memerlukan analisis yang kritis. Penanganan dan
analisis data berdasarkan lokasi geografis merupakan kunci utama SIG. Oleh
karena itu data yang digunakan dan dianalisa dalam suatu SIG berbentuk data
peta (spasial) yang terhubung langsung dengan data tabular yang mendefinisikan
bentuk geometri data spasial. Misalnya apabila kita membuat suatu theme atau
layer tertentu, maka secara otomatis layer tersebut akan memiliki data tabular
yang berisi informasi tentang bentuk datanya (point, line atau polygon) yang
berada dalam layer tersebut .
SIG juga merupakan sebuah alat bantu manajemen berupa
informasi berbantuan komputer yang berkait erat dengan sistem pemetaan dan
analisis terhadap segala sesuatu serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka
bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database
yang biasa digunakan saat ini, seperti pengambilan data berdasarkan kebutuhan
dan analisis statistik dengan menggunakan visualisasi yang khas serta berbagai
keuntungan yang mampu ditawarkan melalui analisis geografis melalui
gambargambar petanya. Kemampuan tersebut membuat SIG berbeda dengan system informasi
pada umumnya. Dengan SIG kita mampu melakukan lebih banyak dibanding hanya
dengan menampilkan data semata-mata. SIG menggabungkan semua kemampuan, baik
yang hanya berupa sekedar tampil saja, sistem informasi yang tersaji secara
thematis, dan sistem pemetaan yang berdasarkan susunan dan jaringan lalu-lintas
jalan, bersamaan dengan kemampuan untuk menganalisa lokasi geografis dan
informasi-informasi tertentu yang terkait terhadap lokasi yang bersangkutan.
Dan jangan lupa, SIG adalah sebuah aplikasi dinamis yang akan terus berkembang.
Peta yang dibuat pada aplikasi ini tidak hanya akan berhenti dan terbatas untuk
keperluan saat dibuatnya saja. Peremajaan terhadap informasi yang terkait pada
peta tersebut dapat dilakukan dengan mudah, dan secara otomatis peta tersebut
akan segera menunjukkan akan adanya perubahan informasi tadi. Semuanya itu
dapat dikerjakan dalam waktu singkat, tanpa perlu belajar secara khusus. SIG
sangat memungkinkan untuk membuat tampilan peta, menggunakannya untuk keperluan
presentasi dengan menunjuk dan meng-kliknya, serta untuk menggambarkan dan
menganalisis informasi dengan cara pandang baru, mengungkap semua keterkaitan
yang selama ini tersembunyi, pola, beserta kecenderungannya.
Sistem
Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem manual (analog),
dan sistem otomatis (yang berbasis digital komputer). Perbedaan yang paling
mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem Informasi manual biasanya
menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi untuk tumpang
susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survey
lapangan. Kesemua data tersebut dikompilasi dan dianalisis secara manual dengan
alat tanpa komputer. Sedangkan Sistem Informasi Geografis otomatis telah
menggunakan komputer sebagai sistem pengolah data melalui proses digitasi.
Sumber data digital dapat berupa citra satelit atau foto udara digital serta
foto udara yang terdigitasi. Data lain dapat berupa peta dasar terdigitasi
(Nurshanti, 1995).
Pengertian
GIS/SIG saat ini lebih sering diterapkan bagi teknologi informasi spasial atau
geografi yang berorientasi pada penggunaan teknologi komputer. Dalam
hubungannya dengan teknologi komputer, Arronoff (1989) dalam Anon (2003)
mendifinisikan SIG sebagai sistem berbasis komputer yang memiliki kemampuan
dalam menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan data, manajemen data
(penyimpanan dan pemanggilan kembali), memanipulasi dan analisis data, serta
keluaran sebagai hasil akhir (output). Sedangkan Burrough, 1986
mendefinisikan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai sistem berbasis
komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, mengelola, menganalisis
dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai
tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan. Komponen utama Sistem
Informasi Geografis dapat dibagi kedalam 4 komponen utama yaitu: perangkat
keras (digitizer, scanner, Central Procesing Unit (CPU),
hard-disk, dan lain-lain), perangkat lunak (ArcView, Idrisi, ARC/INFO,
ILWIS, MapInfo, dan lain-lain), organisasi (manajemen) dan pemakai (user).
Kombinasi yang benar antara keempat komponen utama ini akan menentukan
kesuksesan suatu proyek pengembangan Sistem Informasi Geografis.
I.Konsep Sistem Informasi Geografis
Sumber data untuk keperluan GIS dapat berasal dari data
citra, data lapangan, survei kelautan, peta, sosial ekonomi dan GPS.
Selanjutnya diolah dilaboratorium atau studio GIS dengan software tertentu
sesuai dengan kebutuhannya untuk menghasilkan produk yang berupa informasi yang
berguna dapat berupa peta konvensional maupun peta digital sesuai keperluan user,
maka harus ada input kebutuhan yang diiinginkan user
J. Komponen Sistem Informasi Geografis
Komponen
utama Sistem Informasi Geografis dapat dibagi kedalam 4 komponen utama yaitu:
perangkat keras (digitizer, scanner, Central Procesing
Unit (CPU), hard-disk, dan lain-lain), perangkat lunak (ArcView, Idrisi, ARC/INFO,
ILWIS, MapInfo, dan lain-lain), organisasi (manajemen) dan pemakai (user).
Kombinasi yang benar antara keempat komponen utama ini akan menentukan
kesuksesan suatu proyek pengembangan Sistem Informasi Geografis.
Secara
umum, Sistem Informasi Geografis bekerja berdasarkan integrasi komponen, yaitu:
Hardware, Software, Data, Manusia, dan Metode.
Kelima komponen
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Hardware
Sistem Informasi
Geografis memerlukan spesifikasi komponen hardware yang sedikit lebih tinggi
dibanding spesifikasi komponen sistem informasi lainnya. Hal tersebut
disebabkan karena data-data yang digunakan dalam SIG, penyimpanannya
membutuhkan ruang yang besar dan dalam proses analisanya membutuhkan memory
yang besar dan processor yang cepat. Beberapa Hardware yang sering digunakan
dalam Sistem Informasi Geografis adalah: Personal Computer (PC), Mouse,
Digitizer, Printer, Plotter, dan Scanner.
2. Software
Sebuah software SIG haruslah menyediakan fungsi dan tool
yang mampu melakukan penyimpanan data, analisis, dan menampilkan informasi
geografis.
Dengan demikian elemen yang harus terdapat dalam komponen
software SIG adalah:
v Tools untuk melakukan
input dan transformasi data geografis
v Sistem Manajemen
Basis Data.
v Tools yang mendukung
query geografis, analisis, dan visualisasi.
v Geographical User
Interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tool geografi.
3. Data
Hal yang
merupakan komponen penting dalam SIG adalah data. Secara fundamental, SIG
bekerja dengan 2 tipe model data geografis, yaitu model data vector dan model
data raster. Dalam model data vector, informasi posisi point, garis, dan
polygon disimpan dalam bentuk koordinat x,y. Bentuk garis, seperti jalan dan
sungai dideskripsikan sebagai kumpulan daru koordinat-koordinat point. Bentuk polygon,
seperti daerah penjualan disimpan sebagai pengulangan koordinat yang tertutup.
Data raster terdiri dari sekumpulan grid atau sel seperti peta hasil scanning
maupun gambar atau image. Masing-masing grid memiliki nilai tertenti yang
bergantung pada bagaimana image tersebut digambarkan.
4. Manusia
Komponen
manusia memegang peranan yang sangat menentukan, karena tanpa manusia maka
sistem tersebut tidak dapat diaplikasikan dengan baik. Jadi manusia menjadi
komponen yang mengendalikan suatu sistem sehingga menghasilkan suatu analisa
yang dibutuhkan.
5. Metode
SIG yang baik memiliki keserasian antara rencana desain yang
baik dan aturan dunia nyata, dimana metode, model dan implementasi akan berbeda
untuk setiap permasalahan.
k.Langkah-langkah
1.
Memulai
digitasi peta .
Digitasi adalah proses merubah
data dan peta anolog ( peta kertas ) kedalamformat digital ( peta digital ),
langkah langkah untuk melakukan digitasi adalah sebagai berikut :
a)
Aktifkan
software ArchView. Setelah tampilan
jendela Welcome to ArchView GIS, pada bagian create a new project pilih opsi as
a blank project, selnjutnya klik tombol {OK } . ( gambar )
b)
Selanjutnya akan dibawa ke jendela utama
ArchView. Pada project window pili menu
[View ]. Kemudian klik tombl [ new ]. Maka akan ditmapilkan sebuah jendela view [View Window ] baru yang kosong
. ( gambar )
c)
Selanjutnya
masukan peta analog ( peta kertas –
hasil scan ) kedalam jendela view . ArchView dapat menerima sumber data Gambar
2.dari berbagai data digital ( image file), termasuk yang berformat JPEG dan TIFF. Dengan asumsi
gambar yang akan diolah berformat JPEG atau TIFF, selanjutnya di aktifkan
terlebih dahulu ekstensi JPEG untuk memasukan data gambar JPEG atau ( ekstensi
TIFF untuk gambar berformat TIFF). Kemudian tekan tombol [OK] . (gmbar )
d)
Cara
memasukan data anolog ( peta kertas ) yaitu dengan meng- klik tombol [add
theme],setelah ditampilkan kotak dialog Add Theme, ubah format atau tip dari [ Feature data source ) menjadi
[ image dat source ]. Kemudian pili peta anolog yang dimaksud. Selanjutnya klik
tombl [ OK ]. (gambar )
e)
Aktifkan
(klik) jendela View, memaksimalkan
tampilannya dengan cara klik maximize
. beri tanda ( ѵ ) dengan meng klik theme tersebut untuk mengaktifkannya .( gambar )
f)
Setelah
gambar peta yang dimaksud ( buleleng. Jpg ) berhasilkan ditampilkan, tahapan
selanjutnya adalah memasukan georeferensi peta dengan tujuan menempatkan/
menyesuaikan peta kedalam sistem proyeksi tertentu ( misalnya : sistem proyeksi
UTM). Cara untuk melakukannya yaitu : dengan mengaktifkan extension Image
Referencing Tools pada jendela Extension ( lihat gamar 2.24 ). Kemudian dari menu [ Image ]
pilih [ Create Image Georeferencing
Information ] ( gambar )
g)
Setelah
proses georeferensi peta selesai , proses selanjutnya yang dilakukan adalah
Registrasi peta. Ini bertujuan agar peta yang akan kita digitasi mempunyai
sistem koordinat yang benar dan skala yang seragam, oleh karna itu diperlikan
titik- titik kontrol ( minimal 4 titik yang menyebar pada peta )
yang nantinya akan dipakai untuk acuan
registrasi peta tersebut. Titik-titik kontrol itu didapat dari cara
menentukan titik ( misalnya pada
perempatan jalan ) yang kemudian dicari titik koordinatnya melalui bantuin GPS(
Global positioning system ) atau dari Peta Rupa Bumi cra registrasi adalah File →Extension→pilih Registrasi and Transform Tool . (
gambar)
h)
Selanjutnya
, akan muncul dialog Registrasi and
Transform. Pilih tombol { Source} yang tersedia kemudian klik pada peta di
titik yang sama seperti pada lokasi yang diketahui koordinatnya. Masukan nilai
koordinatnya sesuai yang kita peroleh dilapangan pada kolom x dan y pada bagian
destination seperti yang terlihat pada ambar dibawah ini. (gambar )
i)
Setelah
geogreferensi dan registrasi peta selesai dilakukan, kemudian mulai dengan
digitasi dengan membedakan tiap jenis data yang akan didigit, yaitu berupa data
titik(Point), data garis (line),dan adta area (polygon) caranya adalah dengan
memilih menu [View]- [New Theme].
j)
Maka
akan ditmpilkan jendela New Theme untuk memilih jenis data digitasi.
Selanjutnya pilih jenis data yang akan dibuat digitasi (point/ line/ polygon)
kemudian klik tombol [OK] . perhatikan ilustrasi berikut pada gambar 2.34 (
gambar )
2.
Mendigitasi
Titik Point
Untuk
melakukan digitasi titik point , perhatikan langkah-langkah berikut ini
·
Buat
theme baru melalui [View]-[New Theme], pilih jenis titik(point) untuk digitsi
datanya. Selanjutya beri nama sesuai kebutuhan dan simpan datanya ditempat (
path) yang diiginkan. Kemudian klik tombol [OK].
·
Kemudian
klik pada titik yang ditentukan untuk dibuat digitasi titiknya (point).
Perhatikanhasil digitasi titik sebagaimana ditunjukan pada gambar 2.36 ( gambar
)
·
Apabila
pada saat melakukan digitasi titik (point) , tombol titik (point) pada toolbar
belum aktif maka aktifkan dengan cara memili tombol titik seperti yang
diilustrasikan pada gambar 2.37 ( gambar )
HASIL
PETA ADMINISTRASI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
letak geografis diy
v
Secara astronomis Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
terletak antara 7.33° - 8.12° Lintang
v
Selatan dan 110° - 110.50° Bujur Timur. Adapun batas-batas
wilayahnya sebagai berikut :
v
Sebelah Barat Laut berbatasan dengan Kabupaten Magelang
v
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo
v
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
v
Sebelah Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri
Sebelah Timur Laut berbatasan dengan Kabupaten klaten
batas-batas administratif
Yogyakarta adalah:
Ø Utara: Kecamatan
Mlati dan Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman
Ø Timur: Kecamatan
Depok, Kabupaten Sleman dan Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul
Ø Selatan: Kecamatan
Banguntapan, Kecamatan Sewon, dan Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul
Ø Barat: Kecamatan
Gamping, Kabupaten Sleman dan Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul
jeni
tanah tanah yang ada
diy yaitu:
Ø
Tanah Regosal/vulkanis muda yang terletak antara sungai
Progo dan sungai Opak (di Kabupaten Sleman dan Bantul)
Ø
Tanah Latosol dan Inargalit terletak di atas batu kapur
terdapat di daerah Gunung Kidul dan perbukitan Kabupaten Bantul serta Kabupaten
Kulonprogo.
Ø
Tanah Alluvial dan Regosal terdapat di sepanjang selatan
Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulonprogo.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I LATAR BELAKANG
A. Pendahuluan ……………………………………………………………………….
B. Tujuan ……………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Gambaran umum wilayah Jogjakarta
………………………………………………
B. Letak
geografis……………………………………………………………………..
C. Batas
administrasi…………………………………………………………………..
D.Geografi……………………………………………………………………………..
E.
Iklim…………………………………………………………………………………
F. Keadaan
alam………………………………………………………………………..
G. Jenis
tanah…………………………………………………………………………..
H. Teori
SIG……………………………………………………………………………
I. Konsep system informasi geografi…………………………………………………..
J. Komponen
SIG………………………………………………………………………
K.Langkah-langkah
SIG……………………………………………………………….
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan………………………………………………………………………….
B.Saran…………………………………………………………………………………
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas penyertaannya kepada kami dalam malaksanakan pembuatan laporan ini
sehingga dapat berjalan dengan baik dan semaksimal mungkin.dalam pembuatan
laporan ini banyak sekali kesulitan yang kami rasakan dengan penyertaannya lah
kami akhirnya dapat menyelesaikan tugas ini dengan sebaik mungkin walaupun kami
merasa masih banyak kekurangan yang ada pada kelompok kami.
Malang
20 januari 2011
Penulis
DISUSUN OLEH
URSULA
ONAS