BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Sistem Informasi Georafis
atau Georaphic Information Sistem (GIS) merupakan suatu sistem informasi
yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja dengan menggunakan data yang
memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Sistem ini mengcapture,
mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data
yang secara spasial mereferensikan kepada kondisi bumi. Teknologi SIG
mengintegrasikan operasi-operasi umum database, seperti query dan
analisa statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisa yang unik yang
dimiliki oleh pemetaan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan Sistem
Informasi lainya yang membuatnya menjadi berguna berbagai kalangan untuk
menjelaskan kejadian, merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang terjadi.
Dengan semakin berkembangnya pembangunan, industri
dunia dan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan jasa pelayanan terhadap
masyarakat akan semakin meningkat, sebab manusia makin membutuhkan kenyamanan
dan kemudahan dalam aktifitas sehari-hari. Sehingga keberadaan fasilitas umum
sebagai sarana penyedia jasa yang bergerak dalam berbagai bidang misalnya
kesehatan dan pendidikan sangat diperlukan. D.I Yogyakarta adalah kawasan yang sangat padat penduduknya dan urabaya. Dan amat penting jika hal tersebut
dapat disajikan menggunakan suatu media. Adapun usaha manusia yaitu menyajikan
Informasi kenampakan bumi dalam suatu media yang dapat dimengerti. Media yang
dapat disajikan oleh manusia adalah gambar tiruan wilayah di permukaan bumi
pada sebuah bidang berupa daun, kulit hewan atau kertas sehingga dapat
memberikan informasi tentang kenampakan yang ada. Adapun media itu dinamakan
peta. Pembuatan peta dahulu masih sangat sederhana, ada yang menggunakan kulit
hewan, berupa daun, dan kertas yang mana kesemuanya tersebut dapat memberikan
informasi geografis tentang kenampakan muka bumi ini. Namun penyajian peta yang
menggunakan media kulit hewan, beberapa daun, serta kertas tidak menjamin
kelengkapan data dan keaslian data yang diperoleh di lapangan. Karena sudah
mengalami generalisasi (manipulasi data).
Setiap tahun teknologi semakin berkembang, dan akan
selalu mengalami kemajuan. Saat ini, pembuatan peta sebagian besar sudah menggunakan komputer dalam
memanipulasi, karena selain menghemat waktu juga dapat meminimalisir dana
pembuatan peta tersebut. Jadi banyak sekali orang – orang yang menggunakan
media komputer dalam memanipulasi data dan mempersingkat waktu dalam
pembuatannya. Tidak salah jika banyak orang-orang yang berpindah ke media
komputer. Tetapi data yang digunakan sudah digeneralisir sehingga datanya bukan
yang asli dari lapangan. Dan hal itu membuat kita menjadi ragu.
Sejalan dengan bertambahnya populasi dalam usaha
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia memanfaatkan lahan dengan secara
berlebihan untuk menghasilkan produk yang maksimal dari pemanfaatan lahan
tersebut. Dan hal ini membuat penyebaran penduduk yang kurang merata di
kabupaten Jawa Tengah karena adanya penyebaran sumber daya alam yang berbeda
pula serta kelengkapan sarana pelayanan masyarakat. Mereka lebih memadati
area yang tersedia pelayanan
kehidupannya, misalnya mol, puskesmas, Rumah Sakit, pasar, sekolah, dsb. Dengan adanya bantuan
media peta, seseorang dapat dengan mudah melihat suatu lokasi tersebut tanpa
harus menghabiskan biaya yang mahal.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut.
Bagaimana pola keruangan penggunaan lahan di D. I. Yogyakarta menggunakan
Interpretasi Citra yang di kombinasi dengan aplikasi SIG.
C. TUJUAN
Adapun
tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk menyajikan Peta Penggunaan Lahan
dengan Interpretasi Citra yang di kombinasi dengan aplikasi SIG.
- RUANG LINGKUP PENELITIAN
Agar penelitian ini tidak terlalu lebar cakupannya
maka penelitian ini memiliki
batasan-batasan tertentu. Batasan penelitian ini dilakukan di D. I. Yogyakarta.
- DASAR TEORI
a. Pengertian
Sistem Informasi Geografis (SIG)
Pengertian sistem informasi geografis (SIG) memiliki
beberapa definisi dari beberapa para ahli, diantaranya yaitu:
§ Kang-Tsung
Chang (2002) mendefinisikan SIG sebagai a computer system for capturing,
storing, querying, analyzing, and displaying geographic data (Aini, 2009).
§ Murai
(1999) mengartikan SIG sebagai sistem informasi yang digunakan untuk
memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan
menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung
pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan,
sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum
lainnya (Elly, 2009).
§ Menurut
Aronoff (1993), SIG merupakan sistem yang berbasis komputer yang digunakan
untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis (Elly, 2009).
§ Bernhardsen
(2002) mendefinisikan SIG sebagai sistem komputer yang digunakan untuk
memanipulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras
dan perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk akusisi dan verifikasi data,
kompilasi data, penyimpanan data, perubahan dan pembaharuan data, manajemen dan
pertukaran data, manipulasi data, pemanggilan dan presentasi data serta analisa
data (Elly, 2009).
§ Menurut
Gistut (1994), SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan
spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan
karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG
yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan, yaitu data
spasial perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi (Aini, 2009).
§ Burrough
(1986) mendefinisikan SIG sebagai sistem berbasis komputer yang digunakan untuk
memasukkan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan mengaktifkan kembali data
yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan
pemetaan dan perencanaan (Aini, 2009).
b. Komponen
Sistem Informasi Geografi (SIG)
SIG merupakan sistem, sehingga
terdapat komponen-komponen yang saling berkaitan dan mendukung. Pada dasarnya
komponen-komponen tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perangkat keras
dan perangkat lunak, tetapi peran manusia sebagai pengelola sangat penting,
sehingga komponen SIG secara lengkap terdiri atas perangkat keras (hardware),
perangkat lunak (software), dan manusia.
1.
Perangkat keras (hardware), yaitu komponen SIG yang
berupa perlengkapan yang mendukung kerja SIG. Perangkat keras ini terdiri dari
seperangkat komputer seperti CPU, monitor, printer, digitizer, scanner,
plotter, CD Room, floopy, dan flashdisk. Perangkat keras lain yang digunakan
adalah plastik transparan dan ballpoin warna transparan.
2.
Perangkat lunak (software), yaitu komponen SIG yang
berupa program-program yang mendukung kerja SIG, seperti input data, proses
data,
dan output data, di samping program kerja seperti Mapinfo, Arcview, dan sebagainya.
dan output data, di samping program kerja seperti Mapinfo, Arcview, dan sebagainya.
3.
Komponen manusia sebagai pengguna, yaitu pelaksana
yang bertanggungjawaban dalam proses
pengumpulan, proses, analisis, dan publikasi data geografis.
Dalam SIG terdapat berbagai peran dari berbagai unsur, baik manusia
sebagai ahli dan sekaligus operator, perangkat alat (lunak/keras) maupun
objek permasalahan. SIG adalah sebuah rangkaian sistem yang
memanfaatkan teknologi digital untuk melakukan analisis spasial. Sistem
ini memanfaatkan perangkat keras dan lunak komputer untuk melakukan pengolahan data-data berikut ini.
sebagai ahli dan sekaligus operator, perangkat alat (lunak/keras) maupun
objek permasalahan. SIG adalah sebuah rangkaian sistem yang
memanfaatkan teknologi digital untuk melakukan analisis spasial. Sistem
ini memanfaatkan perangkat keras dan lunak komputer untuk melakukan pengolahan data-data berikut ini.
§
Perolehan dan verifikasi
§
Kompilasi
§
Penyimpanan
§
Pembaruan dan perubahan
§
Manajemen dan pertukaran
§
Manipulasi
§
Penyajian
§
Analisis
c. Subsistem
Sistem Informasi Geografis (SIG)
§ Data Input
Subsistem ini bertugas untuk
mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial atau data atribut dari berbagai sumber.
Subsistem ini pula yang bertanggungjawab dalam mengkonversi atau mentransformasikan format-format
data-data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan
oleh SIG
§ Data Output
Subsistem ini menampilkan
atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data, baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk
hardcopy, seperti
tabel, peta, grafik, dan lain-lain.
§ Data management
Susbsistem ini
mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam
sebuah basisdata sedemikan rupa sehingga mudah
dipanggil, diupdate, dan diedit.
§ Data manipulasi dan analisis
Subsistem ini menentukan
informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan
manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.
Dari defenisi-definisi
tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa SIG terdiri atas beberapa
subsistem yaitu: data input, data output, data management , data manipulasi dan
analysis (Prahasta, 2005)
- ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan
penelitian adalah:
1.
Alat yang digunakan
a.
Seperangkat komputer yang terdiri dari perangkat keras dan
perangkat lunak
ü Perangkat keras (hardwere)
a. Komputer
(laptop)
b. CPU
c. Mouse
d. Monitor
e. Keyboard
f. Flasdisk
g. Printer
ü Perangkat lunak (softwere)
a. Aplication
ArcView GIS 3.3
b. Peta
ADMIN
ü Brainwere
(manusia)
BAB
II
LANGKAH
KERJA
1.
Memulai
Arcview 3.3
Aktifkan software arcview dengan double klik icon , lalu akan muncul . Windows Welcome To Arcview GIS dan pilih cancel
Gambar
1: main window Arcview 3.3
Setelah
dicancel Lalu akan muncul window seperti di bawah. kemudian klik new pada
window untitled untuk membuka View baru.
Gambar
2: Tampilan View pada Arcview 3.3
Jika
view baru sudah dibuat, Langkah selanjutnya yaitu buka file tempat penyimpanan peta
ADMIN.
Gambar
3: load ADMIN D. I. Yogyakarta
2.
Registrasi
Peta
Tujuan:
a.
Mahasiswa dapat memahami proses
input data dalam SIG dengan software Arc View 3.3
b.
Mahasiswa dapat melakukan proses
registrasi peta dengan software arc view 3.3
c.
Peta ADMIN yang telah dibuka harus
dregistrasi terlebih dahulu, agar proses selanjutnya bisa berjalan dengan baik.
Cara untuk meregistrasi yaitu:
·
Klik File---- pilih Extensions
·
Lalu akan muncul gambar dibawah ini
· Kemudian klik Register and transform
Tool dan VPF Viewer
· Klik Make default
· Lalu Tekan Ok
3.
Membuat Layer Peta
Langkah
yang berikutnya yaitu kita harus membuat layer Peta, disini yang harus kita
lakukan adalah:
· Klik
View register and transform
· Lalu akan muncul kotak dialog seperti
dibawah ini:
· Lalu klik source point, seperti
gambar di bawah ini:
· Lalu pada kolom X dan Kolom Y di isi
dengan skala pada peta sesuai dengan garis X dan Y
· Klik
Source , dan muncul gambar dibawah ini--- klik Ok
· Lalu contreng Store Control Points
4.
Digitasi
Peta
Untuk membuat digitasi peta Klik
new theme, lalu pilih line lalu Ok. Buat nama file pada directori yang dituju.
Tujuannya yaitu untuk memberi batas setiap penggunaan lahan yang ada pada peta.
·
Lalu pada file name di isi dengan wilayah administrasi.shp seperti gambar
dibawah:
·
Selanjutnya klik View – New Theme, pilih line untuk jalan - Ok
·
Lalu beri nama pada file name :
jalan
·
Klik View – New Theme, pilih line untuk sungai – Ok
·
Lalu beri nama pada file name : sungai
·
Klik View – New Theme, pilih point untuk ibu kota – Ok
·
Lalu beri nama pada file name : ibu
kota, ok
5. Editing Data Grafis (Vektor)
Dalam Editing data vektor ini, kita
harus menggunakan draw polygon .
gambar yang muncul seperti dibawah ini:
·
Kemudian setelah selesai, kita ribah warna yang penuh itu menjadi warna
untuk garis tepinya saja.
·
Double klik pada wilayah administrasi – doble klik pada symbol
·
Akan muncul kotak d bawah ini.
|
|
·
Klik outline, pilih warna yang di inginkan.
·
Tarik garis dengan ketentuan, warna hitam adalah batas wilayah, warna
merah adalah jalan, warna biru adalah sungai dan simbol “• “ untuk ibu kota.
·
Jika telah selesai akan menjadi gambar seperti di bawah ini:
6. Input Data Atribute
Tujuan:
1.
Mahasiswa dapat memahami karakteristik data atribute dalam ArcView 3.3
2.
Mahasiswa dapat melakukan proses input data atribute di ArcView 3.3
3.
Mahasiswa mampu mengolah data atribute di ArcView 3.3
Cara-cara:
·
Klik Theme- start editing
·
Setelah itu klik 2 kali pada gambar administrasi wilayah
·
Kemudian pilih
|
·
Klik gambar cat air – pilih warna yang diinginkan- Ok
·
Setelah itu muncul peta seperti dibawah ini
·
Klik wilayah admin
·
Klik table
·
Lalu di atur nama. Type dan width nya
·
Klik Ok
·
Isi nama kabupaten sesuai dengan peta administrasi
·
Tambah kolom, dengan cara klik edit
·
Klik add field
·
Isi kolom yang kosong dengan nama, pilih number 2
·
Klik edit
·
Klik add field
·
Kemudian isi kolom yang kosong dengan nam, pilih number
·
Dan selanjutnya langkahnya sama
·
Untuk mengisi klas. Harus di samakan antara daerah yang penduduk jarang,
sedang dan padat
·
Klik query builder
·
Setelah itu muncul gambar:
·
Pada kolom yang kosong, isi nama”jarang”
·
Klik daerah selanjutnya,
·
Klik query builder
·
Klik 2 kali “id” = (2, 3, 4)pilih salah satu
·
Klik “New set”
·
Lalu klik calculate, isi kolom dengan nama “sedang”
·
Selanjutnya sama, tinggal kolom yang di ganti namanya menjadi “padat”
·
Jika telah selesai akan muncul kotak seperti dibawah ini:
·
Kembali ke jendela awal
·
Tambah admin, klik 2 kali pada tanda admin
·
Atur legend type “graduate colour”
·
Pada classification Field, pilih “jumlah penduduk
·
Buka admin baru
·
Klik 2 kali pada admin tersebut, pilih
unique value- nama kabupaten
·
Buka admin baru , klik 2 kali pada
gambar admin
·
Pilih Dot pada legend type
·
Ubah density field dengan “total_jumlah
penduduk” – apply
·
Buka admin baru, klik 2 kali pada gambar
admin
·
Muncul gambar seperti di bawah ini
·
Pada legend type, di rubah menjadi “chart”
·
Klik Id – add
·
Klik jumlh _penddk laki2 – add
·
Klik jmlh penddk perempuan – add
·
Klik total _jmlh penddk – add
·
Klik apply
·
Klik file – extensions
·
Pilih edit tools (Vers.3.1)
·
Klik Make default - Ok
|
·
Kemudian akan muncul gambar dan muncul gambar seperti dibawah ini:
·
Klik convert
·
Klik polygon to polyline
·
Klik wilayah admin – Ok
·
Pilih tempat anda menyimpan datanya
·
Lalu ubah nama menjadi “ batas garis” ok
·
Kemudian akan muncil simbol garis di jendela admin
·
Jika muncul gambar seperti di bawah ini --- Klik No
·
Klik close – klik Exit
·
Hasilnya adalah
7. Visualisasi
a.
Klik Theme – Start Editing untuk mengeditnya
b.
Kita akan melakukan identifikasi terhadap batas-batas apa saja yang ada di
Provinsi D. I . Y ini, ada tiga batas yaitu batas provinsi, batas kabupaten dan
garis pantai
c.
Klik Vertex Edit
d.
Klik pada garis tepi peta, muncul gambar seperti dibawah ini:
|
|
e.
Lalu kita potong garis pantai yang masih menyatu denngan batas provinsi
f.
Klik gambar draw line pilih gambar Ƶ untuk memotong
g.
Setelah selesai kita harus melakukan penghapusan garis polygon yang ada di
dalam, karena garis polygon di dalam itu bertampalan,
h.
Klik garis , geser – delate
v
Setelah selesai , berikutnya kita akan melakukan
a.
Buka data atribut nya. Klik theme – table muncul gambar :
b.
Klik table – start editing
c.
Klik Edit _ add Field
d.
Ganti nama menjadi “ btas_garis
e.
Klik Ok
f.
Lalu klik garis tepi peta,
g.
Klik calculate-“tulis batas provinsi “ ok
h.
Kemudian klik garis tepi peta yaitu “garis pantai” - Ok
i.
Klik garis tepi peta yaitu ”batas kota / kabupaten” - Ok
j.
jika telah selesai kembali ke jendela awal
k. klik 2 kali pada batas garis
l.
double klik pada gambar kotak
m. pilih unique value
n. pilih batas garis
o. pilih warna yang telah tampil seperti
dibawah ini:
p. pilih outline dan klik kotak yang ada
tanda silang “X”
8.
Layout
·
Klik View – pilih Layout
·
Pilih kertasnya (arah model petanya apakah vertikal atau horizontal)
·
Pilih landscape - Ok
·
Muncul gambar seperti di bawah ini
·
Jika skala di bawah peta itu belum muncul satuan unit skala maka kita
harus mengatur view property nya
·
Setelah itu gambar peta harus kita select semua – delate
·
Maka peta yang tadi akan hilang
·
Kita akan melakukan LayOut secara manual
·
Klik layout – properties
·
Muncul gamabr dibawah ini
·
Hilangkan snap to Grid
·
Lalu klik layout – pilih page setUp
·
Page size nya pilih kertas A4
·
Unit satuannya centimeters
·
Kita buat ukuran kana-kirinya 0 semua atau 1 semua
·
Klik Ok
·
Klik View Frame - klik seperti
gambar di samping
·
Kita select dan akan muncul kotak
·
Klik ok – peta akan muncul
·
Klik File – Extensions
·
Klik Graticules and Measured Girds – Ok
·
Untuk mengaktifkan klik gambar pada
bagian atas toolbar
·
Setelah itu muncul gambar dibawah
ini – pilih View 1 - klik next
·
Klik lines untuk display girdnya
·
Lable sizenya ganti menjadi 6
·
Klik next
·
Muncul kotak dialog seperti dibawah ini
·
Klik align Labels to border – klik perview
·
Maka hasilnya adalah:
·
Kemudian kita membuat kotak untuk legenda
·
Setelh selesai, kita harus membuat dan mengatur garis tepi pada peta
·
Maka akan terdapat perbedaan antara garis-garus tersebut sesuia
ketebalannya.
·
Setelah itu kita isikan informasi pada peta tersebut
·
Ada dua cara, yaitu cara otomatis dan cara manual.
·
Cara otomatis yaitu klik theme – auto label
·
Maka akan muncul kotak seperti ini
·
Pilih nama Kabupaten - Ok
·
Sedangkan cara manual berbeda langkah-langkahnya, kita harus mengembalikan
tampilan seperti awal tadi
·
Klik theme – remove labels
·
Untuk cara manual , klik tanda untuk menulis nama kabupaten dalam peta
tersebut
·
Setelah itu tulis sesuai nama kabupaten seperti dibawah ini - Ok
·
Begitu pula seterusnya,
·
Hasilnya adalah:
·
Untuk mengatur agar tulisannya tidak terlalu besar kita klik window - show symbol window
·
Kita buat ukuran tulisannya 7
·
Setelah itu kita juga harus mengisikan provinsi
·
Caranya sama, klik tanda
·
Isi dengan Provinsi Jawa Tengah – klik Ok
·
Setelah selesai peta akan terlihat menarik seperti berikut:
·
Kita akan membuat legenda pada kotak sebelah kanan yang telah disediakan
·
Klik untuk
menulis judul peta
·
Arahkan kursor pada kotak tersebut
·
Double klik dan isi dengan judul peta
·
Kita beri orientasi, dengan cara klik toolbar
·
Lalu pilih jenis orientasinya
·
Setelah itu kita buat skala petanya, dimana ada 2 yaitu skala angka dan
skala garis
·
Dengan klil gambar pada tool bar
·
Kita buat skala angka
·
Untuk merubah tulisan skalanya agar tidak terlalu besar, klik kanan – simply
·
Lalu kita ubah ukuran tulisannya, klik windows – show symbol window
·
Lalu kita buat skala garisnya
·
Klik gambar , lalu
kita atur
·
Tampilannya seperti dibawah ini
·
Kita akan membuat legenda
·
Klik , lalu pilih view 1 – klik Ok
·
Kemudian kita buat inset peta
·
Kita klik windows – tile
·
Double Klik view, karena kita akan membuat view 2
·
Klik gambar
·
Peta akan muncul seperti dibawah ini
·
Untuk memberi grid, klik
·
Klik view 2 – next
·
Klik ukuran size menjadi 6
·
Klik next
·
Klik next dan selanjutnya klik perview – finish
·
Dibawahnya kita cantumkan sumber pembuatnya
·
Klik gambar pada
toolbar
9.
Export
Peta
a. Klik
file pada main window lalu pilih export dan beri nama file yang akan di export
dan pilih format file sesuai kebutuhan, misalnya JPEG atau WMF
Gambar
31: Pemilihan format file untuk export peta
b. Cara
lain jika peta tidak diexport dalam bentuk file yaitu peta langsung di print
sesuai dengan kebutuhan. caranya klik file-print setup dan pilih ukuran kertas
yang sesuai
Gambar
1: Pengaturan printer untuk peta yang
akan dicetak
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Wilayah D.I. Yogyakarta
Kota Yogyakarta adalah salah satu kota besar di Pulau Jawa yang merupakan
ibukota dan pusat pemerintahan Daerah Istimewa
Yogyakarta, dan sekaligus tempat kedudukan bagi Sultan
Yogyakarta dan Adipati
Pakualam.Salah satu kecamatan di Yogyakarta, yaitu Kotagede pernah menjadi
pusat Kesultanan
Mataram antara 1575-1640. Keraton (Istana) yang masih
berfungsi dalam arti yang sesungguhnya adalah Karaton Ngayogyakarta dan Puro
Pakualaman, yang merupakan pecahan dari Mataram. Asal Usul Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta sudah
mempunyai tradisi pemerintahan, yaitu Kasultanan, termasuk di dalamnya terdapat
juga Kadipaten Pakualaman. Daerah yang mempunyai asal-usul dengan
pemerintahannya sendiri seperti Yogyakarta ini, di zaman penjajahan Hindia
Belanda disebut Zelfbesturende Landschappen. Di zaman kemerdekaan disebut
Daerah Swapraja.Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat berdiri sejak tahun 1756,
didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku
Buwono I. Kadipaten Pakualaman berdiri sejak tahun 1813, didirikan oleh
Pangeran Notokusumo (saudara Sultan Hamengku Buwono II) kemudian bergelar
Adipati Paku Alam I. Baik Kasultanan maupun Pakualaman, diakui oleh Pemerintah
Hindia Belanda sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangganya
sendiri.Ketika Proklamasi Kemerdekaan RI, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri
Paduka Paku Alam VIII mengetok kawat kepada Presiden RI, menyatakan bahwa
Daerah Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman menjadi bagian wilayah
Negara RI, serta bergabung menjadi satu mewujudkan satu kesatuan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam
VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung
kepada Presiden RI.Kemudian Negara RI mengeluarkan Undang-Undang Pokok
Pemerintahan Daerah, yaitu UU Nomor 1 Tahun 1957, Penetapan Presiden RI Nomor 6
Tahun 1959 (disempurnakan), kemudian UU Nomor 18 Tahun 1964. Kesemuanya
mengatur perihal pembentukan Pemerintahan Daerah Otonom. Terakhir UU Nomor 5
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, di samping mengatur Pemerintahan
Daerah Otonom, sekaligus mengatur Pemerintahan Administratif.Sebagai Daerah
Otonom setingkat Provinsi, Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk secara
tersendiri dengan UU Nomor 3 Tahun 1950 jo Nomor 19 Tahun 1950 yang sampai saat
ini masih berlaku. Disebutkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi bekas
Daerah Kasultanan dan Daerah Pakualaman.Sesudah Sri Sultan Hamengku Buwono IX
wafat pada tanggal 3 Oktober 1988, Sri Paku Alam VIII sebagai Wakil Gubernur
Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta ditunjuk untuk melaksanakan tugas dan
kewenangan sehari-hari Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan
Keputusan Presiden RI Nomor 340 Tahun 1988, beliau diangkat sebagai Penjabat
Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada saat ini Kraton Yogyakarta
dipimpin oleh Sri Paduka Sultan Hamengku Buwono X yang juga Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta. Sedangkan Puro Pakualaman dipimpin oleh Sri Paduka Paku
Alam IX sekaligus sebagai Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Keduanya
memainkan peran yang sangat menentukan dalam memelihara nilai-nilai budaya dan
adat-istiadat Jawa dan merupakan pemersatu masyarakat Daerah Istimewa
Yogyakarta yang sangat heterogen.
B.
KONDISI ADMINISTRATIF PROVINSI JAWA TENGAH
Jawa Tengah secara administratif merupakan sebuah
propinsi yang ditetapkan dengan Undang-undang No. 10/1950 tanggal 4 Juli 1950,
letaknya diapit oleh dua Propinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur.
Letaknya 5o40' dan 8o30' Lintang Selatan dan antara 108o30' dan 111o30' Bujur
Timur (termasuk Pulau Karimunjawa). Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalah
263 Km dan dari Utara ke Selatan 226 Km (tidak termasuk pulau Karimunjawa).
Secara
administratif Propinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota.
Luas Wilayah Jawa Tengah sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04 persen
dari luas pulau Jawa (1,70 persen luas Indonesia). Luas yang ada terdiri dari
1,00 juta hektar (30,80 persen) lahan sawah dan 2,25 juta hektar (69,20 persen)
bukan lahan sawah.
C.
LETAK GEOGRAFIS DIY
Secara
astronomis Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 7.33° - 8.12°
Lintang Selatan dan 110° - 110.50° Bujur Timur. Adapun batas-batas wilayahnya
sebagai berikut :
·
Sebelah Barat Laut berbatasan dengan Kabupaten Magelang
·
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo
·
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
·
Sebelah Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri
·
Sebelah Timur Laut berbatasan dengan Kabupaten Klaten
Dengan
luas wilayah 3.185,80 km² atau 0,17 dari luas wilayah Indonesia, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi terkecil setelah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, dan secara administatif
meliputi 4 kabupaten dan 1 kota, yaitu :
·
Kota Yogyakarta dengan luas 32,50 Km² (1,02 )
·
Kabupaten Bantul dengan luas 506,85 Km² (15,91 )
·
Kabupaten Kulonprogo dengan luas 586,27 Km² (18,40 )
·
Kabupaten Gunungkidul dengan luas 1.485,36 Km² (46,62 )
·
Kabupaten Sleman dengan luas 574,82 Km² (18,04 )
D. JUMLAH
PENDUDUK
Jumlah Penduduk Propinsi Jawa Tengah tahun 2005
sebesar 32,908,850 jiwa. Luas wilayah Jawa Tengah adalah 32.544,12 km2,
sehingga kepadatan penduduk rata-rata adalah 12.554,55 jiwa per km2 (940.252,86
per Kabupaten/kota) Apabila diperinci dari informasi profil kesehatan maka
daerah yang memiliki kepadatan penduduk terbesar adalah di Kota Surakarta yaitu
12.140.36 jiwa per km2 dan wilayah paling jarang adalah Kabupaten Purworwjo
yaitu 468.53 jiwa per km2.
Secara nasional, sex ratio
penduduk Indonesia adalah sebesar 99, yang artinya jumlah penduduk perempuan 1
persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki, atau setiap 100
perempuan terdapat 99 laki-laki. Sex ratio terbesar terdapat di Kabupaten Wonosobo yakni sebesar 103 dan yang terkecil
terdapat di Kabupaten.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas,
Jawa Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia
yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat
di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah
selatan, Jawa
Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya 32.548 km²,
atau sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa.
Selain itu jumlah penduduk yang memadati wilayah Jawa Tengah sebagian
besar adalah perempuan, dimana memiliki perbandingan yang sangat jelas. Dan
yang paling padat itu terletak di Kota D.I.Y hal ini karena kota D.I.Y
merupakan pusat pemerintahan dan pusat industri meskipun wilayahnya kecil
dibandingkan dengan wilayah di sekitarnya.
Secara
astronomis Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 7.33° - 8.12°
Lintang Selatan dan 110° - 110.50° Bujur Timur. Adapun batas-batas wilayahnya
sebagai berikut :
·
Sebelah Barat Laut berbatasan dengan Kabupaten Magelang
·
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo
·
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
·
Sebelah Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri
·
Sebelah Timur Laut berbatasan dengan Kabupaten Klaten
secara
administatif meliputi 4 kabupaten dan 1 kota, yaitu :
·
Kota Yogyakarta dengan luas 32,50 Km² (1,02 )
·
Kabupaten Bantul dengan luas 506,85 Km² (15,91 )
·
Kabupaten Kulonprogo dengan luas 586,27 Km² (18,40 )
·
Kabupaten Gunungkidul dengan luas 1.485,36 Km² (46,62 )
·
Kabupaten Sleman dengan luas 574,82 Km² (18,04 )