Model Pendekatan Kuantitatif
Berjenjang Bertingkat
A.
Landasan
Teori
Dalam
pendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang tiap unit dalam satu tema memiliki
nilai atau harkat yang disesuaikan dengan kontribusi terhadap penentuan hasil
dari modelnya. Disini perbedaan dengan kuantitatif berjenjang adalah tiap tema
memiliki kontribusi yang berbeda sehingga harus dibuat bobot sesuai dengan
tingkat pengaruhnya terhadap hasil.
Aplikasi
yang digunakan adalah pemodelan spasial lahan kritis dimana model ini
menganggap bahwa lahan kritis tersusun atas 4 kondisi fisik yaitu
produktivitas, lereng, erosi, prosentase batuan dan menejemen lahan, dimana
tiap tema memiliki jenjang harkat yang sama 1 - 5, tetapi tiap komponen
tersebut memiliki bobot kontribusi yang berbeda sesuai dengan dominasinya dalam
pembentukan lahan kritis.
B.
Tujuan
Laporan
dari praktikum ini bertujuan untuk mengetahui daerah lahan kritis berdasarkan
unsur-unsur pembentuk lahan kritis berdasarkan variabel-variabel fisik ataupun
non fisik lahan. Penentuan prioritas pengelolahan jalan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Kabupaten Sleman Propinsi Jawa Tengah.
C.
Alat
dan Bahan
·
Alat perangkat lunak: - Arc View GIS 3.3
v Extension
Model Builder
v Extension
Xtools
v Extension Geoprocessing
·
Alat perangkat keras : - Laptop/komputer
- Mous
·
Bahan : - Peta kemiringan lereng
v Peta
produktivitas
v Peta
erosi
v Peta
presentase batuan
v Peta
manajemen lahan
D.
Langkah
dan proses analisis
Langkah Kerja :
1.
Aktifkan
Ekstensi Geoprocessing dan Model Builder
2.
Buka
dan Tampilkan keempat file peta digital lereng, tekstur tanah, darianse dan
volume lalu lintas harian pada direktori
v
D\master
sig\sig 2\sig2knj2009\model2d\sleman2 dalam satu jendela view.
3.
Pertama
dengan mengoverlaykan theme produktivitas dengan lereng kemudian hasilnya
dengan erosi dan seterusnya hingga semua teroverlay.
Minsalnya : Overlay 1
View – GeoProcessing Wizard – Intersect two theme – Next – Pilih peta
(Prod. dan Lereng) dan Simpan sesuai keinginkan Klik - Finish
Lakukan hal yang sama sampai
overlay 4
4.
Bukalah
artibut peta kemudian buatlah kolom baru bernama bobot, harkat dan jumlah pada
masing-masing atribut peta,
Caranya:
v
Buka
atribut dari salah satu peta dengan klik (open theme table),
v
Kemudian
Table – Start Editing
v
Buat
kolom baru, dengan cara klik Edit – Add field
v
Berinama
bobot-OK, buat kolom lagi harkat, dan buat lagi jumlah - OK
5.
Kemudian
theme hasil overlay keempat theme tersebut dilakukan proses tabulasi dengan
melakukan fungsi aritmetika perkalian dan penjumlahan , dimana hasil akhir
merupakan penjumlahan 5 komponen penyusun dengan masing-masing penyusun
dikalikan dengan bobotnya masing-masing, dengan cara
Membuka atribut (open theme
table) yang sudah dioverlay dan tambah kolom dengan klik Table – Start Editing
– edit – add field lalu beri nama (bobot, harkat, jumlah, keterangan) seperti
diatas pada setiap atribute overlay, kemudian isi kolom-kolom tersebut dengan
menggunakan (Query Builder) dan calculate,
6.
Klasifikasikan
hasilnya dibagi dalam lima kelas, dengan cara membagi menjadi lima kelas
berdasarkan kemungkinan nilai terendah dan tertingginya.
Misalnya:
Ø
Kolom
Keterangan
Klik - klik 2x keterangan – pilih values
(baik, sedang, dan buruk) – New
Set
Ø
Kolom
Bobot
Klik - klik 2x keterangan – pilih values
(baik, sedang, dan buruk) – New
Set
Ø
Kolom
Harkat
Klik - klik 2x keterangan – pilih values – New Set
Ø
Kolom
Jumlah
Ø
Jumlah
Intersect
Atribute Overlay – intersect 1
Atribute Overlay – intersect 2
Atribute Overlay – intersect 3
Atribute Overlay – intersect 4
7.
Hasil
dengan klasifikasi harkat tersebut merupakan lahan kritis
8.
Setelah
Hasil overlay diatas, selanjutnya overlay dengan dissolve demngan cara klik
View – GeoProcessing – pilih dissolve – Next – Pilih peta (interset 4/terahir)
dan Simpan sesuai keinginkan Klik - Finish.
9. Hasil
overlay yang terahir atribut ditambahkan kolom klasifikasi interval kritis atau
tidak kritis
Hasil
Overlay
10. Selanjutnya dilayout, layout
diisi keterangan-kerangan yang ada dalam peta.
Klik 2x – beri keterangan – Apply
- Close
11. Setelah selesai, tinggal di
export dengan cara klik File – Export
12. Selanjutnya ubat file menjadi
JPEG – klik OK dan simpan sesuai keinginan
Tabel
1. Produktivitas (pembobotan = 30)
No
|
Produktivitas
|
Harkat
|
1
|
Sangat Tinggi
|
5
|
2
|
Tinggi
|
4
|
3
|
Sedang
|
3
|
4
|
Rendah
|
2
|
5
|
Sangat Rendah
|
1
|
Tabel
2. Kemiringan Lereng (bobot = 20)
No
|
Kemiringan
Lereng
|
Harkat
|
1
|
< 8,0
|
5
|
2
|
8,0 – 15,0
|
4
|
3
|
16,0 – 25,0
|
3
|
4
|
26,0 – 40,0
|
2
|
5
|
> 40,0
|
1
|
Tabel
3. Erosi (bobot = 15)
No
|
Erosi
|
Harkat
|
1
|
Ringan
|
5
|
2
|
Sedang
|
4
|
3
|
Berat
|
3
|
4
|
Sangat Berat
|
2
|
Tabel
4. Presentase Batuan (bobot = 5)
No
|
Batuan
|
Harkat
|
1
|
Sedikit
|
5
|
2
|
Sedang
|
3
|
3
|
Banyak
|
1
|
Tabel
5. Manajemen Lahan (bobot = 30)
No
|
Manajemen
Lahan
|
Harkat
|
1
|
Baik
|
5
|
2
|
Sedang
|
3
|
3
|
Buruk
|
1
|
E.
Hasil
Analisis dan Pembahasan
·
Pembahasan
Dalam
kegiatan praktikum kali ini hal pertama yang dilakukan adalah mengenal
menu-menu program Arcview dan kegunaannya serta bagaimana cara kerja menu-menu
tersebut, sehingga dalam kegiatan praktikum selanjutnya bisa lebih mudah.
Sebagai awal kita mengaktifkan modul-modul tambahan Arcview( Extensions, yaitu
geoprossecing dan model builder) ke dalam project yang sedang aktif.
Setelah itu, langkah selanjutnya
adalah menampilkan keempat file peta yang akan digunakan, yaitu peta lereng,
peta tekstur tanah, peta drainase dan peta volume lalu lintas harian yang adadi
Kabupaten Sleman. Kemudian menambahkan kolom bobot, harkat dan skor pada tabel
hasil data atribut. Setelah itu, dikalikan pada masing –masing peta dn
selanjutnya dilakukan overlay pada keempat peta tersebut. Keempat hasil overlay
itu akan dilakukan proses tabulasi dengan melakukan fungsi aritmatika perkalian
dan penjumlahan, dimana hasil akhir merupakan penjumlahan 5 komponen penyusunan
dan masing – masing dikalikan dengan bobotnya masing –masing. Setelah itu,
diklasifikasikan dengan langkah yang sama seperti pada tema I, II dan III
dengan membagi hasil tersebut menjadi 5 kelas, dengan cara menbagi dengan berdasarkan pada kemungkinan nilai
tertinggi dan terendah. Dan hasil dari pengurangan dan pembagian tersebut
merupakan hasil untuk lahan kritis. Dan tahap terakhirnya adalah menglayout
peta. Aplikasi yang digunakan adalah pemodelan spasial lahan kritis dimana
model ini menganggap bahwa lahan kritis tersusun atas 4 kondisi fisik, yaitu
produktivitas, lereng, erosi, persenase batuan dan manajemen lahan. Dan tiap
tema memiliki jenjang harkat yang sama 1-5, tetapi tiap komponen memiliki bobot
yang berbeda sesuai dengan dominasinya dalam pembentukan lahan kritis.
DAFTAR
PUSTAKA
Suharyadi
dan Widartono,B.S.2000. Pemodelan Data spasial dengan Analisis Overlay.
Petunjuk
praktikum SIG II. Fakultas Geografi UGM.Yogyakarrta.
Purwanto,2012.
Modul SIG Aplikasi II Pemodelan Spasial.Jurusan Geografi FKIP
UNIKAMA.Malang.
Denny charter
dan Irma Agtrisari, 2002. Desain dan Aplikasi GIS.Elexmedia
Komputindo. Bandung.