Alarm tanda bahaya pada bumi telah berdering kencang. Dewasa ini banyak
sekali permasalahan-permasalahan yang menimpa bumi ini, terutama masalah
lingkungan. Tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan yang namanya
Pemanasan Global (Global Warming). Banyak faktor penyebab global warming, salah satunya adalah pada sektor peternakan, khususnya peternakan sapi.
Sapi termasuk hewan mamalia dari familia Bovidae dan subfamilia Bovinae.
Sapi dipelihara untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai bahan
pangan. Kotoran sapi pun kini telah dimanfaatkan sebagai pupuk organik,
sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil yang sudah
mulai langka, bahkan sebagai media pembenihan cacing tanah, yang
nantinya digunakan sebagai bahan obat.
Tapi tahukah Anda, bahwa selama ini sapi ternyata menjadi salah satu penyebab global warming?
Sejak dulu kita hanya menyalahkan CO2, CO, atau CFC sebagai biang kerok penyebab global warming, padahal ada beberapa biang keladi lain penyebab global warming, salah satunya adalah gas metana.
Gas Metana Sangat Berbahaya
Mungkin belum banyak orang yang tahu tentang gas metana. Metana adalah
gas anaerobik yang dihasilkan dari aktivitas mikroorganisme saat
menguraikan bahan-bahan organik. Perlu diketahui bahwasanya gas metana
mengandung emisi efek rumah kaca 23 kali lebih ganas ketimbang dengan
gas CO2. Gas metana dihasilkan melalui proses yang
berlangsung secara alamiah. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan
jumlah gas metana selain yang tersimpan di dasar laut pada kutub bumi
adalah meningkatnya populasi ternak.
Selama ini ternyata sapi merupakan salah satu hewan ternak penyumbang
terbesar gas metana. Sistem pencernaan sapi yang sangat lambat menjadi
alasan mengapa binatang itu menghasilkan banyak gas metana, khususnya
pada kentut sapi. Gas metana memiliki potensi menghasilkan efek rumah
kaca seperti halnya gas CO2, bahkan lebih ganas 23 kalinya.
Pernah dilakukan suatu penelitian yang dilakukan oleh seorang yang
berasal dari Argentina, bahwasanya didapatkan fakta kalau gas metana
dari sapi menyumbang lebih dari 30% total emisi penyebab efek rumah kaca
negara Argentina. Sebagai salah satu negara penghasil daging sapi
terbesar di dunia, Argentina mempunyai lebih dari 55 juta ekor sapi yang
merumput di daerah Pampas.
Dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang mengkonsumsi banyak daging
sapi, maka orang tersebut secara tidak langsung telah ikut menciptakan global warming.
Hal ini mengindikasikan bahwa pola hidup seseorang akan mempunyai
pengaruh besar terhadap keselamatan, atau bahkan kehancuran bumi
sekalipun.
Mari Memanfaatkannya
Sudah saatnya kita membiasakan diri untuk hidup sehat dan ramah
lingkungan. Kalau tidak dimulai sekarang, mau kapan lagi, apakah kita
mau menunggu sampai bumi kita benar-benar hancur?
Kita sebagai mahasiswa harusnya peka terhadap situasi yang semakin parah
seperti ini. Apalagi kita sebagai mahasiswa ITS yang notabene merupakan
kampus yang berbasis sains dan teknologi. Sebagai engineerlayaknya
kita bisa menciptakan suatu ide-ide kreatif atau suatu alat yang bisa
memanfaatkan kotoran sapi tersebut yang mengandung gas metana sebagai
bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil yang sudah langka.
Memang dalam waktu dekat ini, bahan bakar alternatif dari kotoran sapi
menjadi booming.Selain hal tersebut, seperti yang sudah
dijelaskan tadi kotoran sapi juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk
organik, dan sebagai media untuk pembenihan cacing tanah yang nantinya
digunakan untuk obat.
Dibalik bahaya yang dihasilkan oleh sapi (kotorannya), ternyata ada juga
manfaat yang besar dari itu semua. Sekarang tinggal bagaimana kita
menyikapi hal tersebut, kalau kita benar-benar mau berusaha menjaga bumi
ini, tidaklah ada sesuatu hal yang tidak mungkin.
No comments:
Post a Comment