BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pembangunan Pariwisata didasarkan pada
bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian dalam arti luas guna
melanjutkan usaha-usaha memantapkan swasembada pangan, pengembangan sektor
pariwisata dengan karakter kebudayaan, serta sektor industri kecil dan kerajinan
yang berkaitan dengan sektor pertanian dan sektor pariwisata (Anonim, 1999;
Anonim, 2001). Kebijakan prioritas tiga sektor ini, jika mengacu terminologi
Nurkse, 1953 (dalam Yotopoulos dan Nugent, 1976) dapat digolongkan ke dalam
pertumbuhan seimbang, yakni ada keterkaitan penawaran dan permintaan antara
satu sektor dengan sektor lainnya, atau pengembangan sektor-sektor itu dapat
menciptakan permintaan mereka sendiri.
Kebijakan prioritas tiga sektor
(pertanian, pariwisata dan industri kecil) dalam pembangunan ekonomi telah
menunjukkan hasil yang sangat fantastis, ditandai oleh pertumbuhan ekonomi selalu lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi
nasional. Pada Pelita I perekonomian
tumbuh 7,32%; Pelita II sebesar 8,55%; Pelita III sebesar 14,01%, Pelita
IV sebesar 8,28%; dan pada Pelita V tumbuh sebesar 8,40%. Sedangkan dalam
Pelita VI (1994-1998) pertumbuhan perekonomian rata-rata 5,07% lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan sebelumnya. Pertumbuhan perekonomian 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993
sebesar 2,78%, Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan lima tahun sebelumnya
yang disebabkan oleh dampak krisis ekonomi nasional 1997/1999. Namun
pertumbuhan ekonomi 2004-2005 atas harga
konstan tahun 2000 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 5.09%.
. Sektor
pariwisata yang memperoleh prioritas dalam pembangunan ekonomi telah
menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, yang
ditandai oleh beberapa indikator antara
lain adanya peningkatan devisa dalam total kunjungan
wisatawan, lama tinggal, pengeluaran
wisatawan dan jumlah sarana dan prasarana
pariwisata. Bukan hanya pemerintahdaerah yang banyak berharap dari sektor jasa
ini untuk menggerakkan roda pembangunan, tetapi juga sebagian besar masyarakat
hidupnya tergantung pada sektor jasa ini. Jadi dapat dikatakan bahwa pariwisata
telah menjadi mesin penggerak
perekonomian rakyat, bahkan ikut menggerakkan perekonomian propinsi berdekatan
melalui permintaan produk4 produk kebutuhan masyarakat tempat wisata dan
wisatawan yang diproduksikan di propinsi tersebut; misalnya, bahan pangan.
Usaha kecil sektor pariwisata adalah
usaha-usaha kecil pada setiap sektor yang mendukung langsung kegiatan
kepariwisataan atau perjalanan wisatawan, yaitu: (1) sektor restoran, rumah
makan dan warung, (2) hotel non bintang, angkutan wisatwa, (4) travel biro, (5)
money changer, (6) atraksi budaya dan hiburan lainnya, dan (7) jasa perorangan,
rumah tangga lainnya dan pramuwisata. Sedangkan sektor hotel bintang walaupun
pendukung utama sektor pariwisata, karena usaha-usaha pada sektor ini tidak
memenuhi ketentuan usaha kecil BI, maka tidak termasuk usaha kecil sektor
pariwisata. Jadi, melalui efek pengganda (multiplier effects) dan efek
menyebar (spread effects), pengeluaran wisatawan yang ditangkap oleh
usaha-usaha kecil pada sektor-sektor pendukung kelancaran pariwisata telah
memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah (nilai tambah bruto)tempat
wisatai, menciptakan efek keterkaitan ke belakang dan ke depan, dan menimbulkan
efek pengganda terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya dalam perekonomian
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas,
maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu:
(1) Bagaimanakah keterkaitan ke belakang
dan ke depan usaha kecil sektor pariwisata dengan sektor-sektor ekonomi lainnya?
(2) Bagaimanakah daya sebar ke belakang
dan ke depan usaha kecil pada sektor pariwisata dengan sektor-sektor ekonomi lainnya?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui keterkaitan ke belakang
dan ke depan usaha kecil sektor pariwisata
dengan sektor-sektor ekonomi lainnya!
2.
Untuk mengetahui daya sebar ke belakang
dan ke depan usaha kecil pada sektor pariwisata dengan sektor-sektor ekonomi lainnya!
UNTUK MAKALAH SILAHKAN DOWNLOAD DI BAWAH INI
No comments:
Post a Comment