Keberhasilan
revolusi industri di barat khususnya negara-negara Eropa dan Amerika
berdampak pada beralihnya perhatian dunia khususnya negara di dunia
ketiga dari sektor pertanian ke sektor industri. Revolusi
indusri di barat menyanjung betul-betul ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam setiap aktivitas produksi sehingga mampu meningkatkan perekonomian
mereka. Dengan manajemen yang lebih efektif dan efisien mampu
memproduksi barang dan jasa secara masal. Barang-barang produksi
tersebut bahkan mampu merambah pasar internasional dan masuk ke negara
dunia ketiga sebagai konsumennya.
Negara di dunia ketiga atau negara berkembang kemudian berupaya untuk
mencoba meniru keberhasilan tersebut. Negara berkembang kawasan benua
Asia dan Afrika yang umumnya merupakan negara agraris dengan “latah”
meniru dan melupakan kesejatian dirinya. Fakta yang paling fatal dari
“latah” tersebut adalah tidak ada perencanaan dari pemerintah untuk
melakukan regenerasi di sektor pertanian yakni regenerasi orang
bermatapencaharian petani.
Buktinya jenjang pendidikan formal bahkan lulusan paling tinggi (S3)
yang ada tidak ada yang meluluskan menjadi seorang petani. Menilik juga
pendidikan kejuruan misal di SMK sekalipun, apakah ada kejuruan
pertanian atau minimal ada yang mengarahkan menjadi petani. Yang terjadi
kemudian ya tentu saja banyak penganggur sekalipun berlulusan sarjana,
karena salah dalam menentukan kebijakan. Karena kita mencetak pekerja
industri di tengah-tengah hamparan sawah yang membentang dan cakrawala
vegetasi hutan yang menghijau.
Negeri kita sebenarnya adalah lumbung padi dunia. Bahkan tidak hanya
padi, aneka palawija dan hortikultura cocok tumbuh di tanah yang pernah
3,5 abad diperebutkan penjajah barat. Bahkan tidak hanya lumbung,
penulis boleh bermimpi negeri kita bisa untuk jadi “huller” dunia kalau
kita mau.
Dari rasa optimisme itu, Pemberdayaan Pertanian Sehat dalam Klaster
Mandiri Dompet Dhuafa melalui jejaringnya Pertanian Sehat Indonesia
adalah wujud kepedulian untuk membenahi sektor pertanian minimal di
wilayah yang menjadi dampingannya. Minimal kepedulian tersebut mampu
meregenerasi pemuda untuk menjadi petani sebagai mata pencaharian yang
menjanjikan sebagai keluaran dari pemberdayaan.