Beban
belajar mahasiswa di perguruan tinggi dinilai terlalu berat, selama ini
untuk menempuh gelar sarjana maka harus menyelesaikan beban 144 SKS.
Sementara di luar negeri seperti Malaysia saja hanya memberikan beban
120 sks untuk menempuh jenjang sarjana.
”Yang
sekarang sedang diusulkan adalah pengurangan beban SKS namun proses
belajar diintensifkan, ke depan pendidikan tinggi harus menuju ke sana,”
ungkap Dosen Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof. Dr. Bambang
Yulianto, M.Pd saat menjadi pembicara dalam acara seminar dan workshop
kurikulum di Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Kanjuruhan Malang
(Unikama), kemarin.
Menurutnya usulan pengurangan SKS itu pun masih tarik ulur, tak sedikit yang tidak setuju dengan alasan beban SKS yang padat saja lulusan perguruan tinggi masih belum maksimal kualitasnya. Hanya saja saat agenda uji petik kurikulum yang digelar Dikti, mayoritas rektor perguruan tinggi menyetujui usulan pengurangan SKS tersebut. Dan yang paling penting adalah proses pembelajaran yang dimantapkan, dimana pelaksanaan 1 SKS dilakukan dengan managemen dan pengelolaan yang bagus.
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) menampung aspirasi agar kedepan kurikulum lebih bagus lagi. Perguruan tinggi mampu menjawab apa yang menjadi kebutuhan di masyarakat dan dunia kerja, sehingga lulusan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan tersebut. ”Perguruan tinggi harus responsif dengan kebutuhan zaman,” tegasnya.
Bambang memberikan apresiasi kepada Fakultas Bahasa dan Sastra Unikama yang dalam kegiatan peninjauan kurikulum menghadirkan stakeholder terkait. Baik alumni, maupun dunia industri sangat dibutuhkan masukannya agar kurikulum yang diajarkan di perguruan tinggi sesuai dengan yang berkembang di masyarakat.
Sementara Rektor Unikama Dr. Pieter Sahertian, M.Si dalam sambutannya membuka agenda workshop menegaskan, pada 2014 mendatang diharapkan semua program studi di Unikama sudah siap menjalankan kurikulum berbasis KKNI. Dengan penerapan KKNI ini diharapkan output yang dihasilkan kampus bisa disambut oleh masyarakat.
Karena
itulah rumusan kurikulum kali ini melibatkan alumni dan masyarakat
pengguna lulusan. ”Masih ada waktu 5-6 bulan untuk menyiapkan kurikulum
baru ini, dan saya berharap tiap prodi dan fakultas bekerja keras
menyiapkannya,” tegasnya.
Sumber : http://unikama.ac.id