1. FAKTOR PEMBENTUK TANAH
a. Iklim
Merupakan gejala cuaca pada jangka panjang, minimal permusim atau
pe periodik atau per tahun dst. Iklim merupakan faktor yang amat penting dalam
proses pembentuk tanah serta yang mempengarui tekstur tanah. Suhu dan curah
hujan pun sangat berpengaruh terhadap itensitas reaksi kimia dan fisik didalam
tanah. Adanya curah hujan dan suhu yang tinggi di daerah tropika menyebabkan
reaksi kimia berjalan cepat sehingga pembentukan tanah dan tekstur tanah menjadi kompleks.
(Hardjowigono, 2003)
b. Bahan Induk
Jenis bahan induk akan menentukan sifat fisik maupun kimiawi tanah
yang berbentuk secara endodinamomorf, tetapi pengaruhnya menjadi tidak jelas
terhadap tanah-tanah yang terbentuk secara ektodinamomorf. Pengaruh bahan ini
sangat jelas terlihat pada tanah-tanah muda-dewasa, termasuk teksturnya.
(Hanifiah, 2005)
c. Topografi (Relief)
Kemiringan suatu wilayah mempengarui cepat lambatnya iklim, mempengarui
jumlah air hujan yang meresap dalam tanah sehingga dapat mempengarui kandungan
air, warna tanah, perkembangan horizon, reaksi tanah, dan kandungan garam.
Sifat-sifat tanah yang umumnya berhubungan dengan relief/topografi adalah tebal
solum, tebal dan kandungan BOT horizon A, warna tanah, kandungan air tanah,
reaksi tanah, pH dll. (Hardjowigono, 2003)
d. Organisme
Organisme atau jasad, hidup bersama dengan vegetasi atau mikrofora
merupakan faktor yang paling berperan dalammempengarui proses genesis dalam perkembangan
profil tanah, karena merupakan sumber utama biomasa atau bahan organik tanh
(BOT).
(Hanifiah,
2005).
Organisme dapat berupa
bakteri, jamur, gangngang, protozoa, serangga maupun cacing memiliki banyak
peranan bagi pembentukan tanah dan tekstur tanah, yaiu dapat melapukan
bahan-bahan organik, menggemburkan tanah, memperkaya kandungan bahan organik
dalam tanah dan udara bersih. (Sutedjo, 2005)
e. Waktu
Proses pembentukan tanah berjalan dari batuan besar yang melapuk
sehingga membentuk suatu horizon-horizon dan lapisan baru yang membutuhkan
waktu yang sangat lama. Waktu merupakan faktor pasif, suatu jenis tanah yang
sama tetapi berasal dari bahan induk dan iklim berbeda dapat mempunyai umur
yang tidak sama atau sebaliknya. Maka kematangan suatu jenis tanah tidak saja
bergantung umurnya tetapi lebih bergantung pada kelengkapan horizonnya.
(Hanifiah, 2005)
2.
PENGERTIAN DARI:
a.
Tekstur Tanah yaitu perbandingan antara
fraksi pasir, debu dan liat dalam suatu massa tanah.
b.
Struktur Tanah yaitu susunan butiran tanah dalam suatu agregat
yang dibatasi oleh batas alami dan dalam agregat terdapat pori – pori (mikrodan
makro) yang dapat diisi oleh udara atau air.
c.
Warna Tanah yaitu
sifat morfologi tanah yang mudah dilihat.Warna tanah tersusun dari “ hue”,
yaitu warna – warna dasar yang terdiri dari warna merah, kuning, dan merah
kuning.
d.
Konsistensi
Tanah yaitu Konsistensi merupakan
ketahanan tanah terhadap tekanan gaya-gaya dari luar, yang merupakan indikator
derajat manifestasi kekuatan dan corak gaya-gaya fisik (kohesi dan adhesi) yang
bekerja pada tanah selaras dengan tingkat kejenuhan airnya. Konsistensi
ditetapkan dalamtiga kadar air tanah yaitu konsistensi basah, lemab, dan
kering.
e.
Porositas Tanah
yaitu proposi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat pada
satuan volume tanah yang dapat itempati oleh air udara, sehingga merupakan
indikator kondisi draenase dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanah
yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air di udara, masuk keluar tanah
secara leluasa. Sebaliknya, jika tanah tidak poreus komposisi tanah yang ideal
adaah berasal dari kombinasi fraksi pasir, debu, dan liat dalam koposisi yang
ideal, yaitu pada tanah berstruktur lempung, agar ketersediaan air, udara dan
nutrisinya optimum.
f.
Permeabilitas
Tanah yaitu kecepatan bergeraknya suatu
cairan pada suatu media berpori dalam kondisi jenuh dinyatakan dalam cm/jam,
mulai dari sangat lambat < 0,25 cm/jam sampai sangat cepat > 25 cm /jam.
g.
Horizon Tanah yaitu lapisan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan
tanah, dengan sifat – sifat dan karakteritik yang dihasilkan oleh proses
pembentukan tanah.
3.
MACAM – MACAM BENTUK STRUKTUR TANAH, SEBAGAI BERIKUT :
a.
Tipe Lempeng yaitu bentuknya sumbu horizontal lebih
panjang dari sumbu vertikalnya. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru
terjadi secara deposisi (deposited). Ciri-cirinya:
·
Sangat tipis
< 1 mm
·
Tipis tebalnya
antara 1-2 mm
·
Sedang antara
2-5 mm
·
Sangat tebal
> 10 mm
·
Tedapat pada
lapisan padas liat.
b.
Tipe Tiang
·
Sangat
halus panjangnya < 10 mm
·
Halus
panjangnya antara 10 - 20 mm
·
Sedang antara
20 – 50 mm
·
Kasar
antara 50 – 100 mm
·
Sangat kasar
> 100 mm
·
Tanah pada
daerah beriklim kering
c.
Tipe Gumpal
·
Sangat halus
< 5 mm
·
Sedang 10 – 20
mm
·
Halus 5 – 10 mm
·
Kasar > 50
mm
·
Tanah ini
terdapat pada daerah beriklim basah
d.
Tipe Remah
·
Sangat halus,
diameter butir < 1 mm
·
Halus 1- 2 mm
·
Sedang 2 – 5 mm
·
Kasar 5 – 10 mm
·
Sangat kasar
> 10 mm
·
Berbentuk bulat
sangat porous
e.
Tipe Granuler yaitu Agregat yang membulat, biasanya
diameternya tidak lebih dari 2 mm. Umumnya terdapat pada horizon A yang dalam
keadaan lepas disebut “Crumbs” atau Spherical. Memiliki ciri-ciri berbentuk butir lepas – lepas dibedakan lagi atas kelas – kelas
seperti pada tipe remah.
f.
Tipe Kubus (Bloky): Berbentuk jika sumber horizontal
sama dengan sumbu vertikal. Jika sudutnya tajam disebut kubus (angular blocky)
dan jika sudutnya membulat maka disebut kubus membulat (sub angular blocky).
Ukurannya dapat mencapai 10 mm.
g.
Tipe Prisma yaitu bentuknya jika sumbu vertikal lebih
panjang dari pada sumbu horizontal. Jadi agregat terarah pada sumbu vertikal.
Seringkali mempunyai 6 sisi dan diameternya mencapai 16 mm. Banyak terdapat
pada horizon B tanah berliat. Jika bentuk puncaknya datar disebut prismatik dan
membulat disebut kolumner.
h.
Tipe Berbutir
Tunggal sebenarnya bukan struktur, melainkan campuran butir butir tunggal yang kasar tanpa bahan pengikat
agregat umumnya dijumpai pada tanah-tanah pasir, pasir berlempung, pasir
berdebu.
i.
Tipe Pejal, ini juga bukan struktur, tetapi disini kohesinya
sangat besar sehingga jadi pejal biasanya dijumpai pada horizon yang lebih
dalam atau gumpalan tanah pejal hasil pembajakan.
Gambar struktur tanah seperti dibawah ini:
4.
CARA MENENTUKAN
HORISON TANAH DI LAPANG
Horison ditentukan di lapang dengan
jalan membuat profil atau penampang tanah. Profil tanah adalah lubang yang
digali pada tanah dengan ukuran panjang, lebar dan dalam berturut – turut
100,150, dan 250 cm. Dalamnya agak bervariasi, pada prinsipnya sampai bahan
induk tanah. Ukuran profil dapat lebih sempit dan dangkal pada tanah – tanah
yang dangkal. Salah satu bidang tegak profil lurus profil, yang terkena sinar
matahari, diambil sebagai bidang tempat deskripsi profil. Dengan sebuah pisau
dan meteran, horison atau lapisan profil dicukil – cukil dilihat waran,
tekstur, struktur, dan konsistensinya. Kemudian ditentukan tebal, batas
peralihan dan bentuk batas peralihan dengan patokan sebagai berikut :
·
Tebal,
ditentukan dengan sentimeter
·
Batas peralihan
horizon, ditentukan dengan patokan 4
batas lapisan yakin, nyata, jelas, berangsur dan baur
·
Bentuk dari
batas peralihan ditentukan dengan patokan bentuk batas yakni, rata, berombak,
tidak teratur dan terputus.
5. TIGA JENIS TANAH:
a.
Tanah Latosol
Tanah latosol yaitu tanah
yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat tua,
sehingga kesuburannya rendah. Tanah
latosol memiliki pH 4,5-6,5. Warna tanahnya merah hingga kuning,
sehingga sering disebut tanah merah. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat
mengeras bila tersingkap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit.
Tanah latosol tersebar di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat,
Jawa Tengah, JawaTimur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua.
Tumbuhan yang dapat hidup di tanah latosol adalah padi, palawija, sayuran,
buah-buahan, karet, sisal, cengkih, kakao, kopi, dan kelapa sawit.
Latosol
tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan
ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan
gunung api kemudian mengalami proses pelapukan lanjut.
Ciri-cirinya
tanah latosol :
v
terbentuk akibat pelapukan induk batuan tufa
vulkanik
v
terbentuk di wilayah beriklim basah dengan
curah hujan antara 2000-7000 mm per tahun
v
tahan terhadap erosi
v
memiliki produktifitas sedang hingga tinggi
v
Mempunyai sifat cepat mengeras bila tersingkap
atau berada di udara terbuka
Tanah latosol di bedakan atas dua jenis, yaitu:
Tanah Latosol Berdasarkan Warna
- Latosol merah; terdapat di Pasekaran Pekalongan Jateng
- Latosol merah kekuningan; terdapat di Cibinong
- Latosol coklat kemerahan; terdapat di Citajam Bogor
- Latosol coklat; terdapat di Kanjana Bogor
- Latosol coklat kekuningan; terdapat di Sukamahi Bogor
- Latosol merah ungu; terdapat di Pleihari Kalsel
Tanah Latosol Berdasarkan Sifat Humus
- Low Humic Latosol; dengan horizon A1 sangat lemah, pH 6-7, terdapat di tempat tinggi < 2.000 feet, curah hujan < 40 inci/th, bulan kering nyata, vegetasi rumput pendek, kaktus dan algaroba
- Humic Latosol; horizon A1 mengandung banyak bahan organik, pH < 5, terdapat di tempat tinggi hingga 2.500 feet, curah hujan 40-100 inci/th, vegetasi hutan lebat yang pendek
- Ferruginous Humic Latosol; di horizon A terkumpul mineral resisten seperti magnetit, ilmenit yang cenderung membentuk kerak dengan pH asam hingga pH 6
- Hydrol Humic Latosol; horizon A1 kelabu, terdapat di daerah tinggi, curah hujan 150-350 inci/th tanpa bulan kering, vegetasi hutan lebat.
gambar tanah latosol seperti gambar di samping ini,
Tanaman yang dapat diper-gunakan atau di
tanam di daerah ini adalah padi
(persawahan), sayur-sayuran, dan buah-buahan, palawija, kelapa sawit, karet,
cengkeh, kopi, lada, dll. Secara keseluruhan tanah ini mempunyai sifat-sifat fisik
yang baik akan tetapi sifat-sifat kimianya kurang baik.
b. Tanah Aluvial
Tanah aluvial adalah tanah yang
terbentuk dari material halus hasil pengendapan aliran sungai di dataran rendah
atau lembah. Tanah aluvial ini terdapat di pantai timur Sumatra, pantai utara
Jawa, dan di sepanjang Sungai Barito, Mahakam, Musi, Citarum, Batanghari, dan
Bengawan Solo.
Jenis tanah ini masih muda, belum
mengalami perkembangan. Bahannya berasal dari material halus yang diendapkan
oleh aliran sungai. Oleh karena itu, tanah jenis ini banyak terdapat di daerah
datar sepanjang aliran sungai.
iri tanah aluvial :
v Sifatnya tergantung dari asalnya yang dibawa oleh sungai.
v Tanah aluvial yang berasal dari gunung api umumnya subur karena banyak
mengandung mineral. Tanah ini sangat cocok untuk persawahan.
v Penyebarannya di lembah-lembah sungai dan dataran pantai, seperti misalnya,
di Kerawang, Indramayu, Delta Brantas.
Gambar tanah
aluvial :
c. Tanah Pedzolik
Tanah podzolit adalah tanah yang terjadi dari pelapukan batuanyang mengandung kuarsa pada iklim basah dengan curah hujan 2500-3500 mm/tahun. Sifat tanah podzolik ini basah, jenis tanah ini banyak terdapat di pegunungan dan seperti di Nusa Tenggara. Tanah ini sangat baik untuk lahan perladangan, kebun karet, teh dan kopi. Tanah podzolik memiliki kesuburan hingga sedang, warna merah atau kuning, memiliki tekstur yang lempung atau berpasir, memiliki pH rendah, serta memiliki kandungan unsur alumunium dan besi yang tinggi. Tingkat permeabilitas, infiltrasi dan perkolasinya adalah sedang hingga lambat, pada lapisan permukaan umunya sedang dan makin ke bawah makin lambat. Penyebaran tanah podzolik terutama di sepanjang sungai-sungai besar yang terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya dan di pelembahan-pelembahan serta dataran tinggi.
Gambar tanah podzolik seperti gambar di bawah ini :
Karakteristik tanah
podzolik, antara lain :
a.
Daya simpan unsur hara sangan
rendah karena sifat lempungnya yang beraktivitas rendah.
b.
Kejenuhan unsur basah seperti
K, Ca, dan Mg, rendah sehingga tidak memadai untuk tanaman semusim.
c.
Kadar bahan-bahan organik
rendah dan hanya terdapat di permukaan tanah.
d.
Daya simpan air sangat rendah,
sehingga mudah mengalami kekeringan.
DAFTAR PUSTAKA
http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/sistem-klasifikasi-tanah-nasional/index.
Munir, Moch. 1995. Tanah-Tanah Utama di Indonesia Karakteristik,
Klasifikasi dan pemanfaatannya. Pustaka Jaya. Jakarta.
Nugraha, J.R. 1984. Diktat Ilmu Tanah. Direktorat Program Diploma,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2000.
Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Sanchez, P. 1976. Propreties and Management of Soil in the tropics.
John Willey & Sons. Inc. 411p.
Soepraptohardjo, M. dkk. 198?. Pedoman Pengmatan Tanah di Lapang.
Lembaga Penelitian Tanah, Departemen Pertanian. Bogor
Modul matakuliah Geografi tanah, Drs. Dwiyono
Hari Utomo,MSi.