A. Pengunungan Selatan (Southern Mountains) Pulau jawa.
Pegunungan selatan sebagai hasil
pelipatan pada Maosen dan berlanjut kearah Timur yaitu ke Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur (Umbgrove,1949, 41). Pegunungan selatan Jawa merupakan pegunungan kapur
dengan gejala karet dan dibeberapa tempat bagian bawah dari formasi kapur ini
didasari oleh endapan vulkanik andesit tua seperti dapat dilihat di Batur
Angung (Formasi Nglanggran) dan di Merawan. Pegunungan Selatan Jawa memanjang
arah Barat-Timur yang dimulai dari bagian Timur Teluk Tjiletuh di Jawa Barat
sampai ke bagian Barat Segara Anakan.
Dari Segara Anakan sampai ke
Parangtritis, Zona Selatan (Pegunungan Selatan) mengalami penenggelaman dengan
sisa-sisa dibeberapa tempat yang masih berada di beberapa di atas permukaan air
laut yaitu di Pulau Nusakambangan dan Karangbolong. Pada bagian yang mengalami
penenggelaman ini untuk Jawa Tengah terisi oleh endapan-endapan yang berasal
dari pengunungan Serayu Selatan.Di bagian Jawa Timur, pegunungan ini dimulai
dari parangtritis sampai ke Blambangan. Nusa Barung adalah bagian pegunungan
Selatan yang berada diatas permukaan laut, sedangkan di Utara Nusa Barung yaitu
dari Pasisiran sampai ke Puger pegunungan Selatan tertutup oleh endapan yang
berasal dari Komplek Ijang.
a.
Pegunungan
Selatan Bagian Timur
Zona Pegunungan Selatan di Jawa Timur pada umumnya merupakan blok
yang terangkat dan miring ke arah selatan. Batas utaranya ditandai escarpment
yang cukup kompleks. Lebar maksimum Pegunungan Selatan ini 55 km di sebelah
selatan Surakarta, sedangkan sebelah selatan Blitar hanya 25 km. Diantara
Parangtritis dan Pacitan merupakan tipe karts (kapur) yang disebut Pegunungan
Seribu atau Gunung Sewu, dengan luas kurang lebih 1400 km2 (Lehmann.
1939).Sedangkan antara Pacitan dan Popoh selain tersusun oleh batugamping
(limestone) juga tersusun oleh batuan hasil aktifitas vulkanis berkomposisi
asam-basa antara lain granit, andesit dan dasit (Van Bemmelen,1949). Sementara
formasi Kabuh yang dijumpai di antara Madiun-Nganjuk berada pada geomorfologi
dataran-bergelombang lemah yang merupakan sedimentasi bentukan channel
(transisi). Stratigrafi Pegunungan Selatan di Jawa Timur, telah diteliti oleh
Sartono (1964) dengan daerah telitian di daerah Punung dan sekitarnya- Pacitan.
Susunan litostratigrafinya sebagaiberikut (dari tua ke muda): Kelompok Formasi
Besole, Formasi Jaten, Formasi Nampol, Formasi Punung.
·
Formasi Besole
merupakan satuan batuan tertua yang
tersingkap di daerah ini. Sartono (1964), pencetus nama Formasi Besole
menyebutkan bahwa satuan ini tersusun oleh dasit, tonalit, tuf dasitan, serta
andesit, dimana satuan ini diendapkan di lingkungan darat.Nahrowi dkk (1978),
dengan menggunakan satuan batuan bernama Formasi Besole, menyebutkan bahwa
formasi ini tersusun oleh perulangan breksi volkanik, batupasir, tuf, dan lava
bantal, diendapkan dengan mekanisme turbidangit, pada lingkungan laut dalam. Samodaria
dkk (1989 & 1991) membagi satuan yang bernama Formasi Besole ini menjadi
dua satuan yaitu Formasi Arjosari yang terdiri dari perselingan batupasir dan
breksi, yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal, dan Formasi Mandalika
yang tersusun oleh perselingan breksi, batupasir, serta lava bantal diendapkan
pada lingkungan laut dalam.
·
Formasi Jaten
Dengan lokasi tipenya K.Jaten –
Donorojo, Pacitan (Sartono 1964), tersusun oleh konglomerat, batupasir kuarsa,
batulempung (mengandung fosil Gastrophoda, Pelecypoda, Coral, Bryozoa,
Foraminifera), dengan sisipan tipis lignit. Formasi Wuni
Dengan lokasi tipenya K.Wuni (anak
Sungai S Basoka) – Punung, Pacitan (Sartono, 1964), tersusun oleh breksi,
aglomerat, batupasir tufan, lanau, dan batugamping. Berdasarkan fauna koral
satuan ini berumur Miosen Bawah (Te.5 –Tf.1), berdasarkan hadirnya Globorotalia
siakensis, Globigerinoides trilobus & Globigerina praebuloides berumur
Miosen Tengah (N9-N12) (Tim Lemigas).
·
Formasi Nampol
Tersingkap baik di K.Nampol, Kec
Punung, Pacitan (Sartono,1964), dengann susunan batuan sebagai berikut: bagian
bawah terdiri dari konglomerat, batupasir tufan, dan bagian
atas: terdiri dari perselingan batulanau, batupasir tufan, dan sisipan serpih
karbonan dan lapisan lignit. Diendapkan pada Kala Miosen Awal (Sartono,1964)
atau Nahrowi (1979), Pringgoprawiro (1985), Samodaria & Gafoer (1990)
menghitungnya berumuri Miosen Awal – Miosen Tengah. Ketiga formasi (Jaten,
Wuni, Nampol) berhu-bungan jari-jemari dengan bagian bawah Formasi Punung.
·
Formasi Punung
dengan lokasi tipenya di daerah
Punung, Pacitan, tersusun oleh dua litofasies yaitu: fasies klastika dan fasies
kar-bonat (Sartono, 1964). Fasies karbonat, tersusun oleh batu-gamping terumbu,
batugamping bioklastik, batugamping pasiran, napal, dimana satuan ini merupakan
endapan sistim karbonat paparan. Ketebalan fasies ini 200-300 m, berumur Miosen
Tengah-Atas (N9-N16).
·
Endapan Tersier
Di daerah Pegunungan Selatan bagian
Timur, endapan yang paling muda adalah endapan terarosa dan endapan sungai yang
secara tidak selaras menutupi seri endapan Tersier
b.
Pegunungan
Selatan Bagian Barat
Struktur geologi di daerah
Pegunungan Selatan bagian barat berupa perlapisan homoklin, sesar, kekar dan
lipatan. Perlapisan homoklin terdapat pada bentang alam Subzona Baturagung
mulai dari Formasi Kebo-Butak di sebelah utara hingga Formasi Sambipitu dan
Formasi Oyo di sebelah selatan. Perlapisan tersebut mempunyai jurus lebih
kurang berarah barat-timur dan miring ke selatan. Kemiringan perlapisan menurun
secara berangsur dari sebelah utara (200 – 350) ke
sebelah selatan (50 – 150). Bahkan pada Subzona Wonosari,
perlapisan batuan yang termasuk Formasi Oyo dan Formasi Wonosari mempunyai
kemiringan sangat kecil (kurang dari 50) atau bahkan datar sama
sekali. Pada Formasi Semilir di sebelah barat, antara Prambanan-Patuk, perlapisan
batuan secara umum miring ke arah baratdaya. Sementara itu, di sebelah timur,
pada tanjakan Sambeng dan Dusun Jentir, perlapisan batuan miring ke arah timur.
Perbedaan jurus dan kemiringan batuan ini mungkin disebabkan oleh sesar blok (anthithetic
fault blocks; Bemmelen, 1949) atau sebab lain, misalnya pengkubahan (updoming)
yang berpusat di Perbukitan Jiwo atau merupakan kemiringan asli (original
dip) dari bentang alam kerucut gunungapi dan lingkungan sedimentasi Zaman
Tersier (Bronto dan Hartono, 2001).
Struktur sesar
pada umumnya berupa sesar turun dengan pola anthithetic fault blocks
(van Bemmelen,1949). Sesar utama berarah baratlaut-tenggara dan setempat
berarah timurlaut-baratdaya. Di kaki selatan dan kaki timur Pegunungan
Baturagung dijumpai sesar geser mengkiri. Sesar ini berarah hampir
utara-selatan dan memotong lipatan yang berarah timurlaut-baratdaya. Bronto
dkk. (1998, dalam Bronto dan Hartono, 2001) menginterpretasikan tanda-tanda
sesar di sebelah selatan (K. Ngalang dan K. Putat) serta di sebelah timur
(Dusun Jentir, tanjakan Sambeng) sebagai bagian dari longsoran besar (mega
slumping) batuan gunungapi tipe Mt. St. Helens.Di sebelah barat K. Opak
diduga dikontrol oleh sesar bawah permukaan yang berarah timurlaut-baratdaya
dengan blok barat relatif turun terhadap blok barat. Struktur lipatan banyak
terdapat di sebelah utara G. Panggung berupa sinklin dan antiklin. Tinggian
batuan gunung berapi ini dengan tinggian G. Gajahmungkur di sebelah
timurlautnya diantarai oleh sinklin yang berarah tenggara-baratlaut. Struktur
sinklin juga dijumpai di sebelah selatan, yaitu pada Formasi Kepek, dengan arah
timurlaut-baratdaya
c.
Pegunungan
Selatan Bagian Timur
Struktur geologi
di daerah Pegunungan Selatan bagian timur berupa perlapisan homoklin, sesar,
kekar dan lipatan. Struktur utama yang berkembang di Daerah Pegunungan Selatan
Bagian Timur ini terutama adalah sesar yang berkembang di sepanjang Sungai
Grindulu dan kemungkinan besar struktur inilah yang menimbulkan banyak dijumpai
mineralisasi di daerah ini.