STRUKTUR
GEOLOGI PULAU SUMATERA
Gambaran
Umum Pulau Sumatera
Wilayah
Sumatera merupakan bagian dari busur kepulauan Sunda, yang terbentang dari
kepulauan Andaman-Nicobar hingga busur Banda (Timor). Busur Sunda
merupakan busur kepulauan hasil dari interaksi lempeng samudera (lempeng
Indo-Australia bergerak ke utara dengan kecepatan 7 cm pertahun) yang menunjam
di bawah lempeng benua (Lempeng Eurasia). Penunjaman
lempeng terjadi di selatan busur Sunda berupa palung (trench). Disamping itu,
Penunjaman lempeng tersebut membentuk jajaran gunung-gunung api dan perbukitan
vulkanik (bukit barisan) sepanjang daratan Sumatera dan patahan Sumatera
(Sumatera Fault) yang membelah daratan Sumatera (Natawidjaja, 2004).
Pulau
Sumatra, berdasarkan luas merupakan pulau terbesar keenam di dunia. Pulau ini
membujur dari barat laut ke arah tenggara dan melintasi khatulistiwa, seolah membagi pulau Sumatra atas
dua bagian, Sumatra belahan bumi utara dan Sumatra belahan bumi selatan. Pegunungan Bukit Barisan dengan
beberapa puncaknya yang melebihi 3.000 m di atas permukaan laut, merupakan
barisan gunung berapi aktif, berjalan sepanjang sisi barat pulau dari ujung
utara ke arah selatan; sehingga membuat dataran di sisi barat pulau relatif
sempit dengan pantai yang terjal dan dalam ke arahSamudra Hindia dan dataran di sisi timur
pulau yang luas dan landai dengan pantai yang landai dan dangkal ke arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan.
Di bagian
utara pulau Sumatra berbatasan dengan Laut Andaman dan di bagian selatan
dengan Selat Sunda. Pulau
Sumatra ditutupi oleh hutan tropik primerdan hutan tropik sekunder yang
lebat dengan tanah yang subur. Gungng berapi yang tertinggi di Sumatra
adalah Gunung Kerinci di
Jambi, dan dengan gunung berapi lainnya yang cukup terkenal yaitu Gunung Leuser di Nanggroe Aceh Darussalam
danGunung Dempo di
perbatasan Sumatra Selatan dengan Bengkulu. Pulau Sumatra merupakan kawasan
episentrum gempa bumi karena
dilintasi oleh patahan kerak bumidisepanjang Bukit Barisan, yang disebut Patahan Sumatra; dan
patahan kerak bumi di dasar Samudra Hindia disepanjang lepas pantai sisi barat
Sumatra. Danau terbesar di Indonesia, Danau Toba terdapat di pulau Sumatra.
Sejarah
Terbentuknya Struktur Geologi Pulau Sumatera
Struktur
geologi adalah segala unsure dari bentuk arsitektur kulit bumi / gambaran
geometri (bentuk dan hubungan) yang diakibatkan oleh gejala - gejala gaya
endogen.Secara umum terdapat unsur -
unsur dari struktur geologi yaitu, Bidang perlapisan, Lipatan, Patahan dan
kekar atau joint.
Pada awal
berkembangnya geologi, Pemikiran geologi dimulai oleh Leonardo da Vinci
(1452-1519). Pada awalnya perkembangan geologi didominasi pemikiran klasik
(fixist), yang menganggap pembentukan orogenesa dan geosinklin terjadi di
tempat yang tetap. Mewakili pemikiran ini misalnya Erich Haarmann (1930), yang
menyatakan bahwa orogenesa terjadi karena kulit bumi terangkat seperti tumor,
dan melengser karena gaya berat. Selanjutnya pendapat ini diterapkan oleh van
Bemmelen (1933) di Indonesia sebagai Teori Undasi.
Pemikiran
lain, mobilist dikemukakan Antonio Snider-Pellgrini (1658) yang mencermati
kesamaan bentuk pantai barat dan timur Atlantik, serta Alfred Lothar Wegener
(1915) yang mengemukakan konsep “benua mengembara”. Perubahan mendasar geologi
global terjadi setelah Perang Dunia II, ketika data geofisika lantai samudera menunjukkan
bahwa jalur anomali magnet mempunyai rasio yang tetap di mana-mana. Pada 250
juta tahun yang lalu benua merupakan satu kesatuan benua induk, atau Pangea.
Perputaran bumi mendorong benua untuk bergerak ke arah kutub, sehingga benua
terpecah-pecah sebagai kepingan benua kecil-kecil seperti saat ini: 6 lempeng
utama dengan 14 lempeng yang lebih kecil. Dengan demikian maka seluruh
permukaan bumi berada di dalam satu kesatuan proses geologis yang universal:
Tektonik Global.
Pengaruh Tektonik Regional pada Perkembangan Sesar
Sumatera,
Sejarah tektonik Pulau Sumatera
berhubungan erat dengan pertumbukan antara lempeng India-Australia dan Asia
Tenggara, sekitar 45,6 Juta tahun lalu yang mengakibatkan perubahan sistematis
dari perubahan arah dan kecepatan relatif antar lempengnya berikut kegiatan
ekstrusi yang terjadi padanya. Proses tumbukan ini mengakibatkan terbentuknya
banyak sistem sesar geser di bagian sebelah timur India, untuk mengakomodasikan
perpindahan massa secara tektonik. Selanjutnya sebagai respon tektonik akibat
dari bentuk melengkung ke dalam dari tepi lempeng Asia Tenggara terhadap
Lempeng Indo-Australia, besarnya slip-vectorini secara geometri akan mengalami
kenaikan ke arah barat laut sejalan dengan semakin kecilnya sudut konvergensi
antara dua lempeng tersebut.
Pulau Sumatra tersusun atas dua
bagian utama, sebelah barat didominasi oleh keberadaan lempeng samudera, sedang
sebelah timur didominasi oleh keberadaan lempeng benua. Berdasarkan gaya
gravitasi, magnetisme dan seismik ketebalan sekitar 20 kilometer, dan ketebalan
lempeng benua sekitar 40 kilometer (Hamilton, 1979). Sejarah
tektoik Pulau Sumatra berhubungan erat dengan dimulainya peristiwa pertumbukan
antara lempeng India-Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6 juta tahun yang
lalu, yang mengakibatkan rangkaian perubahan sistematis dari pergerakan relatif
lempeng-lempeng disertai dengan perubahan kecepatan relatif antar lempengnya
berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi padanya. Gerak lempeng India-Australia
yang semula mempunyai kecepatan 86 milimeter/tahun menurun menjaedi 40
milimeter/tahun karena terjadi proses tumbukan tersebut. (Char-shin Liu et al,
1983 dalam Natawidjaja, 1994). Setelah itu kecepatan mengalami kenaikan sampai
sekitar 76 milimeter/ tahun (Sieh, 1993 dalam Natawidjaja, 1994). Proses
tumbukan ini pada akhirnya mengakibatkan terbentuknya banyak sistem sesar
sebelah timur India.
Keadaan Pulau Sumatra menunjukkan
bahwa kemiringan penunjaman, punggungan busur muka dan cekungan busur muka
telah terfragmentasi akibat proses yang terjadi. Kenyataan menunjukkan bahwa
adanya transtensi (trans-tension) Paleosoikum Tektonik Sumatra menjadikan
tatanan Tektonik Sumatra menunjukkan adanya tiga bagian pola (Sieh, 2000).
Bagian selatan terdiri dari lempeng mikro Sumatra, yang terbentuk sejak 2 juta
tahun lalu dengan bentuk geometri dan struktur sederhana, bagian tengah
cenderung tidak beraturan dan bagian utara yang tidak selaras dengan pola
penunjaman.
a.
Bagian Selatan Pulau Sumatra memberikan kenampakan
pola tektonik:
1.
Sesar Sumatra menunjukkan sebuah pola geser kanan en
echelon dan terletak pada 100-135 kilometer di atas penunjaman.
2.
Lokasi gunung api umumnya sebelah timur-laut atau di
dekat sesar.
3.
Cekungan busur muka terbentuk sederhana, dengan ke
dalaman 1-2 kilometer dan dihancurkan oleh sesar utama.
4.
Punggungan busur muka relatif dekat, terdiri dari
antiform tunggal dan berbentuk sederhana.
5.
Sesar Mentawai dan homoklin, yang dipisahkan oleh
punggungan busur muka dan cekungan busur muka relatif utuh.
6.
Sudut kemiringan tunjaman relatif seragam.
b.
Bagian Utara Pulau Sumatra memberikan kenampakan pola
tektonik:
1.
Sesar Sumatra berbentuk tidak beraturan, berada pada
posisi 125-140 kilometer dari garis penunjaman.
2.
Busur vulkanik berada di sebelah utara sesar Sumatra.
3.
Kedalaman cekungan busur muka 1-2 kilometer.
4.
Punggungan busur muka secara struktural dan
kedalamannya sangat beragam.
5.
Homoklin di belahan selatan sepanjang beberapa
kilometer sama dengan struktur Mentawai yang berada di sebelah selatannya.
6.
Sudut kemiringan penunjaman sangat tajam.
c. Bagian
Tengah Pulau Sumatra memberikan kenampakan tektonik:
1.
Sepanjang 350 kilometer potongan dari sesar Sumatra
menunjukkan posisi memotong arah penunjaman.
2.
Busur vulkanik memotong dengan sesar Sumatra.
3.
Topografi cekungan busur muka dangkal, sekitar 0.2-0.6
kilometer, dan terbagi-bagi
4.
Busur luar terpecah-pecah.
5.
Homoklin yang terletak antara punggungan busur muka
dan cekungan busur muka tercabik-cabik.
6.
Sudut kemiringan penunjaman beragam
Sesar Sumatra sangat tersegmentasi.
Segmen-segmen sesar sepanjang 1900 kilometer tersebut merupakan upaya
mengadopsi tekanan miring antara lempeng Eurasia dan India-Australia dengan
arah tumbukan 10°N-7°S. Sedikitnya terdapat 19 bagian dengan panjang
masing-masing segmen 60-200 kilometer, yaitu :
·
segmen Sunda (6.75°S-5.9°S),
·
segmen Semangko (5.9°S-5.25°S),
·
segmen Kumering (5.3°S-4.35°S),
·
segmen Manna (4.35°S-3.8°S),
·
segmen Musi (3.65°S-3.25°S),
·
segmen Ketaun (3.35°S-2.75°S)
·
segmen Dikit (2.75°S-2.3°S),
·
segmen Siulak (2.25°S-1.7°S),
·
segmen Sulii (1.75°S-1.0°S),
·
segmen Sumani (1.0°S-0.5°S),
·
segmen Sianok (0.7°S-0.1°N),
·
segmen Barumun (0.3°N-1.2°N),
·
segmen Angkola (0.3°N-1.8°N),
·
segmen Toru (1.2°N-2.0°N),
·
segmen Renun (2.0°N-3.55°N),
·
segmen Tnpz (3.2°N-4.4°N),
·
segmen Aceh (4.4°N-5.4°N),
·
segmen Seulimeum (5.0°N-5.9°N).
Kompleksitas tatanan geologi
Sumatera, perubahan lingkungan tektonik dan perkembangannya dalam ruang dan
waktu memungkinkan sebagai penyebab keanekaragaman arah pola vektor hubungannya
dengan slip-ratedan segmentasi Sesar Sumatera. Hal tersebut antara lain karena
(1) perbedaan lingkungan tektonik akan menjadikan batuan memberikan tanggapan
yang beranekaragam pada reaktivasi struktur, serta (2) struktur geologi yang
lebih tua yang telah terbentuk akan mempengaruhi kemampuan deformasi batuan
yang lebih muda.
Tatanan tektonik regional sangat
mempengaruhi perkembangan busur Sunda, di bagian barat, pertemuan subduksi
antara lempeng Benua Eurasia dan lempeng Samudra Australia mengkontruksikan
Busur Sunda sebagai sistem busur tepi kontinen (epi-continent arc) yang relatif
stabil; sementara di sebelah timur pertemuan subduksi antara lempeng samudra
Australia dan lempeng-lempeng mikro Tersier mengkontruksikan sistem busur Sunda
sebagai busur kepulauan (island arc) kepulauan yang lebih labil. Perbedaan
sudut penunjaman antara Propinsi Jawa dan Propinsi Sumatra Selatan Busur Sunda
mendorong pada kesimpulan bahwa batas Busur Sunda yang mewakili sistem busur
kepulauan dan busur tepi kontinen terletak di Selat Sunda. Penyimpulan tersebut
akan menyisakan pertanyaan, karena pola kenampakan anomali gaya berat
menunjukkan bahwa pola struktur Jawa bagian barat yang cenderung lebih sesuai
dengan pola Sumatra dibanding dengan pola struktur Jawa bagian Timur. Secara
vertikal perkembangan struktur masih menyisakan permasalahan namun jika
dilakukan pembangungan dengan struktur cekungan Sumatra Selatan,
struktur-struktur di Pulau Sumatra secara vertikal berkembang sebagai struktur
bunga.
Berdasarkan teori undasi Seksi
Andaman dan Nikobar yang pusat undasinya di Margui menghasilkan penggelombangan
emigrasi yang mengarah ke Godwanland, sehingga hal tersebut mempegaruhi
pegunungan di Sumatra Utara (Atlas dan Gayao) dimana arah pegunungan timur
barat seperti Pegunungan Gayo Tengah berbeda dengan pegunungan pada umumnya di
Sumatra yang arahnya barat laut–tenggara. Dengan demikian di Sumatra terjadi
pertemuan antar gelombang dengan pusat undasi Margui dan pusat undasi Anambas.
Titik pertemuannya adalah di Gunung Lembu, adapun busur dalam hasil
penggelombangan dari pusat undasi Margui adalah kepulauan Barren-Narkondam dan
busur luar Andaman–Nikobar–Gayo Tengah.
Sedangkan Seksi Sumatra dengan pusat
undasinya di Anambas, penggelombangan dari pusat undasi Anambas telah
berkembang sejak Palaezoikumakhir, Sehingga menghasilkan sisitem Orogene Malaya
pada Mesozoikum bawah (Trias, Jura), system Orogene Sumatra pada Mesozoikum
atas (Crataceus) dan system orogene Sunda pada priode tersier kuarter, yang
dimaksud dengan Orogene Malaya adalah busur pegunungan yang terbentuk pada
Mesozoikun bawah dengan busur Zone Karimata dan busur luar Daerah Timah. Yang
dimaksud dengan Orogene Sumatra adalah busur pengunungan yang terbentuk pada
Mesozoikun atas dengan busur dalam Sumatra Timur dan busur luar Sumatra Barat.
Yang dimaksud dengan Orogenesa Sunda adalah busur pengununagn yang terbuntuk
periode Tersier-Kuarter dengan busur dalam Bukit Barisan dan busur luar
pulau-pulau sebelah barat Sumatra. Bukit Barisan pada Mesozoikum atas masih
merupakan Foredeep, memasuki tersier baru mengalami pengangkatan pada priode
Tersier pulau-pulau di sebelah barat Sumatra dari Nias sampai Enggano belum ada
memasuki periode Kuarter baru mengalami penggkatan membentuk pulau-pulau tadi,
sampai sekarang masih mengalami pengakatan secara pelan-pelan.