BAB I
SOSOK GURU IDEAL
Guru ideal
adalah dambaan peserta didik. Guru ideal adalah sosok guru yang mampu untuk
menjadi panutan dan selalu memberikan keteladanan. Ilmunya seperti mata air
yang tak pernah habis. Semakin diambil semakin jernih airnya. Mengalir bening
dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang meminumnya.
Guru ideal
adalah guru yang mengusai ilmunya dengan baik. Mampu menjelaskan dengan baik
apa yang diajarkannya. Disukai oleh peserta didiknya karena cara mengajarnya
yang enak didengar dan mudah dipahami. Ilmunya mengalir deras dan terus bersemi
di hati para anak didiknya. Benarkah sosok itu ada? Lalu seperti apakah sosok
guru ideal yang diperlukan saat ini?
Guru ideal yang
diperlukan saat ini adalah pertama, guru yang memahami benar akan profesinya.
Profesi guru adala profesi yang mulia. Dia adalah sosok yang selalu memberi
dengan tulus dan tak mengharapkan imbalan apapun, kecuali ridho dari Tuhan
pemilik bumi. Falsafah hidupnya adalah tangan di atas lebih mulia daripada
tangan dibawah. Hanya memberi tak harap kembali. Dia mendidik dengan hatinya.
Kehadirannya dirindukan oleh
peserta didiknya. Wajahnya selalu ceria, senang, dan selalu menerapkan 5S dalam
kesehariannya (Salam, Sapa, Sopan, Senyum, dan Sabar).
Kedua, Guru yang ideal adalah guru yang
rajin membaca dan menulis. Pengalaman mengatakan, siapa yang rajin membaca,
maka ia akan kaya akan ilmu. Namun, bila kita malas membaca, maka kemiskinan
ilmu akan terasa. Guru yang rajin membaca otaknya seperti komputer atau ibarat
mesin pencari di internet ysng bernama Google. Bila ada peserta didiknya yang
bertanya, memori otaknya langsung bekerja mencari dan menjawab pertanyaan para
anak didiknya dengan cepat dan benar.
Akan terlihat wawasan guru yang
rajin membaca, dari cara bicara dan menyampaikan pengajarannya. Guru yang ideal
adalah guru yang juga rajin menulis. Bila guru malas membaca, maka sudah bisa
dipastikan dia akan malas pula untuk menulis. Menulis dan membaca adalah
kepingan mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan. Guru yang terbiasa
membaca, maka ia akan terbiasa menulis, mengapa? Dari membaca itulah guru mampu
membuat kesimpulan dari apa yang dibacanya, kemudian kesimpulan itu ia tuliskan
kembali dalam gaya bahasanya sendiri.
Menulis itu ibarat pisau yang
kalau tidak sering diasah, maka akan tumpul dan berkarat. Guru yang rajin
menulis, akan mempunyai kekuatan tulisan yang sangat tajam, layaknya sebilah
pisau. Tulisannya sangat menyentuh hati, dan bermakna. Runut serta mudah
dicerna bagi siapa saja yang membacanya.
Ketiga, Guru yang ideal adalah guru yang
sensitif terhadap waktu. Orang Barat mengatakan bahwa waktu adalah uang, time
is money. Bagi guru waktu lebih dari uang dan bahkan bagaikan sebilah pedang
tajam yang dapat membunuh siapa saja termasuk pemiliknya. Pedang yang tajam
bisa berguna untuk membantu guru menghadapi hidup ini, namun bisa juga sebagai
pembunuh dirinya sendiri. Bagi guru yang kurang memanfaatkan waktunya dengan
baik, maka tidak akan banyak prestasi yang ia raih dalam hidupnya. Dia akan
terbunuh oleh waktu yang ia sia-siakan. Karena itu guru harus sensitif terhadap
waktu.
Detik demi detik waktunya
teratur dan terjaga dari sesuatu yang kurang baik serta sangat berharga. Saat
kita menganggap waktu tidak berharga, maka waktu akan menjadikan kita manusia
tidak berharga. Demikian pula saat kita memuliakan waktu, maka waktu akan
menjadikan kita orang mulia. Karena itu, kualitas seseorang terlihat dari cara
ia memperlakukan waktu dengan baik.
Keempat, Guru yang ideal adalah guru
yang tidak terjebak dengan rutinitas kerjanya. Kesibukan kerja setiap hari
menjadi rutinitas yang tiada henti. Guru harus pandai mengatur rutinitas
kerjanya. Jangan sampai guru terjebak sendiri dengan rutinitasnya yang justru
tidak menghantarkan dia menjadi guru yang baik dan menjadi tauladan anak
didiknya. Guru harus pandai mensiasati pembagian waktu kerjanya. Buatlah jadwal
yang terencana. Buang kebiasan-kebiasaan yang membawa guru untuk tidak terjebak
di dalam rutinitas kerja, misalnya : pandai mengatur waktu dengan baik, membuat
diari atau catatan harian yang ditulis dalam agenda guru, dan lain-lain.
Rutinitas kerja tanpa sadar membuat guru terpola menjadi guru pasif bukan
aktif. Hari-harinya diisi hanya untuk mengajar saja. Dia tidak mendidik dengan
hati. Waktunya di sekolah hanya sebatas sebagai tugas rutin mengajar yang tidak
punya nilai apa-apa. Guru hanya melakukan transfer of knowledge. Tidak mau tahu
dengan lingkungan dan kondisi sekolah apalagi kondisi siswa. Dia mengganggap
pekerjaan dia adalah karirnya, karena itu dia berusaha keras agar yang
dilakukannya bagus di mata pimpinannya atau kepala sekolah. Tak ada upaya untuk
keluar dari rutinitas kerjanya yang sudah membosankan. Bahkan sampai saatnya
memasuki pensiun. Apakah ini yang disebut guru profesional?
Kelima, Guru yang ideal adalah guru
yang kreatif dan inovatif. Merasa sudah berpengalaman membuat guru menjadi
kurang kreatif. Guru malas mencoba sesuatu yang baru dalam pembelajarannya. Dia
merasa sudah cukup. Tidak ada upaya untuk menciptakan sesuatu yang baru dari
pembelajarannya. Dari tahun ke tahun gaya mengajarnya itu-itu saja. Rencana
Program Pembelajaran (RPP) yang dibuatpun dari tahun ke tahun sama, hanya
sekedar copy and paste tanggal dan tahun saja. Rencana Program pembelajaran
tinggal menyalin dari kurikulum yang dibuat oleh pemerintah atau menyontek dari
guru lainnya. Guru menjadi tidak kreatif. Proses kreatif menjadi tidak jalan.
Untuk melakukan suatu proses kreatif dibutuhkan kemauan untuk melakukan inovasi
yang terus menerus, tiada henti.Guru yang kreatif adalah guru yang selalu
bertanya pada dirnya sendiri. Apakah dia sudah menjadi guru yang baik? Apakah
dia sudah mendidik dengan benar? Apakah anak didiknya mengerti tentang apa yang
dia sampaikan? Dia selalu memperbaiki diri. Dia selalu merasa kurang dalam
proses pembelajarannya. Dia tidak pernah puas dengan apa yang dia lakukan.
Selalu ada inovasi baru yang dia ciptakan dalam proses pembelajarannya. Dia
selalu memperbaiki proses pembelajarannya melalui penelitian tindakan kelas.
Dia selalu belajar sesuatu yang baru, dan merasa tertarik untuk membenahi cara
mengajarnya. Dia belajar sepanjang hayat hidupnya.
Terakhir, Guru yang ideal adalah guru
yang memiliki 5 kecerdasan. Kecerdasan yang dimiliki terpancar jelas dari
karakter dan prilakunya sehari-hari. Baik ketika mengajar, ataupun dalam hidup
ditengah-tengah masyarakat. Kelima kecerdasan itu adalah: kecerdasan
intelektual, kecerdasan moral, kecerdasan sosial, kecerdasan emosional,
kecerdasan motorik.
Kecerdasan intelektual harus
diimbangi dengan kecerdasan moral, Mengapa? Bila kecerdasan intelektual tidak
diimbangi dengan kecerdasan moral akan menghasilkan peserta didik yang hanya
mementingkan keberhasilan ketimbang proses, segala cara dianggap halal, yang
penting target tercapai semaksimal mungkin. Inilah yang terjadi pada masyarakat
kita sehingga kasus korupsi merajalela di kalangan orang terdidik. Karena itu
kecerdasan moral akan mengawal kecerdasan intelektual sehingga akan mampu
berlaku jujur dalam situasi apapun. Jujur bukanlah kebijakan yang terbaik, tapi
jujur adalah satu-satunya kebijakan. Kejujuran adalah kunci keberhasilan dan
kesuksesan. Selain itu kecerdasan sosial juga harus dimilikin oleh guru ideal
agar tidak egois, dan tidak memperdulikan orang lain. Dia harus mampu
bekerjasama dengan karakter orang lain yang berbeda. Kecerdasan emosional harus
ditumbuhkan agar guru tidak gampang marah, tersinggung, dan mudah melecehkan
orang lain. Sedangkan kecerdasan motorik diperlukan agar guru mampu melakukan
mobilitas tinggi sehingga mampu bersaing dalam memperoleh hasil yang maksimal.
BAB II
A. 10
Langkah Jadi Guru Ideal dan Inovatif
Menjadi guru yang ideal dan inovatif
adalah sebuah tuntutan yang tak bisa dielakan. Masa depan bangsa ini ditentukan
oleh kader-kader muda bangsa, sedangkan penanggung jawab utama masa depan
mereka berada di pundak guru. Sebab guru yang langsung berinteraksi dengan
peserta didik dalam membentuk kepriadian, memberikan pemahaman, mengembangkan
imajinasi dan cita-cita, membangkitkan semangat dan menggerakan kekuatan
mereka.
Dari sosok seorang gurulah, para
siswa membayangkan masa depannya, mencanangkan sebuah impian hidupnya, dan
melihat jauh ke angkasa, terbang setinggi langit laksana anak panah yang lepas
dari busurnya. Untuk menjadi guru ideal dan inovatif yang mampu melesatkan anak
panah dengan kekuatan penuh ke angkasa, maka seorang guru perlu melakukan
beberapa hal berikut:
1.
Menguasai materi pelajaran secara mendalam
Menguasai materi pelajaran adalah
syarat utama menjadi guru ideal. Seorang guru harus mengajar materi sesuai
dengan keahliannya. Guru yang ideal adalah guru yang mengajar materi pelajaran
yang menjadi bidang, bakat, dan spesialisasinya. Bila guru tidak memiliki
bidang sesuai keahliannya maka murid bisa menjadi korban. Saat ini tantangan
dunia global semakin dinamis, kompetitif dan akseleratif menuntut guru
menyesuaikan diri dengan pembaharuan-pembaharuan yang ada, meningkatkan
pendalaman materi dan mampu membuat teori-teori baru yang progresif.
2.
Mempunyai wawasan luas
Seorang guru harus mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang terjadi di
belahan dunia, sehingga cakrawala pemikirannya menjadi luas, mendunia dan up to
date. Selalu ada hal baru yang disampaikan seorang guru akan menjadi salah satu
daya tarik murid yang bisa menggugah semangatnya mengikuti pelajaran. Para
siswa juga akan merekam penjelasan gurunya dengan baik. Namun pemikiran guru
yang luas sebaiknya memiliki hubungan dengan materi yang diajarkan.
3.
Komunikatif
Seorang guru penting berkomunikasi
dengan anak didiknya, seperti menyapa mereka dan menanyakan bagaimana
kondisinya. Guru yang suka menyapa dan memperhatikan kondisi muridnya lebih
diterima anak didiknya. Ketika guru bertanya kepada anak didiknya, mereka
merasa diperhatikan sehingga guru dianggap bagian darinya. Komunikasi guru
tersebut sangat penting sebagai pendekatan psikologis kepada anak didiknya.
Aspek penerimaan seorang guru menjadi faktor penting bagi kelancaran kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas.
4.
Dialogis
Tugas seorang guru tidak hanya
mengajar, tapi juga menggali potensi terbesar anak didiknya. Tugas ini sulit
terlaksana kalau dalam mengajar seorang guru hanya mengandalkan metode ceramah,
sekedar memberikan materi an sich, tanpa ada ruang dialog. Metode dialog
interaktif melibatkan dua atau tiga arah, misalnya murid bertanya, guru
menanggapi, lalu ditanggapi lagi oleh siswa lain. Dalam metode dialog
interaktif guru tidak boleh merasa paling benar, pintar, dan paling tahu segala
masalah.
5.
Menggabungkan teori dan praktik
Bila dalam pembelajaran anak didik
hanya dijejali dengan teori tanpa ada praktik, maka mereka akan mudah jenuh.
Praktik sangat diperlukan sebagai media menurunkan, mengendapkan, dan
melekatkan pemahaman materi pada otak anak didik. Praktik bisa berupa turun
langsung ke lapangan atau ke laboratorium. Dengan praktik, ilmu dapat
berkembang dengan pesat dan anak didik terlatih untuk menerapkan ilmu yang
dipelajari. Praktik menjadi suatu keharusan pada semua materi, khususnya materi
yang membutuhkan aplikasi sehari-hari. [Akhwani]
BAB III
Peran dan
Fungsi Guru
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran
guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan
dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein
(1997). Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi
para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki
standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan
disiplin. Peran guru sebagai pendidik
(nurturer) berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak
untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan
jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas
tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar,
persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan
hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat
disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab
pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat
laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
2. Guru Sebagai Pengajar
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti
motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal,
tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika
factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat
belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi
peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran,
yaitu : Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya,
Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang
bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan
metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus
senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah
dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
3. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu.
Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga
perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam
dan kompleks.
Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk
melaksanakan empat hal berikut.
Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang
hendak dicapai.
Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan
yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak
hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.
Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar.
Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.
4. Guru sebagai Pemimpin
Guru diharapkan
mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru menjadi pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam.
5. Guru sebagai
pengelola pembelajaran
Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu ,guru juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan
keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak
ketinggalan jaman.
6. Guru Sebagai
Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang
yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk
menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak.
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat
sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau
mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru :
Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui
pengalaman dan kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir,
Perilaku neurotis, Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum
Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus
berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri.
Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan
dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang
bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak
mengulanginya.
7. Sebagai
anggota masyarakat
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru
diharapkan
dapat
berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia
dapat
mengembangkan
kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya. Guru perlu juga memiliki
kemampuan untuk
berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui
kegiatan olah
raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab
kalau tidak
pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa
diterima oleh
masyarakat.
8. Guru sebagai administrator
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai
administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Guru akan dihadapkan pada
berbagai tugas administrasi di sekolah. Oleh karena itu seorang guru dituntut
bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses
belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang
dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan
sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya
dengan baik.
9. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua,
meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam
beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat
keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat
menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih
mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
10. Guru
Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang
bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas
antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang
tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang
belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang
harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan.
Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini
kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik.
Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah
pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
11. Guru
Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru
dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut.
Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek
dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan
menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh
seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang
lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan
menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin
saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang
lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.
12. Guru
Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik,
menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak”
stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan
seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan,
kebodohan dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan
peran sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan
mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya
diri.
13. Guru
Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks,
karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang
mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin
dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih,
dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga
tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
14. Guru
Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal
hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap
kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui
kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai
evaluator.
Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu.
Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara
yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu
berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari
tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi
bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang
menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun
dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju
kehancuran.
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya Kusumah
(wijayalabs.blogdetik.com)
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif,
Kreatif dan Inovatif, Jogjakarta: 2009
http:/profesipend/PerananGuruDalamPendidikan.htm
Prof. Mohammad Surya dan Prof. Abin
Syamsuddin Makmun