Pada
hampir kebanyakan negara-negara berkembang, ada kecendrungan untuk menjadikan
cahaya matahari (sun), pantai (shore) pasir (sand) dan bahkan seks, yang dikemas dengan daya tarik seni budaya
serta keramahtamahan untuk menarik wisatawan datang berkunjung pada suatu
daerah tujuan wisata (DTW). Dengan cara demikian, pembangunan pariwisata
sebagai suatu industri menjadi sesuatu yang mudah untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, yaitu dengan cara mengeksploitasi keindahan alam, seni
budaya dan keramahtamahan untuk mengatasi defisit neraca pembayaran yang
dialaminya. Pariwisata seakan-akan dapat memberikan keuntungan yang besar, tapi
lama-kelamaan akhirnya banyak menimbulkan masalah. Hal inilah yang menyebabkan
perlunya perencanaan yang matang dalam pengembangan kepariwisataan. Pariwisata
sebagai suatu industri diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi di DTW atau
negara yang dikunjungi wisatawan.
Pariwisata
memiliki pengaruh yang sangat besar. Pengaruhnya dapat dirasakan, mulai dari kota, desa, kampong,
bahkan jauh sampai kepedalaman. Pariwisata berhasil memindahkan Italian Art dari Roma, memindahkan tata
cara makan dan minum dari Inggris, seni arsitektur dan kesusastraan dari
Jerman, berpakaian yang menawan ala Paris
sampai kebebasan seks dari Amerika. Satu
hal yang selama ini tidak disadari, pariwisata telah berhasil menggerakkan
orang-orang di seluruh dunia untuk dapat berbahasa Inggris, agar dapat
berkomunikasi dengan wisatawan. Akibat lebih jauh, di DTW yang banyak
dikunjungi wisman bermunculan kursus-kursus singkat bahasa Inggris, Jepang,
atau Perancis, walaupun kualitas kurang memadai tetapi sangat membantu penduduk
setempat meningkatkan kemampuannya untuk menguasai bahasa asing.
Pengaruh
lain dari kegiatan pariwisata adalah orang-orang bebas bergerak dari suatu
tempat ke tempat lain, dari lingkungan yang satu ke lingkungan lain yang sama
sekali berbeda bangsa dan agama. Masing-masing wisatawan memiliki kebiasaan,
tingkah laku dan keinginan yang berbeda-beda bahkan bertolak belakang dengan
tata cara hidup (the way of life) masyarakat
yang dikunjungi. Gejala ini dapat membuat sektor pariwisata menjadi suatu yang
dianggap peka yang dapat mempengaruhi hubungan antar bangsa.
Menurut
WTO (dalam Yoeti, 2006), pengaruh pariwisata terhadap kehidupan sosial
masyarakat dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:
1.
Polarization of the population
Penduduk setempat sudah terpolarisasi. Perolehan
pendapatan masyarakat tidak proporsional, kebanyakan penduduk ingin menjadi
kaya secara mendadak dan berusaha memburu dolar dengan jalan pintas tanpa memiliki
keterampilan yang berarti.
2.
Breakdown of the family
Dengan masuknya wisatawan asing yang selalu silih
berganti dan terjadinya intensitas pergaulan antara yang melayani dan yang
diberikan pelayanan, timbul ekses negatif demi memenuhi kebutuhan biologis
masing-masing. Pria asing mencari wanita setempat dan pemuda setempat
menawarkan diri sebagai gigolo. Akaibat lebh jauh lagi, banyak terjadi
perceraian di DTW tersebut.
3.
Development of the attitudes of
consumption oriented society
Berkembangnya tingkah laku masyarakat yang berorientasi
pada konsumsi semata memunculkan pelacuran, kecanduan obat, perdagangan obat
bius, mabuk-mabukan dan ketidak patuhan terhadap undang-undang yang berlaku.
Diamping
itu, segi positif dari kepariwisataan juga cukup banyak, antara lain:
1.
Struktur
sosial
§
Transisi
kesempatan kerja dari sektor pertanian ke sektor pelayanan.
§
Modernisasi
dalam cara-cara pertanian dan penjualan hasil panen.
§
Pemerataan
pendapatan masyarakat di DTW yang dikunjungi wisatawan.
§
Berkurangnya
perbedaan dalam pendidikan dan kesempatan berusaha atau pekerjaan.
2.
Modernisasi
keluarga
§
Kaum
wanita memperoleh status baru, dari petani tradisional berubah menjadi
pedagang, pemilik toko cendera mata, restoran atau bekerja sebagai pengrajin
bahkan karyawan hotel.
§
Terjadi
kelonggaran perlakuan terhadap anak-anak, dari disiplin ketat menjadi anak yang
bebas memilih sesuai dengan yang dicita-citakannya.
3.
Peningkatan
dalam wawasan masyarakat
§
Terjadinya
perubahan tingkah laku kea rah yang positif, terutama dalam etiket dan cara berkomunikasi
antar sesama.
Dapat menghilangkan prasangka-prasangka negatif
terhadap etnis lain.