Larman dan Durst dalam jurnal yang berjudul “Typologising
nature-based tourists by activity” (2007), mendefinisikan bahwa sifat dasar
pariwisata sebagai jenis kegiatan pariwisata berisi tiga elemen spesifik, yaitu
: pendidikan, rekreasi, dan petualangan dengan jenis kegiatan yang berada di
bawah definisinya: pengalaman yang bergantung pada alam, pengalaman yang
ditingkatkan oleh alam, dan pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba bukan di
setting berdasarkan alam.
Larman
dan Durst dalam jurnal yang sama (2007) mengungkapkan bahwa pendekatan definisi
yang hanya melihat alam sebagai dasar pariwisata dapat menyesatkan karena
memperlakukan wisatawan sebagai kelompok homogen tunggal sedangkan terdapat
berbagai tipologi yang mengacu pada berbagai jenis pengalaman berbasis alam,
kegiatan dan wisatawan. misalnya, menggunakan tingkat minat dan tingkat
wisatawan menggunakan fisik ketika berwisata untuk membedakan antara soft ecotourist dan hard
ecotourist.
Lindberg
didalam jurnal “Typologising nature-based
tourists by activity” (2007),
menambahkan bahwa terdapat empat jenis wisatawan yang berbasis alam,
diantaranya : a. Hard-core, dimana sifat turis yang mewakili peneliti ilmiah
atau anggota wisatawan yang dirancang untuk pendidikan, b. Dedicated, sifat
wisatawan yang merupakan orang-orang yang mengambil perjalanan spesifikasi
untuk melindungi kawasan destinasi , memahami sejarah lokal, alam, dan budaya,
c. Mainstream, wisatawan yang melakukan perjalanan tidak biasa atau ekstrim,
dan yang terakhir adalah d. Casual, sifat wisatawan yang mengambil alam sebagai
bagian dari jadwal yang lebih luas.
Lebih
jauh diungkapkan oleh Acott, La Trobe, dan Howard dalam menanggapi variasi
wisatawan didalam jurnal ini, menurutnya peran wisatawan bervariasi sepanjang
kontinum mulai dari ecocentrism ke antroposentrisme. Asumsi mereka adalah
bahwa individu tertentu ideologis dapat menjadi ekowisata yang terlepas dari
lokasi, misalnya, seseorang yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, meskipun
mengunjungi situs non-eko wisata seperti kota,mereka tetap masih bisa menjadi ekowisata, sedangkan orang
yang berada dalam lokasi ekowisata yang sama dapat menjadi non-ekowisata.
Larman
dan Durst lebih spesifik menunjukkan sejauh mana wisatawan telah didorong oleh
faktor alam untuk memutuskan melakukan perjalanan. Berdasarkan informasi ini,
peneliti yaitu mehmet mehmetoglu dalam jurnalnya yang berjudul “Typologising nature-based tourists by
activity”(2007) kemudian membuat klasifikasi para wisatawan berbasis alam
kedalam beberapa segmen yaitu kegiatan wisata dan motivasi wisatawan, meliputi
wisatawan yang terlibat dalam kegiatan, serta sejauh mana pengetahuan wisatawan
tentang kegiatan yang terlibat, ini semua digunakan sebagai masukan dalam upaya
peneliti untuk menentukan varietas yang berbeda alam berbasis turis, untuk
profil lebih lanjut setiap segmen disesuaikan dengan karakteristik
sosio-demografi dan berbagai perjalanan.
Segmentasi
pasar adalah proses dimana pasar seperti ecotourists
dibagi menjadi komponen sub khas atau segmen pasar sehingga tepat dan target
biaya pemasaran yang efektif dan strategi manajemen dapat dikembangkan untuk
masing-masing segmen. Melalui segmentasi pasar, pemasaran dan usaha manajemen
dapat difokuskan dengan cara yang paling efisien untuk melayani konsumen yang
sudah ada, menarik pelanggan baru yang mirip dengan klien yang sudah ada, dan
mengidentifikasi pasar yang kurang terwakili untuk perekrutan potensial.
Berkaitan
dengan ekowisata, segmentasi pasar dapat dilakukan di dua levels. Tingkatan
pertama adalah untuk menentukan bagaimana perbedaan ecotourists dari konsumen dan wisatawan pada umumnya, sedangkan
yang kedua adalah untuk mengidentifikasi dari konsumen dan wisatawan pada
umumnya, sedangkan yang kedua adalah untuk mengidentifikasi karakteristik sub
kelompok ecotourists. ada kriteria beberapa standar yang digunakan dalam
segmentasi pasar, termasuk motivasi, sikap dan perilaku yang sering dianggap
secara terpisah, namun digabungkan di sini karena motivasi dan perilaku
pengaruh sikap dan variabel-variabel ini perlu diperhitungkan secara bersamaan
ketika segmentasi pada dasar menentukan hard
dan soft
ecotourist (Weaver, 2001:45).
Sementara pengakuan
perbedaan yang komphrehensif mengenai perbedaan soft ecotourist dan hard
ecotourist yang dirangkum oleh david weaver (2006:211) bahwa kelompok hard ecotourist pada dasarnya adalah
sebuah bentuk pariwisata alternatif yang melibatkan kelompok-kelompok kecil ecotourists yang mengambil perjalanan
khusus dengan waktu yang relatif panjang dan relatif tidak terganggu, di mana
kesempatan untuk mencoba kegiata wisata dengan menggunakan fisik dan mental
serta mendapatkan pengalaman dari jenis kegiatan wisata yang menantang.
Biasanya hard ecotourists tidak
bergantung pada sektor memfasilitasi seperti perjalanan lembaga dan tour and travel, atau layanan di tempat
tujuan. Sedangkan soft ecotourists
terkait dengan pasar wisata lebih konvensional yang melibatkan kegiatan wisata
fisik, mental danwisata yang bersifat tantangan dalam durasi yang relatif
singkat atau memiliki perjalanana wisata yang multi-tujuan perjalanan. Kelompok
soft ecotourist umumnya lebih memilih
tingkat kenyamanan yang tinggi dan fasilitasi selama pengalaman.
Weaver
(2006: 212) menyebutkan bahwa tipologi motivasi yang komprehensif antara soft dan hard ecotourist terlihat serupa, tetapi berbeda dalam konsep dasar
yang krusial terutama pada cakupan dan
filosofi. Sedangkan untuk kelompok soft
ecotourist lebih didasarkan pada karakteristik pasar dan pengalaman (fokus
khusus atau pengalihan, layanan sedikit atau banyak).
Analisis komprhenesif yang
berasal dari dua tipe karakteristik antara soft dan hard ecotourist dan mungkin
mencerminkan pola ekowisata yang dominan di dunia nyata.
Contoh karakteristik dari kelompok Soft Ecotourists, misalnya tipe karakteristik soft ecotourist yang beriwsata hanya untuk kesenangan belakan dan
tergantung kepada jasa pelayanan wisata diharapkan tidak membawa pengalaman
wisata mereka keluar, sedangkan motivasi dari hard ecotourist sering menjadi pertimbangan
yang kuat dan memiliki keinginan
untuk memperbaiki dunia.
Keberpihakan tersebut yang menyiratkan bahwa hard ecotourists lebih unggul dari soft
ecotourist , tidak dapat dihindari atau bahkan diinginkan oleh perusahaan
dalam hal mewujudkan potensi sektor ekowisata untuk mencapai hasil
keberlanjutan.
Karkteristik
Hard dan Soft Ecotourists
Karakteristik hard ecotourists memiliki sikap biosentris yang kuat dan memerlukan
komitmen yang mendalam terhadap isu-isu lingkungan, keyakinan bahwa kegiatan seseorang ketika melakukan kegiatan ekowisata
harus meningkatkan dasar,
berinteraksi secara mendalam dan bermakna dengan lingkungan alam. Ini motivasi
dan sikap ini menimbulkan preferensi untuk pengalaman secara aktif baik kegiatan
wisata yang melibatkan fisik dan kegiatan wisata yang menantang dimana
melibatkan kontak pribadi yang dekat dengan alam dan tidak memerlukan jasa layanan wisata. Dalam hal karakteristik
perjalanan, hard ecotourists lebih
memilih membuat pengaturan perjalanan sendiri, perjalanan kelompok kecil dan
perjalanan khusus yang membutuhkan cukup waktu untuk mengakses tempat-tempat
alami yang relatif tidak terganggu yang
mereka inginkan (Weaver,2001:43).
Sedangkan karakteristik
soft ecotourists menurut Weaver (2001:44), diantaranya menunjukkan komitmen
mereka terhadap isu-isu lingkungan tidak sedalam seperti yang hard ecotourists, sikap mereka lebih
sugestif steady state daripada
keberlanjutan enhancive, dan tingkat
yang keterlibatan diinginkan dengan lingkungan alam relatif dangkal. Pengalaman
yang disukai soft ecotourist secara
fisik kurang berat dan didukung oleh akomodasi, makan dan fasilitas toilet,
tempat parkir, dan layanan lainnya. Umumnya perjalanan mereka dengan kelompok
besar dan soft ecotourists tidak
keberatan bergabung dengan kelompok soft
ecotourists lainnya. Soft ecotourist
biasanya terlibat dalam komponen salah satu ekowisata yang sering melakukan
kegiatan wisata dengan waktu relatif singkat. Sampai-sampai mereka mencari
keterlibatan dan pengalaman belajar yang berhubungan dengan alam, soft ecotourist lebih baik melalui
mediasi tur, jalur interpretasi, atau pusat-pusat interpretatif. Soft Ecotourist juga mengkin lebih
menyukai untuk mengatur perjalanan wisata yang dibuat secara formal melalui
agen-agen perjalanan dan operator tur.
Didalam buku Weaver yang berjudul Ecotourism
(2001:46) dapat disimpulkan bahwa gagasan hard
/ soft ecotourist kontinum pertama kali diusulkan oleh Laarman dan Durst
(1987), dan sejak itu mendapat dukungan substansial dalam literatur sebagai
kerangka penting (misalnya Linberg 1991, Orams 2001, Pearce & Moscardo
1994, Weaver & Lawton 2001, Weiler & Richins 1995). Kebutuhan untuk
memahami kontinum ini tidak dapat dilebih-lebihkan, karena motivasi dan
preferensi experiental adalah jenis ekowisata yang berbeda akan mempengaruhi
jenis produk ekowisata yang dicari dan, karenanya, klien yang tertarik pada
tujuan bisnis tertentu perlu merumuskan variasi kontinum hard / soft yang jelas dalam literatur ekowisata.
No comments:
Post a Comment