"PORTAL GEOGRAFI, LINGKUNGAN DAN TATA KOTA" Gapai mimpimu untuk masa depan yang lebih baik

PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT UNTUK TANAMAN PANGAN

Pemanfaatan lahan gambut untuk usaha pertanian, didahului dengan tindakan reklamasi, dilakukan dengan pembuatan saluran drainase untuk membuang air berlebih sehingga tercipta lingkungan tanah yang cocok untuk tanaman tertentu. Konsekuensinya adalah kemungkinan terjadinya “over drained” cukup besar terutama bila diarahkan untuk pertanian lahan kering. Over drained inilah merupakan asal mula dari kerusakan lahan dan lingkungan lahan gambut. Penggunaan lahan gambut untuk pertanian lahan kering dapat dikatakan mustahil untuk mencapai pertanian yang "sustainable".
 
Ameliorasi
Upaya untuk mengatasi kendala yang ada untuk usahatani tanaman pangan sudah banyak dilakukan. Untuk mengatasi kemasaman tanah dan status hara yang rendah, dilakukan dengan cara menambahkan bahan ameliorasi dan pupuk. Perlakuan amelioran diharapkan memperbaiki pH tanah, meningkatkan ketersediaan hara, dan meningkatkan kemampuan adsorpsi tanah. Ambak et al (1991) menyatakan bahwa pengapuran dan pemberian unsur mikro meningkatkan produksi jagung (Tabel 5 dan 6). Sedangkan Chua dan Faridah (1991) mengatakan bahwa makin tinggi tingkat input dalam bentuk kapur dan pupuk yang diberikan maka produksi beberapa tanaman hortikultura meningkat sangat tajam. Hal ini membuktikan bahwa tanah gambut sangat memerlukan masukan yang tinggi. Tanpa ada masukan sama sekali maka kita tidak mungkin melakukan usahatani di lahan gambut akan menguntungkan. Disamping dengan kapur, ameliorasi juga dapat dilakukan dengan abu bakaran limbah kayu atau serasah tanaman. Abu serasah dapat meningkatkan pH, KB dan basa-basa tanah sehingga produksi kedelai meningkat (Subiksa et al. 1995). Pemupukan unsur mikro seperti terusi, magnesium sulfat dan seng sulfat masing-masing 15 kg/ha/tahun, mangan sulfat 7 kg/ha, sodium molibdat dan borax masing-masing 0,5 kg/ha/th. Penambahan Cu dan Mo sebagai pelengkap pupuk dapat meningkatkan hasil padi dan mengurangi kehampaan gabah (Subiksa et al, 1995 ; Supriyo et al.1991 dan Ambak et al. 1991).
 
Tata Air Mikro
Masalah asam-asam organik beracun dapat ditanggulangi dengan membuat parit-parit drainase untuk membuang kelebihan air dan mengurangi kadar asam-asam organik. Ismunaji et al. (1991) mengemukakan bahwa semakin pendek interval/jarak antar parit drainase lapang maka hasil padi, jagung, kedelai dan kacang tanah yang diperoleh makin baik (Tabel 7). Jadi untuk usahatani tanaman pangan maka pengelolaan air dengan drainase lapang juga sangat diperlukan, disamping saluran drainase utama. Walaupun kita perlu membuang asam-asam organik, namun kita tidak boleh sampai membuang habis asam-asam tersebut karena asam-asam organik adalah bagian dari tanah gambut yang memiliki muatan (aktif). Tanpa asam organik maka tanah gambut tidak lebih dari sepotong ranting yang kering yang tidak memiliki kemampuan untuk menjerap dan menyediakan unsur hara bagi tanaman.
Mengurangi pengaruh buruk asam-asam organik beracun juga dapat dilakukan dengan penambahan bahan-bahan yang banyak mengandung kation polivalen seperti terak baja, tanah mineral laterit/ Oxisols atau lumpur sungai. Pemberian tanah mineral berkadar besi tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi (Salampak, 1999), namun pemberian yang berlebihan > 7,5% erapan maksimum Fe, pertumbuhan tanaman cendrung tertekan. Hal ini diperkuat oleh penelitianRachim (1995) bahwa pemberian Al, Fe dan Cu yang terlalu tinggi, kemasaman tanah akan meningkat dan pertumbuhan tanaman cendrung terganggu.
Share:

Wikipedia

Search results