Peran Satwa
dalam Proses Reklamasi Lahan Tambang
Peran satwa
dalam proses reklamasi lahan bekas tambang membantu mempercepat proses suksesi
sehingga diperlukana penanaman jenis tanaman buah yang berfungsi sebagai
fasilitator munculnya burung. Jika burung telah masuk ke dalam habitat, hal ini
akan lebih mempercepat regenerasi hutan. Dimana burung akan memakan buah-buahan
tersebut dan melepaskan kotoran ke lantai hutan. Kotoran burung akan mengundang
mikroba untuk mempercepat proses dekomposer di tanah. Disamping itu burung juga
akan menjadi pollinator, dimana melalui kotorannya biji akan keluar dan mudah
untuk berkecambah. Spesies yang di tanam haruslah simbiosis mutualisme agar
proses suksesi berjalan dengan cepat. Satwa juga berperan penting dalam
kegiatan penyerbukan dan penyebaran benih tanaman dalam suatu ekosistem.
Ada beberapa
jenis pohon yang dapat mengundang burung ke dalam suatu ekosistem yaitu pohon
beringin (Ficus benjamina), salam (Eugenia polyanta), melastoma (Melastoma
malabathricum), macaranga (Macaranga mappa), mallotus (Mallotus Spp)
dan trema. Pohon-pohon ini mempunyai buah yang di sukai oleh burung sebagai
sumber makanan. Sedangkan untuk habitat burung biasanya adalah pohon-pohon
bercabang sejajar seperti pulai (Alstonia scholaris).
Pohon yang
disukai burung biasanya mempunyai karakter daun lunak yang cepat terdekomposisi
dan mengandung nitrogen yang tinggi. Pada akhirnya satwa sangat berperan dalam
pembentukan struktur hutan, dimana struktur hutan sangat berkaitan erat dengan
komposisi jenisnya.
Satwa dengan
berbagai macam ukuran adalah bagian yang sangat diperlukan dari sebuah
ekosistem hutan. Sebagai factor biotic mereka mempunyai pengaruh yang nyata
untuk komposisi komunitas hutan dan berlangsungnya siklus ekosistem. Satwa,
dikatakan sangat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu lingkungan fisik dan oleh
tumbuhan dimana tempat mereka berasosiasi.
Tumbuhan
menyediakan tempat berlindung dan makanan bagi satwa. Makanan yang dihasilkan
dari tumbuhan hijau hasil dari hubungan erat antara tumbuhan-satwa; mereka
membentuk rantai makanan. Masing-masing rantai makanan terdiri dari pemakan
tumbuhan (herbivore), hewan predator dan parasit makan pada phytopages dan ada
juga binatang memakan bangkai hewan dan kotoran. Siklus rantai makanan tumbuhan
– satwadilengkapi oleh pengurai (tumbuhan-hewan) menguraikan mineral sampah
tumbuhan dan kotoran satwa.
Penataan Ruang dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pelaksanaan penataan ruang dilapangan tidak selalu
berjalan dengan mulus. Masih sering terdapat perbenturan yang ditimbulkan oleh
konflik kepentingan antar-sektor. Seperti yang sudah diketahui bahwa
ketidakteraturan dalam penataan ruang menimbulkan masalah lingkungan yang amat
luas jangkauannya. Kaitan AMDAL dengan Penataan Ruang Wilayah sering
dipertanyakan. Untuk itu uraian tentang hal ini perlu dipahami, agar
menempatkan AMDAL sebagai instrumen pengaman masa depan dalam konteksnya dengan
penataan ruang.
Buku ini menguraikan dengan jelas tentang permasalahan pengelolaan lingkungan hidup yang penjabarannya meliputi: perubahan fungsi dan tatanan lingkungan; penurunan daya dukung lingkungan; penurunan mutu lingkungan; pengurasan dan penyusutan keanekaragaman fauna dan flora; adanya ketidakterpaduan pengelolaan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan sumberdaya buatan dalam pengelolaan lingkungan hidup; kurang optimalnya pemanfaatan ruang wilayah; perusakan dan pencemaran lingkungan; rendahnya peranserta masyarakat; kurang lengkap dan kurang konsistennya sistem informasi lingkungan; belum terintegrasinya ekonomi lingkungan dalam perhitungan investasi pembangunan; belum berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan; lemahnya penegakan hukum untuk pengelolaan lingkungan. Pemahaman tentang masalah-masalah pengelolaan lingkungan ini sangat berarti dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan dalam kaitannya dengan pengelolaan lingkungan hidup.
Baik dilihat dari sudut pemahaman kebijaksanaan penataan ruang maupun dari sudut teknis penataan ruang, buku ini memberikan sumbangan yang amat berharga. Berbagai hal yang kurang mendapat perhatian dalam praktek, yang bermuara pada tidak dapat dilaksanakannya tentang penataan ruang, diuraikan dalam buku ini
Buku ini menguraikan dengan jelas tentang permasalahan pengelolaan lingkungan hidup yang penjabarannya meliputi: perubahan fungsi dan tatanan lingkungan; penurunan daya dukung lingkungan; penurunan mutu lingkungan; pengurasan dan penyusutan keanekaragaman fauna dan flora; adanya ketidakterpaduan pengelolaan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan sumberdaya buatan dalam pengelolaan lingkungan hidup; kurang optimalnya pemanfaatan ruang wilayah; perusakan dan pencemaran lingkungan; rendahnya peranserta masyarakat; kurang lengkap dan kurang konsistennya sistem informasi lingkungan; belum terintegrasinya ekonomi lingkungan dalam perhitungan investasi pembangunan; belum berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan; lemahnya penegakan hukum untuk pengelolaan lingkungan. Pemahaman tentang masalah-masalah pengelolaan lingkungan ini sangat berarti dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan dalam kaitannya dengan pengelolaan lingkungan hidup.
Baik dilihat dari sudut pemahaman kebijaksanaan penataan ruang maupun dari sudut teknis penataan ruang, buku ini memberikan sumbangan yang amat berharga. Berbagai hal yang kurang mendapat perhatian dalam praktek, yang bermuara pada tidak dapat dilaksanakannya tentang penataan ruang, diuraikan dalam buku ini
http://pustaka.pu.go.id/new/resensi-buku-detail.asp?id=317