Kegiatan pertanian selalu berhubungan
dengan faktor-faktor agroekologi, yang meliputi komponen biotik dan
abiotik yang saling berinteraksi dalam agroekosistem. Warren (2008:17)
mengatakan bahwa dalam banyak sistem pertanian yang dikelola manusia,
Tanaman budidaya yang di tanam akan berinteraksi dengan ekologi
disekitarnya. Mekanisme ekologi yang terjadi ditentukan oleh komposisi
tanaman pertanian dan juga ditentukan oleh faktor abiotik seperti kimia
tanah, iklim, dam manajemen atau pengolahan pertanian (Warren 2008:18).
Sedangkan Pokok bahasan utama dari
ekologi landscape adalah untuk memahami pengaruh pola dari beragamnya
spesies yang ada dan proses yang terjadi pada landscape tersebut (Warren
2008:164). Menurut Warren (2008:165), spesies akan saling berinteraksi
dengan landscape yang mereka tinggali, dan kemungkinan hubungan
tersebut menjadi faktor penting bagi keberlangsungan hidup spesies
tersebut.
Landscape mempunyai dua elemen penting,
yaitu berhubungan dengan bagaimana lingkungan dapat berubah baik secara
waktu maupun ruang, maupun apa dampak dari perubahan lingkungan
tersebut dengan spesies tertentu (Warren, 2008:172).
Dalam sebuah ekosistem, ada berbagai
macam tipe spesies yang bisa diklasifikasikan jika ditinjau dari
mobilitas dan tingkat kelahirannya. Spesies yang memiliki mobilitas
tinggi lebih mudah terkolonisasi dari pada spesies yang tidak memiliki
mobilitas tinggi. sedangkan spesies yang memiliki tingkat kelahiran yang
rendah akan rentan terhadap landscape yang sering berubah-ubah,
contohya adalah landscape pertanian. (Warren 2008:165).
Dalam dunia pertanian, hubungan antara
spesies dengan landscapenya merupakan hal yang penting. Hal ini
dikarenakan landscape dari lahan pertanian merupakan yang paling dinamis
dari semua jenis landscape. Hal tersebut ditambah fakta bahwa pertanian
merupakan kegiatan yang berhubungan dengan mengatur populasi dari
berbagai spesies, mendukung berberapa spesies untuk tumbuh, dan
mengeleminasi spesies yang tidak diinginkan (Warren, 2008:169).
Namun demikian,beberapa spesies yang
hidup di lingkungan pertanian dapat berkembang dengan baik pada tempat
tertentu, namun tidak dapat berkembang baik pada tempat yang lain
(Warren 2008:172). Maka dari itu, untuk memahami bagaimana hubungan
antara populasi sebuah spesies baik yang dibutuhkan dalam pertanian
maupun yang tidak dibutukan pada lahan pertanian (farmed environtment),
maka diperlukan pemahaman mengenai bagaimana lingkungan dapat berubah
baik secara waktu maupun ruang, maupun apa dampak dari perubahan
lingkungan tersebut dengan spesies tertentu (Warren 2008:172).
Sehingga jalas diketahui hubungan antara agroekologi terhadap agrolandscape
Dibidang pertanian, keuntungan dengan
adanya model landscape adalah mengenai kebijakan dalam penggunaan lahan.
Lebih lanjut,adanya ilmu mengenai landscape dapat mempredikisi dampak
buruk lingkungan, seperti perubahan populasi burung dikarenakan
bertambahnya lahan tanah untuk ladang (arable land). Lebih
detailnya, keuntungan dari adanya landscape adalah dapat digunakan
sebagai simulasi bagi para petani untuk menentukan lahan yang cocok
untuk produksi pertaniannya (Warren, 2008:174).
Terlebih lagi, perkembangan landscape
persawahan (farmed landscape), tidak hanya sebatas hubungan ekologi
sederhana antara komponen biotik dan abiotik semata, namun juga
mencangkup hubungan holistik atau menyeluruh mengenai ekologi berupa
suplai air murni, pencegahan banjir, penjagaan habitat alami, dan
mendukung komunitas perkampungan. Pemahaman yangbaru akan ilmu
landscape khususnya dibidang ekologi nantinya akan memberikan pandangan
dan kebijakan yang berbeda dalam penggunaan lahan (Warren dan Topping
dalam Warren, 2008:174).
Dalam lingkup persawahan, terjadi proses
ekologi mengenai hewan, tumbuhan, nutrisi, pestisida residu, dan lain
lain. Spesies yang hidup dalam lahan pertanian cenderung untuk memiliki
mobilitas tinggi dan kurang memiliki habitat yang spesifik jika
dibandingkan dengan spesise yang hidup di alam bebas.
Tipikal dari Agro-landscape (agricultural landscape)
adalah dibangun dari beberapa petak kecil habitat semi-alami.Lebih
lanjut Warren (2008) mengatakan bahwa pada pada tatanan landscape
ekologi pertanian (agricultural landscape), spesies yang
mempunyai tingkat kelahiran yang rendah akan rentan terhadap
kepunahan dimana kegiatan pertanian secara umum mengganggu habitat
spesies tertentu. Maka dari itu, kemampuan populasi untuk mengembalikan
keadaan populasi seperti semula setelah gangguan dari kegiatan pertanian
menjadi perang penting dalam kondisi landscape lahan pertanian yang
dinamis.
Pertanian berswawasan agrolansclape
diperlukan beberapa spesies dominan yang bertanggung jawab atas
produksi biomassa dan kedatangan spesies tambahan memeberikan
pengaruh yang tidak signifikan untuk stabilitas produksi dan
komunitas (Warren 2008:16)